Sukses

17 Pemeriksaan yang Tercakup dalam Brain Check Up

Brain check up (BCU) adalah rangkaian pemeriksaan dalam rangka deteksi dini gangguan organ dan fungsi otak serta pembuluh darah.

Liputan6.com, Jakarta - Brain check up (BCU) adalah rangkaian pemeriksaan dalam rangka deteksi dini gangguan organ dan fungsi otak serta pembuluh darah.

Dengan BCU, seluruh kelainan yang bisa terjadi dapat segera diketahui dan diantisipasi secepatnya. Di Indonesia, layanan ini bisa didapatkan di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (SPON) Jakarta.

Secara lengkap, BCU ini terdiri dari 17 pemeriksaan yakni:

- Pemeriksaan fisik IPD: Melihat secara klinis adakah gangguan organ tubuh pasien secara umum dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan fungsi otak.

- Pemeriksaan fisik neurologi: Melihat secara klinis adakah gangguan persarafan melalui pemeriksaan refleks fisiologis.

- Pemeriksaan fisik jantung: Penyakit neurologi seperti stroke, demensia vaskular, mempunyai hubungan dengan jantung karena peranan jantung yang memasok darah ke otak.

- Pemeriksaan neurobehavior: Menilai apakah ada gangguan kemampuan kognitif dan perubahan perilaku akibat gangguan fungsi otak.

- Pemeriksaan neurooftalmologi: Untuk menilai fungsi mata dan persarafannya.

- Pemeriksaan Trans Cranial Doppler/Carotid Duplex (TCD/CD): Melihat apakah terdapat gangguan aliran darah ke otak dan menilai apakah kondisi pembuluh darah yang menghubungkan jantung dan pembuluh darah di otak masih baik, tidak terdapat plaque (kerak). Pemeriksaan ini mempergunakan alat khusus dan tidak sakit.

- Pemeriksaan EEG: Untuk melihat apakah terdapat kelainan dalam gambaran elektrik sel saraf dalam otak, yang nantinya hasil ini mampu menunjukkan tanda penyakit Alzheimer dan epilepsi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Selanjutnya

Pemeriksaan selanjutnya yang termasuk dalam BCU adalah:

- Pemeriksaan Telinga, hidung, tenggorok (THT): Untuk melihat apakah ada gangguan dalam fungsi hidung dan tenggorokan, serta sistem pendengaran dan persarafan telinga.

- Pemeriksaan Pulmonologi: Untuk menilai apakah ada gangguan fungsi paru khususnya pernapasan.

- Pemeriksaan Gigi dan Mulut: Untuk melihat apakah ada kelainan gigi dan persarafannya. Ini ditunjang dengan adanya pemeriksaan foto panoramik gigi.

- Pemeriksaan Laboratorium: Melihat sebagian faktor risiko terjadinya stroke. Pemeriksaan ini meliputi kekentalan darah, kolesterol, gula darah, asam urat.

- Pemeriksaan EKG: Memeriksa gelombang listrik jantung yang dapat memperlihatkan gangguan jantung.

- Pemeriksaan Thorax Foto: Pemeriksaan ini untuk melihat apakah terdapat kelainan paru-paru dan apakah ada pembesaran jantung akibat dari hipertensi lama.

3 dari 4 halaman

Pemeriksaan Lanjut

Ada empat pemeriksaan lanjutan dalam BCU, keempat pemeriksaan itu adalah:

- Treadmill: Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui lebih rinci lagi terkait kondisi jantung. Serta untuk menemukan gangguan atau kecurigaan adanya sumbatan di jantung. Pemeriksaan ini mempergunakan alat treadmill.

- Echocardiology: Pemeriksaan ini dapat mendeteksi secara lengkap anatomi jantung, tekanan di dalam jantung dan volume darah secara terperinci.

- Multi Slices Computerized Tomography Scan Angiography (MS CTA) Cardiology: Dalam pemeriksaan ini jantung akan di-scan. Hasil scanning jantung dapat melihat lebih jelas sumbatan dan perkiraan tempat, besaran, dan panjang sumbatan tersebut. Pemeriksaan ini tidak sakit dan menggunakan alat scanning multi irisan sebanyak 256 irisan.

- Magnetic Resonance Imaging (MRI) Brain + Magnetic Resonance Angiography (MRA): Untuk melihat struktur anatomi otak dan pembuluh daran secara rinci. Pemeriksaan ini tidak sakit dan mempergunakan alat MRI 3 tesla.

4 dari 4 halaman

Pentingnya BCU

Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Andin Nulkhasanah, menjelaskan terkait pentingnya melakukan BCU.

Menurutnya, perkembangan otak berhenti di usia 22 atau maksimal 27 tahun. Saat itu, otak manusia bekerja amat optimal. Setelah masa tersebut berakhir,  secara bertahap terjadi penurunan fungsi otak secara alamiah.

Penurunan fungsi otak ini banyak dipengaruhi oleh gaya hidup, makan, dan kebiasaan bekerja. Selain itu, kebiasaan  merokok, minum alkohol, bekerja tidak mengenal waktu akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap kemunduran fungsi otak tersebut.

“Pemeriksaan cek kesehatan otak dapat secara dini mengetahui adanya perubahan organ (otak/pembuluh darah) serta perubahan fungsi yang menyertainya. Kondisi ini akan saling berpengaruh dengan hasil akhir adanya penurunan kualitas hidup,” kata Andin dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/2/2023).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.