Sukses

Waspada, Perubahan Iklim Bikin Penderita Asma Makin Menderita

Semua orang berisiko terdampak perubahan iklim, terlebih seseorang yang memiliki asma. Berikut alasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Menurut situs PBB, pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari.

Kendati demikian, sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas.

Perubahan iklim menurunkan kualitas udara dan meningkatkan frekuensi serta intensitas jenis cuaca ekstrem tertentu seperti kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan.

Semua orang tentunya berisiko terdampak perubahan iklim. Namun, orang yang memiliki penyakit paru-paru, seperti asma, menghadapi risiko yang lebih besar.

Berikut adalah beberapa alasan perubahan iklim dapat memperburuk asma menurut beberapa sumber:

1. Alergi

Bagi Anda yang alergi dengan serbuk sari, iklim yang memanas tentu menjadi berita buruk. Suhu yang meningkat serta udara yang tinggi karbon dioksida memperpanjang durasi penyerbukan yang dapat memicu atau memperparah alergi.

2. Kebakaran Hutan

Kekeringan serta suhu yang lebih panas menyebabkan meningkatkan intensitas kebakaran hutan yang parah.

Kebakaran hutan menghasilkan asap yang mengandung partikel polutan (partikel kecil udara yang dapat terhirup hingga mencapai paru-paru dan memasuki aliran darah), yang dapat menyebabkan serangan asma, serangan jantung, kanker paru-paru hingga kematian.

Selain itu, angin dapat membawa partikel-partikel ini sejauh ribuan mil menyebabkan polusi udara meningkat di daerah lain, yang dapat menyebabkan Anda terpapar polutan tanpa mengetahuinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Polusi Udara

Ribuan anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap tahunnya akibat infeksi saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil. Naiknya suhu akibat perubahan iklim juga meningkatkan polusi ozon di permukaan tanah. Ozon adalah iritan paru-paru yang berbahaya dan dapat memicu serangan asma.

4. Gangguan Konsultasi Kesehatan Akibat Evakuasi

Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan beberapa jenis cuaca ekstrem, seperti kekeringan, banjir, dan badai ekstrem. Peristiwa ini menyebabkan sebagian orang terpaksa mengungsi.

Evakuasi membuat orang kehilangan akses obat-obatan serta kemungkinan terputusnya komunikasi dengan dokter yang menyebabkan munculnya masalah dalam manajemen asma.

Memperbaiki kerusakan akibat badai juga membawa risiko tambahan, seperti jamur dan bahan kimia beracun yang ditemukan di rumah-rumah yang kebanjiran serta pembakaran terbuka puing-puing bangunan yang hancur. Risiko ini sangat berbahaya bagi individu dengan asma dan penyakit paru-paru lainnya.

3 dari 4 halaman

Anak Lebih Berisiko

Meski semua orang berpotensi terdampak, Harvard School of Public Health mencatat bahwa anak-anak lebih berisiko. Anak-anak cenderung lebih rentan terhadap polusi udara serta alergi daripada orang dewasa karena paru-parunya masih dalam tahap perkembangan.

Laju pernapasan anak juga lebih cepat ketimbang orang dewasa, membuat paparan polutan udara yang dapat merusak paru-parunya ikut meningkat.

Baik di dalam maupun luar ruangan, hindarkan anak dari lingkungan yang tinggi polusi.

Polusi dalam ruangan yang berasal asap rokok, pembakaran kayu, debu, jamur, lilin beraroma, atau bahkan bahan kimia yang terkandung dalam pembersih dapat menjadi iritan yang memungkinkan terjadinya serangan asma, terutama bagi anak-anak yang cenderung menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan.

Sementara itu, anak-anak juga cenderung terpapar tingkat polusi yang lebih tinggi jika tinggal di perkotaan, dekat jalan besar atau jalan yang ramai.

Berikut cara melindungi anak dari polusi udara akibat perubahan iklim dikutip dari Harvard School of Public Health:

4 dari 4 halaman

Cara Melindungi Anak dari Polusi

Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi paparan polusi udara. Misalnya:

  • Periksa tingkat polusi udara di lingkungan rumah.
  • Ketika tingkat polusi udara tinggi, kurangi aktivitas di luar ruangan.
  • Minimalkan waktu yang dihabiskan anak di area padat lalu lintas.
  • Hindari membakar apa pun di dalam dan di sekitar rumah, termasuk rokok atau rokok elektrik, hingga dupa dan kayu (kecuali di perapian atau kompor dengan ventilasi yang baik).
  • Pertimbangkan untuk menggunakan produk pembersih rumah tangga yang memiliki label 'Safer Choice' dari Environmental Protection Agency (EPA) untuk mencegah iritan kimia udara.
  • Jika rumah Anda terendam banjir, bekerja samalah dengan pejabat kesehatan setempat untuk melakukan pembersihan guna menghindari pertumbuhan jamur dan iritan lainnya yang dapat menimbulkan polusi udara dalam ruangan.
  • Pertimbangkan untuk membeli filter udara untuk rumah atau kamar tidur anak.
  • Bekerja sama dengan orang tua dan guru untuk memastikan sekolah anak bebas polusi.
  • Aktif dalam kegiatan komunitas untuk menangani polusi udara dan perubahan iklim.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini