Sukses

3 Kategori Orang yang Perlu Waspada Meski Bukber Sudah Relatif Aman, Salah Satunya Aparatur Sipil Negara

Ada tiga kategori yang perlu lebih waspada meskipun buka puasa bersama atau bukber sudah relatif aman dilakukan saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan tak pernah jauh dari buka puasa bersama atau bukber. Acara khas ini sempat tertunda, terutama tiga tahun lalu saat COVID-19 baru masuk ke Indonesia.

Lantas, bagaimana dengan kondisi saat ini? Apa buka puasa bersama sudah aman bila dilakukan sekarang? Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan agar bukber tetap bisa berjalan dengan aman?

Epidemiolog sekaligus peneliti Global Health Security Policy Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa buka puasa bersama memang sudah relatif aman untuk saat ini.

"Relatif aman sekarang untuk melakukan buka puasa bersama. Tapi tentu, tetap kehati-hatian harus ada karena bagaimana pun ini masih bersirkulasi virus penyebab COVID-19 terutama dia sudah membawa risiko proporsional," ujar Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com ditulis Minggu, (26/3/2023).

Risiko Lebih Besar pada Tiga Kategori Ini

Dicky menjelaskan, risiko proporsional berarti risiko yang lebih besar. Risiko ini lebih mengarah kepada pertama, orang dengan kondisi tubuh seperti memiliki komorbid, lansia, anak, atau ibu hamil.

Kedua, risiko lebih mengarah pada orang dengan kondisi pekerjaan yang sering melayani publik atau sering bertemu banyak orang. Termasuk seperti ASN (Aparatur Sipil Negara) atau tenaga kesehatan.

"Ketiga adalah orang yang sudah lebih dari dua kali terinfeksi COVID-19. Ini adalah orang yang berisiko karena dia lebih mudah, bahkan bukan hanya terinfeksi kembali oleh COVID-19, tapi terinfeksi virus, jamur, bakteri," kata Dicky.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pentingnya Tahu Diri Jika Hendak Buka Puasa Bersama

Lebih lanjut Dicky mengungkapkan penyebab di balik mengapa ada kelompok yang dianggap lebih berisiko. Dalam hal orang yang sudah lebih dari dua kali terinfeksi, terdapat risiko disfungsi imunitas.

"Orang yang sudah terinfeksi lebih dari dua kali ini berpotensi besar mengalami gangguan atau disfungsi dari imunitasnya. Ini riset terakhir mengungkapkan itu," ujar Dicky.

"Artinya, kalau bicara perilaku atau kegiatan buka bersama, tentunya tiap masyarakat harus punya kemampuan atau literasi untuk menilai risiko masing-masing. 'Oh, saya sudah berapa kali terinfeksi. Saya punya komorbid. Saya usia berapa. Saya akan makan di mana', dan lain sebagainya. Ini yang penting dilakukan," tambahnya.

Menurut Dicky, jika memang dari semua hal di atas yang dipertimbangkan risikonya kecil, maka silahkan saja melakukan buka puasa bersama. Apalagi kondisi memang sudah terbilang relatif aman.

"Silakan saja, ini kan memang kondisinya sudah jauh lebih terkendali karena modal imunitas di masyarakat sudah lebih baik," kata Dicky.

3 dari 4 halaman

Orang yang Sudah Vaksin Booster Risikonya Lebih Kecil

Dicky mengungkapkan bahwa masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi terutama booster memiliki risiko pembawa virus COVID-19 lebih kecil. Hal itulah yang turut berkontribusi membuat kondisi saat ini sudah jauh lebih aman.

"Orang yang sudah divaksinasi apalagi booster, potensi dia membawa virus atau terkena virus jauh lebih kecil. Itu yang membuat kondisinya sudah jauh lebih aman untuk masyarakat luas melakukan aktivitas. Mau itu buka puasa, sholat tarawih, dan lain sebagainya," ujar Dicky.

Dalam kesempatan yang sama, Dicky mengungkapkan bahwa protokol kesehatan dan perilaku hidup sehat sebaiknya tidak hanya berlaku di masa pandemi COVID-19.

"Bukan hanya berlaku di masa COVID-19 ini masih berstatus emergensi, karena bicara protokol kesehatan itu, di negara maju bahkan, itu sudah lama dilakukan," kata Dicky.

4 dari 4 halaman

Protokol Kesehatan Harus Jadi Bagian dari Hidup Normal

Menurut Dicky, pemerintah harus memberikan literasi pada publik terkait protokol kesehatan yang perlu untuk tetap dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

"Literasi seperti inilah yang harus dilakukan oleh pemerintah kepada publik, termasuk kepada institusinya bahwa yang namanya protokol kesehatan ini bukanlah sesuatu yang nanti ditinggalkan," ujar Dicky.

"Bicara kebiasaan cuci tangan, masa setelah ini enggak cuci tangan kan itu merugikan kita. Bahkan, bicara masker. Masker itu bukan tanda orang sakit, masker adalah tanda peduli. Katakan bukan sakit COVID-19 tapi kita flu, pakai masker atau jangan bekerja kalau berat, karena itu protokol kesehatan yang harus dipahami," tambahnya.

Begitupun dengan apapun kegiatan di bulan Ramadhan. Jika memang sedang sakit, Dicky mengimbau untuk tidak melakukannya.

"Kegiatan misalnya tarawih dan sebagainya, kalau memang sakit, ya jangan. Mau itu pandemi atau tidak, jangan dipaksakan," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.