Sukses

Setengah dari Orang Dewasa Penyandang OCD di AS Alami Gejala Parah

Setengah dari orang dewasa yang menyandang gangguan obsesif-kompulsif (OCD) mengalami gejala parah atau OCD ekstrim.

Liputan6.com, Jakarta - Setengah dari orang dewasa yang menyandang gangguan obsesif-kompulsif (OCD) mengalami gejala parah atau OCD ekstrem.

OCD sendiri adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran yang terus-menerus, berulang, mengganggu, dan sering membuat kesal (obsesi), bersamaan dengan perilaku berulang (kompulsi). Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh obsesi.

OCD memiliki prevalensi seumur hidup sekitar 2,3 persen di antara orang dewasa di Amerika Serikat.

“Hingga setengah dari orang dewasa dengan OCD mengalami gangguan serius, yang dikenal sebagai OCD parah (severe),” mengutip Very Well Health, Jumat (16/12/2022).

OCD mempengaruhi laki-laki dan perempuan secara setara. Penyakit ini dapat berkembang kapan saja dari prasekolah hingga akhir kehidupan, tetapi paling sering dimulai antara usia 9 hingga 11 tahun dan antara usia 20 hingga 23 tahun.

Sekitar 50 persen kasus dimulai pada masa remaja, sementara kurang dari 10 persen kasus dimulai setelah usia 40.

Usia onset mungkin berperan dalam tingkat keparahan OCD. Awal masa kanak-kanak telah dikaitkan dengan hasil yang lebih baik dan tingkat remisi spontan yang lebih tinggi. Onset pada masa remaja atau di kemudian hari dapat menyebabkan gejala dan perjalanan kondisi yang lebih persisten.

Penyebab OCD tidak diketahui secara pasti, tetapi sejumlah faktor yang kemungkinan berperan telah diidentifikasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor OCD

Beberapa faktor yang dicurigai menyebabkan OCD yakni:

Genetika

Meskipun tidak ada gen spesifik untuk OCD yang teridentifikasi, tapi ada kemungkinan kondisi ini diturunkan dalam keluarga.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika orangtua mengalami OCD, maka anak mereka memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengembangkan beberapa bentuk OCD (seperti OCD pada masa kanak-kanak).

Aktivitas Otak

Studi otak telah mencatat perbedaan otak orang dengan dan tanpa OCD.

Orang dengan OCD menunjukkan sirkuit saraf yang terlalu aktif antara korteks prefrontal. Otak ini memengaruhi perilaku kognitif, pengambilan keputusan eksekutif, dan kepribadian.

Teknik pencitraan, seperti tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI), digunakan untuk mempelajari otak orang dengan OCD untuk lebih memahami bagaimana perbedaan otak memengaruhi OCD.

Serotonin adalah neurotransmitter (pembawa pesan kimia di otak) yang telah dikaitkan dengan perkembangan dan pemeliharaan OCD. Obat yang menargetkan kadar serotonin dapat membantu mengurangi gejala OCD.

3 dari 4 halaman

Faktor Lain

Faktor lain yang dapat berkaitan dengan OCD adalah faktor psikologi.

OCD dapat memengaruhi hal-hal berikut:

- Bagaimana seseorang menafsirkan peristiwa dan memerhatikan informasi

- Keyakinan mereka tentang obsesi

- Ciri-ciri kepribadian tertentu (seperti perfeksionisme).

Stres, seperti masalah pernikahan, ujian sekolah, atau bayi baru lahir, dapat meningkatkan gejala OCD. Kondisi lain seperti depresi atau masalah emosional lainnya juga dapat menyebabkan memburuknya gejala.

Komorbiditas atau kondisi penyerta umum dimiliki oleh orang dengan OCD. Studi menunjukkan bahwa 90 persen orang dengan OCD bisa memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan mental lainnya dalam hidup mereka.

Kondisi yang terlihat bersamaan dengan OCD meliputi:

- Gangguan kecemasan (anxiety)

- Gangguan mood (terutama gangguan depresi mayor)

- Gangguan makan

- Gangguan penggunaan zat

- Gangguan kontrol impuls.

4 dari 4 halaman

Mengganggu Kehidupan

 

Gejala OCD bisa cukup parah sehingga berdampak besar pada kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari, seperti bersekolah, bekerja, mempertahankan hubungan, dan menjalankan tugas atau perawatan diri.

Faktanya, di seluruh dunia, OCD termasuk di antara 10 penyebab disabilitas teratas. Sekitar 20 persen orang dengan OCD memiliki gejala yang sangat melemahkan yang dapat mengakibatkan isolasi diri, penurunan kualitas hidup, dan kesulitan ekonomi.

Sekitar 10 persen orang dengan OCD memiliki gejala parah yang kebal terhadap semua terapi, menyebabkan gangguan fungsional yang parah.

“Anda tidak perlu menunggu sampai semuanya terasa sangat buruk sebelum mencari bantuan. Jika Anda bertanya-tanya apakah Anda menderita OCD atau jika Anda telah didiagnosis tetapi berjuang dengan manajemen, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan atau terapis Anda.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.