Sukses

Epidemiolog Duga Pneumonia Berat di Argentina Lebih Mematikan dari COVID-19

Pneumonia Berat yang menewaskan warga di Argentina diduga lebih mengerikan dari COVID-19

Liputan6.com, Jakarta - Ahli epidemiologi Dicky Budiman ikut angkat bicara terkait pneumonia berat yang terjadi di Argentina.

Menurutnya, hingga saat ini pneumonia di Argentina belum definitif atau jelas terkait patogennya. Banyak pula yang menyebut kasus ini sebagai pneumonia misterius.

Meski demikian, ada beberapa gejala yang mirip dengan COVID-19.

"Secara gejala ada kemiripan dengan COVID-19, tapi ini bukan COVID, sudah diperiksa hasilnya negatif. Hanya saja gejalanya ada yang mirip COVID ada juga yang tidak," kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara pada Sabtu, 3 September 2022.

Lebih lanjut Dicky, mengatakan, adapun gejala yang mirip dengan COVID-19 adalah kesulitan bernapas. Sementara gejala lainnya meliputi:

- Gejala seperti sakit flu.

- Demam.

- Gejala yang menyerupai demam berdarah.

"Tapi sampai saat ini kita masih belum bisa memastikan apa penyebabnya. Namun, beberapa penyebab sudah disingkirkan di antaranya ya COVID, hantavirus. Intinya dengan kerawanan dunia saat ini ya pola perilaku hidup kita harus lebih bersih dan sehat," katanya.

Dicky juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mengabaikan 5M yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

"Kita juga harus memperbaiki kualitas udara, air, tanah, jaga keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan, alam, hewan, dan manusia-manusianya," ujar Dicky.

Jika dibandingkan dengan COVID-19, pneumonia di Argentina yang belum jelas asal usulnya jauh lebih tinggi potensi kematiannya.

"Dari 10 (kasus) saja sudah tiga (yang meninggal). Tampaknya pneumonia di Argentina ini juga lebih cepat menular (dibanding COVID). Tenaga kesehatan tertular dan ini artinya ada penularan dari manusia ke manusia," Dicky menekankan.

Catatan : Jumlah kematian yang disebut Dicky berdasarkan data saat wawancara berlangsung. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pneumonia Berat di Argentina Lebih Parah dari COVID-19

Untuk sementara, lanjut Dicky, pneumonia ini juga dinilai cenderung lebih parah ketimbang COVID-19.

"Dengan kematian tiga dari 10 itu ya berarti cenderung jauh lebih parah. Ini yang harus diwaspadai, harus segera ditemukan penyebabnya," katanya pada saat itu.

Penemuan penyebab sangat penting karena jika sudah diketahui maka cara penanganannya pun bisa ditentukan.

"Untuk melawannya, memitigasinya, meresponsnya kita harus tahu dulu apa penyakitnya. Kalau menular tapi kita tidak tahu yang dihadapinya apa, karakteristik virusnya seperti apa kan akan sulit ditangani," katanya.

Maka dari itu, perlu dukungan global bagi Argentina agar segera menemukan etiologi dari penyakit tersebut.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 3 September 2022 melaporkan 11 kasus pneumonia berat (severe pneumonia), termasuk empat kematian di Argentina yang ternyata Legionnaire.

Dari kasus ini, bakteri Legionella sp diisolasi dalam sampel dari empat kasus. Bakteri ini dapat menyebabkan Legionellosis, yakni penyakit seperti pneumonia yang tingkat keparahannya bervariasi dari penyakit demam ringan hingga bentuk pneumonia yang serius dan terkadang fatal.

Legionellosis merupakan bentuk umum dari penyakit legionnaire. Penyakit ini pernah ada pula di Indonesia.

3 dari 4 halaman

Legionnaire di Indonesia

Kasus Legionnaire yang disebabkan bakteri Legionella, di antaranya dilaporkan terjadi di Bali, Tangerang, dan beberapa kota lain.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan bahwa temuan kasus Legionnaires di Indonesia terjadi rentang tahun 1990-an.

Setelah kejadian itu, diterbitkan pula Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1538/MENKES/SK/XI/2003.

"Indonesia sudah pernah ada kasus pertama (Legionnaire) di Bali tahun 1996 dan Tangerang 1999 serta kota lainnya," kata Maxi dalam keterangannya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 5 September 2022.

"Sudah ada Keputusan Menteri Kesehatan-nya soal penyakit itu yang termasuk new emerging (penyakit emerging baru)," Maxi menambahkan.

Kategori penyakit infeksi emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya, tapi meningkat dengan sangat cepat.

Baik dalam jumlah kasus baru di dalam satu populasi ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-emerging infectious disease).

4 dari 4 halaman

Penyakit Infeksi Bakteri Akut

Legionnaire (Legionnaires disease) adalah penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat new emerging diseases. Secara keseluruhan baru dikenal 20 spesies dan penyebab Legionnaire adalah Legionella pneumophila.

Data Kemenkes dalam salinan Kepmenkes Tahun 2003 menyebut, Legionnaire di Indonesia terjadi pada sejumlah tempat antara lain, di Bali (1996), Karawaci Tangerang (1999) dan di beberapa kota lainnya.

Hasil survei tahun 2001 pada air menara sistem pendingin di hotel-hotel yang ada di Jakarta dan Denpasar ditemukan, hampir 20 persen dari petugas pengelola air menara sistem pendingin tersebut pernah terpajan bakteri Legionella.

Informasi Kemenkes RI mencatat, bakteri Legionella penyebab penyakit Legionnaire biasa hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air bersih, air menara sistem pendingin di gedung bertingkat, hotel, dan spa.

Kemudian ditemukan pula di pemandian air panas, air tampungan sistem air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawat baik, adanya endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing lainnya.

Bakteri ini juga terdapat pada peralatan rawat di rumah sakit seperti alat bantu pernafasan.

Bakteri Legionella pneumophila termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak meragi D glukosa, tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit.

Koloni bakteri ini hidup subur menempel pada pipa-pipa karet dan plastik yang berlumut dan tahan terhadap kaporisasi dengan konsentrasi klorin 2-6 mg/l.

Bakteri Legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7 derajat Celsius sampai 63 derajat Celsius dan hidup subur pada suhu 30 derajat Celsius sampai 45 derajat Celsius.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.