Sukses

30 Hari Merawat Pasien COVID-19, Tenaga Medis RSD Wisma Atlet Butuh Konseling Mental

Bekerja 30 hari penuh merawat pasien COVID-19, tenaga medis RS Darurat Wisma Atlet membutuhkan konseling kesehatan mental.

Liputan6.com, Jakarta Bekerja 30 hari merawat pasien COVID-19, tenaga medis di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet membutuhkan layanan kesehatan mental, konseling. Jam kerja yang panjang membuat para petugas membutuhkan stamina dan kesehatan mental yang baik.

RS Darurat Wisma Atlet memiliki fasilitas kesehatan mental untuk pasien dan petugas penanganan COVID-19. Kepala Kesehatn Kodam Jaya Kolonel Ckm dokter Stefanus Dony menyampaikan, dukungan yang tak kalah penting untuk para dokter dan tenaga kesehatan berasal dari tim kesehatan mental.

"Saat ini, kami ada 10 personel sebagai tim kesehatan mental. Personel tersebut berasal dari TNI dan sukarelawan. Tekanan yang dihadapi para tenaga kesehatan sangat tinggi," jelas Dony di hadapan Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan dan Penanganan COVID-19 Doni Monardo saat berkunjung di RS Darurat Wisma Atlet, kemarin (25/5/2020).

Dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Dony menerangkan, sebelumnya tenaga medis bekerja selama 14 hari penuh ditambah masa karantina 14 hari. Tidak seperti ketika para tenaga medis ini bekerja di rumah sakit dalam kondisi normal yang mungkin mendapatkan libur setelah satu atau dua hari bekerja. Tetapi tidak di RS Darurat Wisma Atlet.

"Setelah dilakukan evaluasi kinerja, tenaga medis dituntut bekerja 30 hari. Hal tersebut berdasarkan evaluasi 14 hari kerja yang dinilai kurang efisien. Waktu 14 hari dinilai tidak cukup untuk mengenali lingkungan di beberapa tower RS Darurat Wisma Atlet yang diaktifkan. Dalam waktu satu bulan ini, mereka langsung datang dan bisa memahami situasi di sini,” terangnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berikan Ice Breaking

Selain memberikan konseling, tim kesehatan mental di RS Darurat Wisma Atlet memberikan ice breaking kepada personel atau petugas yang bekerja.

Istilah ice breaking sering dipakai dalam training bertujua supaya saling mengenal, mengerti, dan bisa berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang lainnya.

Ice breaking diberikan untuk menghadapi pasien dengan latar belakang berbeda,” tambah Dony.

Ia mencontohkan tatkala perawat berhadapan dengan pasien yang berprofesi sebagai Anak Buah Kapal (ABK). Mereka masih muda tetapi positif COVID-19. Menghadapi anak-anak muda seperti ini membutuhkan kesabaran.

Di sisi lain, pengertian dan pemahaman pasien mengenai COVID-19 pun masih kurang. Misal, mental pasien menjadi turun manakala pasien diinformasikan terpapar virus Corona.

Pada awalnya, ditemui beberapa kasus yang membutuhkan dukungan kesehatan mental sehingga tim yang dibentuk menambah fasilitas layanan kesehatan mental RS Darurat Wisma Atlet.

 

3 dari 4 halaman

Doni Apresiasi RSD Wisma Atlet

Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ikut mengapresiasi pengaktifan RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran. RS Darurat Wisma Atlet dibuka Presiden Joko Widodo pada 23 Maret 2020.

"Saya mengapresiasi semua pihak yang telah menyiapkan RS Darurat Wisma Atlet dari awal proses berlangsung sejak pertengahan Februari 2020," tambahnya.

"Setelah mendapatkan pesan dari Menteri Sekretariat Negara untuk menyiapkan fasilitas RS dalam menghadapi wabah COVID-19. Kemudian kami berkoordinasi dengan Menteri PU dan BUMN atas perintah Presiden."

Sejak dibuka pada pertengahan Maret 2020 lalu, total pasien terdaftar di RS Wisma Atlet hingga Senin, 25 Mei 2020 berjumlah 3.966 orang. Jumlah pasien rawat inap sebanyak 932 orang, dengan rincian laki-laki 610 dan perempuan 322 orang.

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.