Sukses

Orangtua Perlu Tahu Penyebab dan Gejala Lupus pada Anak

Penyakit lupus pada anak dapat menyebabkan kondisi gangguan yang serius, bahkan kematian.

Liputan6.com, Jakarta - Lupus pada anak dapat menyebabkan kondisi gangguan yang serius, bahkan kematian. Biasanya, penyakit lupus dapat ditemukan pada satu keluarga besar.

Demikian disampaikan Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi RS Hermina Depok, dr. Nia Kurniati, Sp A(K) pada virtual launch aplikasi LupusKu, Senin (8/11/2021).

Penyakit lupus, kata Nia, merupakan salah satu penyakit autoimun kronis yang dapat menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, hingga otak. Lupus bisa dialami oleh siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Tetapi penyakit ini umumnya lebih sering menyerang perempuan.

"Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi atau cedera. Namun, saat seseorang mengalami penyakit autoimun, seperti lupus, sistem imun justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat," jelas Nia.

"Namun, orang yang memiliki gen lupus ini belum tentu terkena lupus. Begitu pula dengan yang tidak mempunyai gen lupus, tapi dapat terkena penyakit lupus," tambah Nia.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui lebih jauh tentang penyakit ini. Anda bisa memulainya dengan memahami penyebab penyakit lupus pada anak, serta gejalanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Penyakit Lupus

Hingga saat ini, pola keturunan penyakit lupus maupun penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti. Kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus.

Namun, lupus bukanlah penyakit yang menular maupun penyakit keturunan. Bahkan, anak yang lahir dari orangtua yang menderita lupus, hanya berisiko sekitar 5 persen untuk terkena penyakit tersebut.

Para peneliti menilai, terdapat beberapa faktor lain yang dapat menjadi pemicu gejala lupus selain genetik, seperti paparan sinar matahari, penyakit infeksi, atau obat-obatan tertentu.

Risiko terjadinya lupus juga meningkat jika seseorang berjenis kelamin wanita, berusia 15–45 tahun, dan memiliki anggota keluarga dengan penyakit lupus. Perlu diingat, lupus bukanlah penyakit menular.

3 dari 4 halaman

Gejala Umum Penyakit Lupus

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala yang muncul juga dapat membuat lupus terlihat seperti penyakit lain yang serupa, seperti:

  • Merasa lemah dan mudah lelah
  • Nyeri pada otot
  • Nafsu makan berkurang
  • Pembengkakan pada kelenjar
  • Rambut rontok
  • Nyeri di perut
  • Mual
  • Diare
  • Muntah-muntah
  • Bercak merah di kulit wajah (seperti kupu-kupu)
  • Sariawan

Walau memiliki gejala yang terlihat jelas, terkadang dokter masih mengalami kesulitan dalam mendiagnosis penyakit lupus. Perlu waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, hingga berbagai gejala dan tanda penyakit lupus muncul agar penyakit ini dapat didiagnosis sebagai lupus.

"Hal ini karena gejala lupus seringkali muncul satu per satu dan dalam waktu yang lama. Bahkan, beberapa gejala bisa hilang dan timbul kembali secara tiba-tiba," kata Nia.

Kerjasama pasien dan keluarga sangat diperlukan untuk menceritakan semua kelainan gejala yang pernah dialami pada dokter.

Selain itu, Anda juga diharapkan dapat langsung menghubungi dokter apabila anak atau kerabat terlihat mengalami kondisi yang serupa. Karena semakin cepat perawatan dilakukan, maka tingkat keberhasilan perawatannya juga akan semakin baik.

 

Reporter: Lianna Leticia

4 dari 4 halaman

Infografis Beda Bahaya COVID-19 Varian Delta dengan Delta Plus

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.