Sukses

Studi: 98 Persen Cacar Monyet Terjadi pada Gay dan Pria Biseksual

Penularan cacar monyet atau monkepox sekitar 95 persen lewat hubungan seksual dan pria gay

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang menganalisis wabah cacar monyet mengungkapkan fakta bahwa penularan penyakit ini sekitar 95 persen lewat hubungan seksual.

Dalam The New England Journal of Medicine yang terbit pada 21 Juli 2022, disebutkan bahwa dari 528 kasus cacar monyet atau monkeypox yang terdiagnosis antara 27 April s.d 27 Juni 2022 di 16 negara, sekitar 98 persen terjadi pada orang gay atau pria biseksual.

Lalu, hasil lain ditemukan bahwa rata-rata yang terinfeksi berusia sekitar 38 tahun dan 75 persen berkulit putih.

Data lain yang terungkap dalam studi ini adalah sekitar 41 persen adalah orang dengan infeksi HIV yang rerata terkontrol dengan baik.

Lalu, dalam studi ini disebutkan bahwa sekitar 95 persen kasus cacar monyet diduga lewat hubungan seksual.

"Penularan diduga terjadi melalui hubungan seksual pada 95 persen orang yang terinfeksi," seperti tertulis dalam jurnal tersebut.

Namun, para peneliti mengatakan bahwa penularan cacar monyet bukan cuma lewat kontak seksual. Tapi juga bisa lewat kontak fisik yang dekat.

"Penting untuk ditekankan bahwa cacar monyet bukanlah penyakit infeksi menular seksual. Bisa tertular dari segala jenis kontak yang dekat," kata salah satu penulis studi, John Thornhill.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Antisipasi Terutama pada Kelompok Berisiko

Segera setelah WHO mengatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global pada Sabtu, 23 Juli 2022, Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara, Poonam Khetrapal Singh, meminta negara-negara di kawasan tersebut memerkuat sistem pengawasan terhadap penyakit monkeypox.

"Cacar monyet telah menyebar dengan cepat ke banyak negara yang belum pernah mengalami kejadian sebelumnya," ujar Khetrapal Singh melalui keterangan tertulis pada Senin, 25 Juli 2022.

Singh pun mengatakan upaya antisipasi bisa difokuskan pada populasi yang berisiko karena umumnya temuan kasus terjadi saat hubungan seks sesama jenis pada kaum pria.

"Kita harus tetap waspada dan bersiap untuk menggelar respons intens untuk mengurangi penyebaran cacar monyet dan saat melakukan ini, upaya dan tindakan kita harus sensitif, dan tanpa stigma & diskriminasi," Singh menambahkan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Surveilans Ketat Kelompok Gay di Tanah Air

Pada saat WHO secara resmi menetapkan cacar monyet atau monkeypox sebagai darurat kesehatan global, memang disinggung bahwa cacar monyet sebagian besar kasus terjadi pada kelompok gay.

"Untuk saat ini wabah ini terkonsentrasi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan seksual. Artinya, ini adalah wabah yang bisa dihentikan dengan strategi yang tepat di kelompok yang tepat," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Oleh sebab itu, penting bahwa semua negara bekerja sama dengan komunitas laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (gay) guna merancang dan menyampaikan informasi dan layanan yang efektif.

Terkait hal ini Kementerian Kesehatan RI pun bakal melakukan surveilans  ketat pada kelompok gay di Tanah Air.

"Sesuai data, kasus yang paling banyak didunia pada kelompok gay maka kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerjasama dengan beberapa organisasi/lembaga swadaya masyarakat," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dokter Maxi Rein Rondonuwu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.