Sukses

Kampanye 10 Jari untuk Mengenal Tanda Kanker Ovarium, Perempuan Wajib Tahu

Kanker ovarium termasuk jenis kanker yang mematikan dan nomor tiga terbanyak yang dialami perempuan.

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit kanker ovarium mungkin tidak terlalu diketahui banyak dibanding kanker payudara atau kanker serviks. Namun, kanker ovarium peringkat 3 dari sisi insiden dan tingkat kematian untuk penyakit kanker pada wanita di Indonesia.

Berbeda dengan kanker payudara dan kanker serviks yang bisa memerlihatkan gejala di awal, kanker ovarium tidak. Penyakit ini samar gejalanya seringkali disalahartikan dengan penyakit lain. Jika sudah menunjukkan gejala seperti perut sakit, nyeri pinggang dan makan minum susah, kemungkinan sudah stadium lanjut.

"Karena gejala mirip dengan penyakti lain jadi sering luput dari perhatian dan baru ditemukan ketika telah mencapai stadium lanjut," kata ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Dr dr Andrijono SpOG(K).

Padahal jika ditemukan sedini mungkin, kemungkinan peluang untuk sembuh dan tidak terjadi kekambuhan sangat besar. Oleh sebab itu Andrijono mendukung Kampanye 10 Jari untuk membantu wanita lebih waspada terhadap kanker ovarium.

Kampanye 10 Jari adalah kampanye untuk mengenal 6 faktor risiko dan 4 tanda kanker ovarium.

Ini 6 faktor risiko yang dimaksud:

1. Ada riwayat kista endometriosis

2. Ada riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium dan kanker payudara

3. Mengalami mutasi genetik (contoh BRCA)

4. Angka paritas rendah (paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami ibu baik lahir hidup maupun mati)

5. Gaya hidup buruk

6. Pertambahan usia

Lalu, 4 tanda kanker kanker ovarium yakni-

1. Kembung

2. Nafsu makan berkurang

3. Sering buang air kecil 

4. Nyeri panggul atau perut

"Segera ke dokter, jika memiliki salah satu dari 6 faktor risiko dan salah satu dari 4 gejala kanker ovarium," pesan Andrijono dalam webinar yang didukung oleh AstraZeneca pada Sabtu, 29 Mei 2021. 

Dokter spesialis kebidanan dan onkologi akan melakukan pemeriksaan rinci untuk mengetahui hal tersebut. Semakin dini kanker ovarium diketahui semakin bisa ditangani dan angka harapan hidup lebih tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dukungan Penyintas Kanker Ovarium Shahnaz Haque

Di kesempatan yang sama hadir wanita yang juga pembawa acara Shahnaz Haque. Sosok tangguh ini beberapa puluh tahun lalu pun terdiagnosis kanker ovarium.

“Saya terdiagnosis kanker ovarium tahun 1998 ketika usia 26 tahun," kata Shahnaz.

Wanita 48 tahun ini merasa beruntung karena saat itu Tuhan memberikan 'tanda' dengan dirinya tidak menstruasi selama tiga bulan. Sehingga, tubuh semacam memberikan peringatan pada dirinya untuk memeriksakan diri ke dokter.

Setelah menjalani pemeriksaan, rupanya benar, ia mengalami kondisi yang sama seperti yang dialami sang ibu yakni kanker ovarium. Ibu dari Shahnaz meninggal pada tahun 1991 karena kanker ovarium.

Dalam kasus Shahnaz kanker ovarium dideteksi stadium awal, sehingga ia segera melakukan tindakan medis yakni operasi. Sebagai pejuang kanker pun mengingatkan kepada masyarakat untuk mempercayakan pengobatan kanker pada tenaga kesehatan bukan dukun.

"Kanker itu penyakit medis bukan mistis jadi jangan datang ke dukun," tekannya.

Ia pun berharap banyak perempuan mengetahui Kampanye 10 Jari. Dengan segera mendeteksi dini, kesempatan hidup lebih lama pun bisa terwujud. 

 

3 dari 3 halaman

Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini