Sukses

Pakar: Efek Samping Obat Cacing Ivermectin Mirip dengan Gejala COVID-19

Pakar ingatkan bahwa Ivermectin punya efek samping mirip dengan gejala COVID-19

Liputan6.com, Jakarta - Obat cacing Ivermectin baru-baru ini menjadi perbincangan lantaran disebut dapat digunakan untuk mengobati COVID-19.

Dalam konferensi pers pada Selasa, 22 Juni 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) menyebut bahwa izin edar Ivermectin sebagai obat cacing, bukan obat COVID-19.

Menanggapi kehebohan tersebut, Ahli Mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi di Universitas Padjajaran (Unpad), Dr Mia Miranti menjelaskan bahwa ivermectin dianggap dapat menghambat protein yang membawa virus masuk ke sel tubuh manusia.

“Jadi, kalau si virus itu tidak dapat masuk ke tubuh manusia, akibatnya virus tidak dapat bereplikasi di dalam sel. Kalau tidak dapat bereplikasi di dalam sel, jumlah virus yang ada dalam sel tubuh manusia jadi berkurang, dianggapnya seperti itu,” ujar Mia kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu, 23 Juni 2021.

Sebagai obat cacing, lanjut Mia, ivermectin dapat menimbulkan efek samping berupa mual, demam, alergi, ruam, muntah, sampai bentol-bentol.

Menurut Mia, efek samping ini cenderung mirip dengan gejala COVID-19 sehingga dikhawatirkan menimbulkan kebingungan saat mendiagnosa.

“Ivermectin tidak membunuh virus malah efek sampingnya mirip gejala COVID-19 seperti mual, muntah, pusing. Saya pikir malah jadi saru (mirip), malah jadi bingung apakah dia COVID-19 atau efek obat cacing,” katanya.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Antiparasit bukan Antivirus

Lagipula pada dasarnya Ivermectin merupakan antiparasit bukan antivirus. Mia, mengatakan, kedua hal ini jelas sangat berbeda.

“Secara struktur saja sudah beda. Kalau parasit bentuknya sel, kalau virus itu non seluler makanya disebut partikel virus bukan sel virus,” ujarnya.

Mekanisme kerja dari ivermectin adalah menghancurkan sel dan tidak bisa menghancurkan partikel. Dengan kata lain, penggunaan obat ini terhadap virus sebetulnya tidak efektif.

“Jadi, sejauh ini tidak ada obat yang efektif membunuh virus, yang ada adalah menghambat supaya virus itu tidak bereplikasi,” katanya.

Sedangkan ivermectin tidak menghambat virusnya melainkan menghambat protein yang membawa virus ke dalam sel.

“Kan virus kalau masuk ke dalam tubuh kita ada protein yang mengajak virus untuk berikatan dengan sel. Nah obat ini tuh menghambat si proteinnya supaya virusnya enggak bisa masuk ke dalam sel, hanya kayak gitu sih sebetulnya,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Efektivitasnya?

Sejauh ini, lanjut Mia, belum ada riset yang menunjukkan efektivitas ivermectin untuk obat COVID-19.

“Belum ada riset yang menyatakan keampuhan obat dalam mengendalikan virus. Hanya efeknya, kalau virusnya tidak bisa bereplikasi karena protein pembawa virusnya ini rusak akibat ivermectin, biasanya jumlah virusnya turun tapi jurnal resminya belum ada.”

Ivermectin juga tidak memiliki fungsi untuk membuat virus menjadi cacat. Dalam hal ini, virus tetap utuh karena obat cacing tersebut hanya berpengaruh pada protein pembawa virusnya saja.

“Jadi kalau virus mau masuk ke dalam sel itu ada receptor ada ligan, fungsi kerja ligan itu seperti kunci dan fungsi receptor itu seperti lubang kunci. Dugaan saya protein yang dimaksud adalah protein  yang mengikat virus dengan sel, tapi masalah ini protein virusnya atau protein selnya belum jelas, jadi saya enggak berani bilang bahwa ini efektif,” tutupnya.      

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Aman Hindari COVID-19 Saat Harus Mengantre

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.