Sukses

Bersiap Hadapi Bonus Demografi, Waspada Penyakit IMS yang Rentan Terjadi di Usia Remaja

Masalah kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia.

Liputan6.com, Bandung Penyakit infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Selain itu penularan IMS  dapat melalui jarum suntik yang terkontaminasi dan dari ibu ke janinnya. 

Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin Yanto Widiantoro, pada 14 tahun mendatang, Indonesia akan mengalami bonus demografi yaitu berlimpahnya remaja yang tumbuh pada era itu. Pertumbuhan remaja yang sangat besar ini harus diwaspadai dari berbagai aspek, termasuk kesehatan.

“Selama dekade terakhir, masalah kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia, keadaan ini antara lain berkaitan dengan perilaku seksualnya,” kaya Yanto dalam keterangan resminya ditulis Senin, 29 Juni 2020.

Yanto menerangkan pada masa remaja terjadi beberapa perubahan fisik, psikologis dan kognitif. Perubahan ini sebut Yanto, menyebabkan remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. 

Pemahaman yang kurang atau salah mengenai masalah seksualitas menyebabkan remaja berisiko melakukan hubungan seksual yang tidak aman seperti berganti – ganti pasangan, memakai narkoba dan tidak menggunakan kondom. Perilaku seksual yang tidak aman dapat meningkatkan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan yang berakhir dengan aborsi.

Secara global papar Yanto, angka kejadian IMS tertinggi didapatkan pada remaja dan usia di bawah 25 tahun. Sebagian besar penderita IMS tidak menunjukkan gejala, bila bergejala dapat berupa keputihan, kencing nanah, kutil kelamin, dan borok. 

“IMS yang sering ditemukan adalah gonore dengan keluhan keputihan pada wanita dan kencing nanah pada laki – laki serta kutil kelamin. Penderita IMS yang tidak menunjukkan gejala tidak akan berobat, sehingga dapat menimbulkan komplikasi dan dapat menjadi sumber penularan,” ujar Yanto.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Risiko Tertular IMS Terkait Perilaku

Berdasarkan data rekam medis Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Divisi Infeksi Menular Seksual di Rumah Hasan Sadikin (RSHS), selama periode tiga tahun dari 1 Juli 2010 hingga 30 Juni 2013, tercatat sebanyak 964 pasien, dan prevalensi pasien berusia 10–19 tahun sebesar 9,34 persen (90 orang). 

Sebanyak 35,5 persen remaja tersebut menderita lebih dari satu IMS. Data dari klinik yang khusus menangani pasien HIV dan AIDS di RSHS Teratai, didapatkan data bahwa penderita HIV/ AIDS lebih dari 90 persen terdapat pada kelompok usia 17-25 tahun, dengan demikian mereka pertama kali tertular HIV pada usia remaja.

“Berdasarkan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap siswa SMA atau SMK di salah satu kota di Jawa Barat yang dilakukan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri ternyata sebagian besar siswa yaitu 56.5 persen memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyebab, gejala dan komplikasi IMS.  Sebuah penelitian juga menjelaskan, 20 persen remaja Indonesia yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual,” ucap Yanto.

Beberapa risiko tertular IMS sangat berhubungan dengan perilaku, sehingga edukasi dan counseling merupakan strategi utama dalam upaya  pencegahan dan pengendalian IMS.

Yanto menyebutkan anak jalanan merupakan kelompok yang berisiko tertular HIV, karena anak jalanan lebih banyak terpapar dan terlibat dalam aktivitas seksual, juga serin mendapat eksploitasi dan perlakuan kasar dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya. 

“Pada penelitian yang dilakukan terhadap 110 anak jalanan di beberapa tempat di Bandung, sebanyak 20 persen positif HIV dan 63 persen dari mereka memiliki tingkat pengetahuan HIV /AIDS yang buruk,” sebut Yanto.

3 dari 3 halaman

Gejala IMS pada Laki-Laki dan Perempuan

Yanto melanjutkan beberapa penyakit yang termasuk IMS diantaranya gonore (kencing nanah), gejala pada laki-laki diantaranya rasa pedih pada saluran kemih, nyeri saat kencing dan keluar cairan atau nanah dari lubang saluran kencing. 

Sedangkan pada perempuan sering tidak menimbulkan gejala selain keputihan. Gonore dapat menimbulkan komplikasi kemandulan, pada wanita hamil bayi akan terinfeksi pada mata (kebutaan) dan hamil di luar kandungan.

“Sifilis atau raja singa. Gejalanya diantaranya luka lecet pada alat kelamin atau sekitar dubur yang tidak terasa nyeri, ada benjolan pada lipatan paha tidak nyeri dan ruam kulit tidak gatal. Komplikasi yang dapat timbul adalah keguguran, bayi lahir prematur, kecacatan pada bayi,” terang Yanto.

Selain itu terdapat pula gejala berupa kutil kelamin atau jengger ayam. Gejalanya adalah bintil-bintil kecil, kemudian membesar menyerupai jengger ayam. Komplikasinya yaitu dapat menyebabkan kanker rahim dan kanker pada penis.

Gejala lannya bernama Herpes Genital. Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus simplek tipe I dan II ini adalah dengan didahului demam dan tidak enak badan, gelembung berisi cairan yang berkelompok serta terasa nyeri, dan terjadi pada bibir kemaluan, penis dan dubur.

“Untuk infeksi HIV-AIDS. Pada HIV tidak memiliki gejala, tapi pada AIDS terjadi setelah terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang berat, muncul gejala selanjutnya diantaranya berat badan menurun, tanpa diketahui penyebabnya, demam tanpa diketahui penyebab lebih dari 30 hari dengan intensitas yang hilang timbul, diare lama atau terus menerus, infeksi, serta keganasan,” tukas Yanto.

IMS ini memang berbahaya dan perlu diwaspadai oleh semua orang baik remaja maupun orang tuanya. Namun IMS dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, setia kepada pasangan, gunakan pelindung, dan jauhi Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.