Sukses

Tantangan Memusnahkan Campak di Papua Tengah, Sulitnya Akses Mendapatkan Vitamin A Dosis Tinggi

Pemberian vitamin A dosis tinggi pada kasus campak sulitkah diperoleh di Papua Tengah?

Liputan6.com, Jakarta - Dari data yang dihimpun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 10 Maret 2023, sebanyak 83 anak di Provinsi Papua Tengah terinfeksi campak dan membutuhkan pengobatan untuk mengatasi gejala campak. Upaya ini juga agar tidak terjadi kematian anak akibat virus campak yang telah memakan korban 15 anak di sana.

Terkait pengobatan anak yang terinfeksi campak di Papua Tengah, dokter spesialis anak klinis, Anggraini Alam dari Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropik IDAI menegaskan bahwa harus segera diberikan. Anggraini mengakui sebenarnya tidak ada pengobatan khusus campak.

Penanganan campak sebagaimana Rekomendasi IDAI, lebih banyak menanggulangi gejala yang muncul, misalnya bila demam diberikan obat penurun demam. Untuk menekan virus campak diberikan obat antibiotik.

"Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia untuk mempertimbangkan pada anak-anak di Papua Tengah sulit berkunjung ke fasilitas kesehatan (faskes) begitu, kita tahu campak ya itu virus, diberikan tambahan antibiotik,” kata Anggraini menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Media Briefing bertajuk, Mengapa Difteri dan Campak Harus Diwaspadai belum lama ini.

“Kalau misalnya, matanya merah, belekan atau ada mulut seperti stomatitis, sariawan, maka kita akan berikan obatnya. Jadi hanya seperti itulah pengobatan campak," ujarnya.

Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi untuk Pasien Campak Anak

Meski begitu, Anggraini menyebut, “obat utama” yang termasuk direkomendasikan bagi yang terinfeksi campak adalah pemberian vitamin A dosis tinggi. Menurutnya, pengobatan ini akan sulit diakses bagi anak-anak di Papua Tengah.

Hal itu dikarenakan keterbatasan faskes dan jarak yang jauh. Dokter dan tenaga kesehatan (nakes) juga mengalami keterbatasan, bahkan ada yang tidak tersedia di Puskesmas.

“Tidak bisa dibilang, tidak ada obatnya, ‘obat utamanya’ adalah vitamin A dosis tinggi dan tentunya pemantauan yang memang tidak mudah untuk anak-anak yang sulit kita jangkau seperti di Papua Tengah karena jauh dari faskes," Anggraini menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Vitamin A Dosis Tinggi untuk Pasien Campak Selama 2 Hari

Anggraini Alam melanjutkan, pengobatan campak untuk menangani gejalanya saja. Berikut gejala campak secara umum yang biasanya muncul dua sampai empat hari setelah dari gejala awal:

  1. Demam 
  2. Batuk pilek
  3. Mata berair
  4. Disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit.

"Mudahnya seperti itu, untuk demamnya diberikan obat penurun demam. Kita bisa kompres hangat. Istilahnya support-nya seperti cairannya harus cukup, kalau ada diare apalagi mereka harus bagus minuman yang berasa (contohnya jus)," katanya.

Berapa Lama Pasien Campak Anak Diberikan Vitamin A

Khusus pemberian vitamin A dosis tinggi, anak yang campak harus dilakukan selama dua hari berturut-turut.

Apabila anak mengalami gizi buruk, pemberian vitamin A bahkan harus ditambah lagi dosisnya selang dua minggu kemudian.

“Untuk vitamin A dosis tinggi itu, kita berikan pada anak suspek atau kasus campak selama 2 hari berturut-turut. Kalau dia gizi buruk malah harus kita tambah lagi dosis ketiga di 2 minggu kemudian," ujarnya.

"Campak itu memang menakutkan. Kematian di Afrika itu paling tinggi. Kenapa? Karena banyak gizi buruk," dia menambahkan.

Sebagai informasi, vitamin A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh. Vitamin A juga dapat mencegah beberapa kondisi, di antaranya:

  • Rabun senja
  • Xeroftalmia
  • Kerusakan kornea dan kebutaan
  • Mencegah anemia pada ibu nifas

Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak menjadi rentan terkena penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas, campak dan diare.

3 dari 4 halaman

Bulan Terbaik Memberikan Vitamin A agar Campak pada Anak Tak Terjadi

Pada pernyataan Januari 2023, Anggraini Alam menyatakan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak sangat penting untuk mencegah infeksi campak jadi lebih parah. Peningkatan kadar vitamin A penting.

"Pemberian vitamin A dosis tinggi yang biasanya setiap Februari dan Agustus itu sangat penting karena virusnya bila infeksi akan menurunkan kadar vitamin A dalam darah anak," katanya.

Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan dalam dalam rentang waktu dua minggu apabila anak mengalami gizi buruk.

Infeksi virus campak juga dapat menyebabkan kebutaan pada mata akibat keringnya kornea mata. Hal ini disebabkan karena campak menurunkan kadar vitamin A dalam tubuh.

Infeksi campak akan masuk ke tubuh dan akan ke darah. Kemudian akan muncul ruam setelah demam selama beberapa hari. Ruam biasanya muncul di rambut dan yang paling mudah lihat adalah di belakang telinga.

Apa Jadinya Jika Campak Menyerang Organ Lainnya?

Menurut Anggraini, yang dikhawatirkan adalah jika campak sudah menyerang ke organ mata, jantung, paru-paru dan saluran cerna serta memperburuk sistem imun. Campak juga bisa menyerang ke otak yang menyebabkan penurunan kemampuan.

Dalam setahun terakhir, campak yang menyerang otak ini telah menyebabkan kematian.

"Dari 1.000 yang kena campak satu di antaranya, otaknya rusak. Kejadiannya beberapa hari sampai beberapa minggu setelah campak," katanya.

4 dari 4 halaman

Pemberian Antibiotik untuk Campak

Selain pemberian vitamin A dosis tinggi, Rekomendasi IDAI dalam Tatalaksana Campak juga menuliskan soal pemberian antibiotik. Tatalaksana pemberian antibiotik oral, antara lain:

  1. kotrimoksazol (trimethoprim 8 mg/kg dan sulfametoksazol 40 mg/kg perhari, terbagi 2 dosis) atau,
  2. amoksisilin (berat badan <40kg: 20–40mg/kg/hari terbagi 3 dosis) yang diberikan selama 5 sampai 7 hari

Pada Rekomendasi IDAI juga dinyatakan kategori orang yang berisiko tinggi mengalami campak berat, yakni:

  1. Tidak pernah mendapat imunisasi campak
  2. Malnutrisi
  3. Usia bawah lima tahun
  4. Memiliki komorbid dan imunokompromais (misal Leukemia, keganasan lain, HIV)
  5. Sedang dalam terapi imunosupresan
  6. Ditemukan keterlibatan mukosa luas seperti stomatitis

dan atau memiliki kondisi seperti:

  1. Klinisi tidak dapat memonitor perkembangan pasien
  2. Jauh atau sulit menjangkau faskes

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.