Sukses

Curiga Terus dan Tak Mudah Percaya Orang? Waspada Gejala PPD

Orang dengan PPD juga cenderung curiga dan tidak percaya pada orang lain, tegang dan gugup dalam situasi sosial, dan waspada terhadap ancaman.

Liputan6.com, Jakarta - Anda selalu curiga dan tak mudah percaya orang lain? Waspada dengan gangguan kepribadian paranoid (Paranoid personality disorder/PPD). 

"Orang dengan PPD secara lahiriah bermusuhan dan mungkin tampak menyendiri karena mereka merasa hubungan itu sebagai sumber stres, kata Royce Lee, MD, seorang profesor psikiatri dan ilmu saraf perilaku di University of Chicago seperti dilansir Business Insider.

Orang dengan PPD juga cenderung curiga dan tidak percaya pada orang lain, tegang dan gugup dalam situasi sosial, dan waspada terhadap ancaman. Ini yang membuat orang dengan PPD kesulitan menjaga persahabatan dan hubungan romantis, dan mungkin mudah dihina atau tersinggung.

Beberapa gejala umum Paranoid personality disorder yang meliputi:

a. Percaya bahwa orang lain berbohong atau mengeksploitasi mereka

b. Menyimpan dendam atau menolak untuk memaafkan

c. Terlalu sensitif terhadap kritik

d. Takut mengungkapkan informasi pribadi apa pun kepada orang lain

e. Salah berpikir bahwa orang lain menghina mereka

f. Selalu curiga bahwa pasangannya selingkuh

g. Berasumsi ada hal tersembunyi dalam ucapan atau penampilan orang lain

h. Susah santai

i. Mudah marah dan cepat membantah

"Orang dengan PPD mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain, tetapi itu tidak berarti mereka berbahaya. Mereka rentan terhadap kemarahan, tetapi tidak selalu melakukan kekerasan," kata Lee.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyebab PPD dan Pengobatan

Ada beberapa faktor berbeda yang dapat membuat orang lebih bersiko besar terkena gangguan kepribadian paranoid. Ini termasuk:

Genetika: Gangguan ini cenderung diturunkan dalam keluarga dan seseorang lebih mungkin mengembangkan PPD jika ada anggota keluarga dengan skizofrenia atau gangguan delusi.Pengalaman hidup tertentu: "Sepertinya pengalaman di mana seseorang belajar bahwa mereka tidak dapat mempercayai orang-orang penting di lingkungan mereka mungkin menjadi faktor," kata Chris Hopwood, PhD, seorang profesor psikologi di University of Zurich.

"Kepribadian paranoid idealnya didiagnosis dengan kuesioner atau wawancara standar, berdasarkan kriteria dalam manual diagnostik (DSM-5)," kata Hopwood.

Namun, hal penting dari proses ini adalah untuk membedakan antara PPD dan gangguan lain yang memiliki gejala serupa, kata Hopwood. 

Misalnya saja PPD vs kecemasan, PPD berbeda dari kecemasan karena perasaan paranoia selalu hadir, tidak hanya dalam situasi tertentu.

PPD vs skizofrenia: PPD berbeda dari gangguan psikotik seperti skizofrenia karena tidak ada halusinasi atau delusi. Menurut Lee, PPD diobati dengan psikoterapi, sedangkan skizofrenia membutuhkan obat-obatan.

Sayangnya, baru ada sedikit penelitian tentang PPD. "Banyak dokter tidak menganggap gangguan kepribadian paranoid sebagai kategori atau diagnosis yang valid," kata Hopwood.

Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya mengobati PPD, tetapi obat antipsikotik tertentu dapat membantu mengobati gejala kecemasan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.