Sukses

Menkes Budi: Kita Sekarang Cepat Identifikasi Varian COVID-19 Baru

Kapasitas Indonesia sekarang cepat dalam mengidentifikasi varian COVID-19 baru.

Liputan6.com, Bogor Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kapasitas Indonesia sekarang termasuk cepat dalam mengidentifikasi varian COVID-19 baru. Sebut saja, varian 'anakan' Omicron BA.5, XBB, dan BF.7 yang ada di China, sudah ditemukan masuk Indonesia sejak pertengahan dan akhir bulan tahun 2022.

Upaya deteksi varian COVID-19 tersebut berkat penguatan laboratorium (lab) genom sekuens di Indonesia. Saat ini, kapasitas lab genom per bulan sudah mampu mencapai deteksi varian virus Corona di angka 8.000 genom. 

Dengan adanya deteksi varian COVID-19 yang cepat, Pemerintah dapat mengambil kebijakan antisipasi dan penanganan yang cepat juga agar penularan tidak menyebarluas. Terbukti, kasus COVID-19 Indonesia tetap terkendali walau varian baru menyebar.

"Kalau COVID, Alhamdulillah sekarang Indonesia terkendali. Kita bisa mengendalikan COVID karena kita tahu 'musuhnya' siapa, dengan metode yang namanya genom sekuens," beber Budi Gunadi saat Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda Tahun 2023 di Sentul International Convention Centre (SICC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Selasa, 17 Januari 2023.

"Dulu, pertama kali kita, 10 bulan sejak bulan Maret 2020, baru bisa melakukan setidaknya 140 sampel genom selama 9 bulan. Sekarang setiap bulan bisa 8.000 genom."

Selain itu, persebaran lab genom deteksi virus Corona dan alat sudah ada di kota-kota besar lain di seluruh Indonesia.

"Dulu, alat-alatnya hanya ada di Jawa, di beberapa kota besar, sekarang sudah ada di 12 kota di seluruh Indonesia," lanjut Budi Gunadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

'Musuh Kita Varian COVID-19 Baru'

Budi Gunadi Sadikin kembali menekankan, bahwa kenaikan kasus COVID-19 bukan dikarenakan mobilitas, melainkan adanya kemunculan varian COVID-19.

"Kesimpulannya yang ingin saya sampaikan adalah kenaikan dari kasus COVID bukan disebabkan oleh mobilitas, bukan disebabkan oleh Lebaran, bukan disebabkan oleh Tahun Baru. Ini disebabkan oleh varian baru, 'musuhnya' baru gitu," tegasnya.

"Pada 2020 awal itu, varian Alfa yang naik. Lalu yang kemarin banyak meninggal, kurang oksigen, segala macam itu varian Delta. Sebenarnya yang paling tinggi adalah varian Omicron sampai hampir 60.000 kasus per hari. Tapi korbannya tidak sebanyak Delta."

Di negara-negara lain juga terjadi dua gelombang besar COVID-19, yaitu Omicron BA.4 dan BA.5 di sekitar bulan Juli - Agustus 2022

"Jadi kita naiknya hanya sedikit itu dan yang terakhir sekarang, yaitu varian BQ.1 dan XBB. Kita juga naiknya sedikit," terang Menkes Budi Gunadi.

3 dari 3 halaman

Berhasil Kendalikan COVID-19

Menkes Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menuturkan keberhasilan Indonesia kendalikan COVID-19, yang tujuannya demi menang melawan pandemi COVID-19.

Strategi yang dimaksud berkaitan dengan ketersediaan laboratorium (lab) genom sekuensing untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 yang masuk dan menyebarluas dan partisipasi masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan juga vaksinasi COVID-19.

"Sampai sekarang masih ada (negara) yang naik (kasus) masih ada, kok Indonesia enggak? Ada dua hal yang kita sukses lakukan dengan baik dan benar. Ya rejeki anak soleh ada untungnya juga," tutur Budi Gunadi saat Rapat Koordinasi Pasca Pencabutan PPKM di Jakarta beberapa waktu lalu.

"Yang pertama, Indonesia bisa menjalankan strategi surveilans-nya sehingga kita bisa tahu musuhnya siapa. Satu yang paling penting nanti kalau ada pandemi, kita harus secara efektif punya radar gitu, punya satelit. 'Satelit' kita pakai lab genom."

Lab genom sekuensing bertujuan agar 'musuh' (COVID-19) yang masuk siapa, masuknya dari mana, penyebarannya seperti apa. Ini karena terbukti lonjakan kasus COVID-19 bukan disebabkan oleh mobilitas tinggi seperti Lebaran atau Tahun Baru.

"Kenaikan kasus disebabkan oleh 'musuhnya' (varian virus Corona) berubah tipenya. Untuk tahu itu, kita mesti pakai lab genom sekuens. Apa yang kita berhasil lakukan, enggak banyak orang yang tahu. Dulu nih 'satelit' kita ini, radarnya kita cuma ada (lab genom) di 8 lokasi di Jawa," papar Budi Gunadi.

"Kapasitasnya dulu cuma bisa ngintelin 15 musuh (varian virus) sebulan. Sekarang kita sudah punya 17 lab genom di seluruh Indonesia dan bisa mengintelin 6.000 sampai 8.000 genom sebulan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.