Sukses

Tips Jalani Mudik Lebaran, Jangan Lupakan 5 Hal Ini Biar Aman dan Tetap Sehat

Mudik Lebaran tahun ini diperbolehkan dan sudah banyak orang yang melakukannya

Liputan6.com, Jakarta - Seperti diketahui, tahun ini pemerintah telah memberikan lampu hijau untuk masyarakat dapat melakukan mudik Lebaran. Beberapa jalan TOL pun terpantau begitu padat.

Namun, kesadaran bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir pun menjadi penting. Mengingat kemungkinan lonjakan kasus usai hari raya besar atau libur panjang masih mungkin terjadi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa seperti namanya, mudik di tengah pandemi memiliki lima aspek yang perlu untuk diingat masyarakat.

"Pesan mudik atau tips mudik aman ingat dengan kata mudik itu sendiri. Mudik itu terdiri dari kata atau huruf M, yang artinya masker. Masker ini penting banget," ujar Dicky pada Health Liputan6.com, Jumat, 29 April 2022.

"Kita enggak ada pelonggaran-pelonggaran tentang masker. Usahakan terus untuk pakai masker karena itu efektif," Dicky menambahkan.

Kedua, kata mudik juga terdiri dari huruf U, yang menurut Dicky berarti udara. Sehingga masyarakat yang hendak melakukan mudik, perlu untuk mengingat bahwa COVID-19 dapat ditularkan melalui udara.

"Sehingga kualitas udara itu harus dijaga terutama di ruang tertutup. Usahakan mendapatkan udara yang segar, jendela dibuka, atau menggunakan AC yang terjaga sirkulasinya," kata Dicky.

Dicky mengungkapkan, upayakan juga untuk tidak berlama-lama berada di ruangan tertutup. Bahkan ketika macet terjadi, ada baiknya untuk membuka jendela atau berhenti sejenak agar sirkulasi udara tetap baik.

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cuci tangan hingga hindari kepadatan

Huruf selanjutnya yakni D, menurut Dicky, penting untuk tetap menjaga kebersihan dengan desinfeksi. Dalam hal ini, bukan hanya dengan menyemprotkan cairan disinfektan.

"Desinfeksi ini bukan hanya pakai disinfektan, bukan hanya pakai cairan. Tapi cuci tangan, itu desinfeksi. Membersihkan permukaan, barang-barang yang dipegang bersama," ujar Dicky.

Cara tersebut dianggap dapat mencegah virus untuk menempel pada tangan atau area yang kemungkinan kita sentuh. Mengingat kita pun tidak bisa melihat virus secara langsung yang mungkin saja menempel pada permukaan.

"Kemudian I-nya apa? I-nya itu imunitas. Imunitas ini vaksinasi dua dosis, tiga dosis. Imunitas juga jaga kesehatan. Makan minum yang cukup, kemudian bergerak beraktivitas untuk membangun imunitas," kata Dicky.

"Terakhir K itu kepadatan. Nah ini sulit untuk dihindari. Tapi usahakan jangan mendatangi kepadatan itu, usahakan tidak turut menimbulkan kepadatan. Usahakan hanya sebentar di daerah yang padat itu misalnya transit area dan sebagainya," dia menambahkan.

3 dari 4 halaman

Potensi masih ada

Lebih lanjut Dicky menjelaskan bahwa potensi penularan pada saat mudik Lebaran juga masih ada. Mengingat masih ada sebagian dari masyarakat yang belum divaksinasi, baru divaksinasi satu dosis, hingga yang imunitasnya telah menurun.

"Kondisi seperti ini akan membuat adanya risiko. Namun juga risikonya lebih moderate atau kecil. Bahkan pada beberapa lokasi ada cakupan vaksinasi yang lebih baik dibandingkan dua lebaran sebelumnya," ujar Dicky.

Saat ini, cakupan vaksinasi di Indonesia memang terbilang cukup baik. Hingga Rabu (27/4), vaksinasi COVID-19 telah mencapai 400,5 juta suntikan dari target 450 juta.

Sehingga hal tersebut dapat dijadikan modal dasar untuk mitigasi adanya lonjakan kasus COVID-19 akibat mudik Lebaran.

"Adanya protokol kesehatan yang diterapkan secara disiplin dan konsisten, itu akan menjadi kombinasi yang baik dengan modal imunitas tadi," kata Dicky.

Menurut Dicky, yang menjadi kesulitan selanjutnya adalah membangun kesadaran dan literasi masyarakat terkait kondisi saat ini.

"Sehingga tidak terjadi pengabaian, euforia terhadap situasi yang relatif melandai ini. Itu penting sekali," Dicky menambahkan.

4 dari 4 halaman

Menurunnya kasus dan angka reproduksi virus

Dalam kesempatan berbeda, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa saat ini tidak terjadi peningkatan kasus COVID-19 yang signifikan.

"Kalau kita lihat angka konfirmasi harian turun terus. Pada tanggal 25 April dilaporkan 317 kasus. Jauh turun dari pada saat kita mengalami puncak Omicron ataupun juga pada saat varian Delta," ujar Nadia dalam konferensi pers Dinamika Vaksin COVID-19 pada Senin, 25 April 2022.

Angka kematian di Indonesia hari ini juga dipaparkan Nadia sebanyak 33 kasus. Padahal angka tertingginya pada gelombang Omicron kemarin mencapai 2.200 kasus.

"Angka positif kita saat ini sudah kurang dari satu persen atau 0,25 persen dan tingkat keterisian rumah sakit kita hingga 23 April hanya 3 persen," kata Nadia.

Lebih lanjut Nadia menjelaskan bahwa angka reproduksi virus COVID-19 di Indonesia juga cenderung turun mendekati angka kurang dari satu.

"Kondisi ini tentunya sama seperti kondisi September-Desember 2021, dimana pandemi sudah bisa kita kendalikan pada kondisi yang sangat rendah," ujarnya.

"Kita bisa lihat angka positif kita itu kita pertahankan dalam kurun waktu tiga sampai 3,5 bulan pada angka dibawah 1 persen," pungkas Nadia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.