Sukses

Sering Makan Junk Food dan Malas Berolahraga? Risiko Kena Diabetes Meningkat

Kebiasaan konsumsi makanan tidak sehat seperti makanan instan dan junk food, serta malas berolahraga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, penting untuk mengetahui penyebab penyakit diabetes. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkna penyakit daibetes, salah satunya adalah gaya hidup tidak sehat.

Gaya hidup tidak sehat seringkali dikaitkan dengan penyebab utama penyakit diabetes. Meskipun demikian, masih banyak yang tidak sadar pentingnya menjaga pola hidup sehat.

Di era global saat ini, semuanya bisa didapatkan dengan mudah dan cepat. Hadirnya perangkat elektronik serta berbagai aplikasi yang dapat diunduh di smartphone masing-masing memungkinkan Anda untuk melakukan aktivitas seperti belanja atau bekerja tanpa perlu beranjak dari tempat duduk.

"Semua bisa didapat kapan saja dimana saja," kata dokter spesialis penyakit dalam Andi Alfian dalam Talkshow bersama Radio Kesehatan bertajuk "Hati-Hati! Gaya Hidup yang Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes" pada Selasa (15/11/2022).

Dari segi makanan, orang biasanya cenderung memilih makanan dan minuman yang tinggi gula, junk food, soft drink, serta makanan yang disajikan secara instan yang sebenarnya kandungan nutrisinya kurang.

"Kandungan nutrisinya itu tidak dominan, malah kandungan zat-zat berbahaya yang dominan," ujar Fian.

Ini biasanya terjadi karena seseorang terlalu sibuk bekerja dari pagi hingga malam sehingga tidak memiliki waktu untuk memperhatikan kesehatannya sendiri seperti menyiapkan makanan sehat yang sarat akan gizi yang dibutuhkan tubuh.

Orang-orang akan mengonsumsi apa saja yang tersedia, atau pergi ke gerai makanan cepat saji untuk mendapatkan makanan dengan cepat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Cuma Orang Obesitas yang Bisa Kena Diabetes

Obesitas sendiri merupakan salah satu penyebab diabetes. "Itu merupakan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes," ucap Fian.

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan orang yang memiliki berat badan ideal atau bahkan kurus terkena diabetes.

Obesitas terjadi karena jumlah kalori masuk lebih besar daripada jumlah kalori keluar. Konsumsi makanan tinggi gula, lemak dan kalori yang dibarengi dengan gaya hidup sedentary atau kurang gerak akan menyebabkan obesitas.

Hal ini karena energi dan lemak yang dikonsumsi tidak digunakan menumpuk dalam tubuh yang mengakibatkan obesitas.

"Kalau misalnya aktivitas kita kurang, gitu, olahraga juga kurang, gitu, ya, otomatis semua hal-hal yang tidak dibutuhkan tubuh, semua hal-hal yg harusnya dikeluarkan, yang harusnya tidak ada, tertumpuk di dalam tubuh," jelasnya.

Inilah mengapa penting untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Hindari makanan yang tinggi gula dan lemak. sebaliknya, konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein. Dengan demikian, Anda lebih cepat kenyang dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh juga terpenuhi.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Olahraga dan Kelola Stres

Untuk menghindari risiko obesitas, Anda juga bisa menyiasatinya dengan berolahraga secara teratur. Disarankan berolahraga setidaknya 150 menit per minggu.

"20 sampai 30 menit perhari itu cukup," tutur Fian.

Olahraga yang dilakukan tidak melulu olahraga berat seperti angkat beban. Anda bisa menyesuaikannya dengan kondisi Anda. Berjalan atau jogging keliling komplek, naik turun tangga dan bersepeda bisa dijadikan alternatif sederhana.

Misalnya Anda bekerja naik bus, maka turunlah satu halte lebih awal untuk berjalan kaki. Selain itu, mengajak teman atau pasangan untuk berolahraga bersama di akhir pekan juga keputusan yang baik. Sebab, biasanya orang akan lebih semangat berolahraga bila tidak sendiri.

Selain pola makan dan gaya hidup sedentary, stres juga dapat memicu terjadinya diabetes. Fian menyebutkan, stres itu berpengaruh bukan hanya pada penyakit diabetes, bahkan banyak penyakit lain yang dapat disebabkan oleh stres.

Oleh karena itu, atur waktu Anda untuk bersantai. Anda bisa melakukan yoga, meditasi, maupun kegiatan lain yang bisa menghilangkan stres. Liburan di akhir pekan atau di hari libur juga pilihan yang bagus untuk dilakukan.

4 dari 4 halaman

Berhenti Merokok

Fian mengungkapkan, kebiasaan merokok juga berbahaya.

"Enggak cuma diabetes, tapi merokok juga berpengaruh bagi penyakit penyakit yang lain," katanya.

"Bukan cuma orang yang merokok, yang perokok aktif, ya, tapi juga orang yang perokok pasif itu sangat berbahaya untuk kesehatan," katanya.

Zat dalam rokok yang terhirup tidak hanya berdampak pada paru-paru. Semua organ lainnya seperti jantung, ginjal dan pankreas bisa terkena dampaknya, ujar Fian.

Perlu diingat, yang berbahaya bukan hanya rokok batangan. Vape yang biasa dijadikan alternatif merokok memiliki bahaya yang sama.

"Itu bukan suatu alternatif. Itu sama saja kayak pengalihan isu," tutur Fian.

Bahkan, rokok yang memiliki embel-embel 'herbal' juga berdampak buruk bagi kesehatan.

Menurut situs KlikDokter, rokok herbal sama berbahaya dengan rokok tembakau. Alasannya karena semua bahan alami yang dibakar menghasilkan tar, karbon monoksida, dan aneka racun lainnya.

"Bisa jadi bahaya timbul dari zat sisa hasil pembakaran rokok herbal itu. Kalau tanaman herbal itu dibakar, tetap saja bisa menghasilkan karbon monoksida, yang kalau terhirup tetap tidak bagus juga untuk kesehatan," tegas dr. Sepriani Timurtini Limbong.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini