Sukses

Kepala BKKBN Rinci Sederet Tantangan Dalam Menyongsong Bonus Demografi

Bonus demografi menghadapi sejumlah tantangan yang harus segera diselesaikan.

Liputan6.com, Pangkalpinang - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengungkap tantangan dalam menghadapi bonus demografi.

Menurut Hasto, tantangan pertama yang dihadapi berkaitan dengan pendidikan. Pria berkacamata ini mengatakan bahwa masih banyak usia produktif yang pendidikannya rata-rata hanya 8,6 tahun.

"Repot toh? Menurut BPS tahun 2015, 58 persen masih SD. Itu kan tantangan," kata Hasto Wardoyo di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung pada Jumat, 13 September 2019.

Hasto jadi teringat sewaktu masih menjadi Bupati Kulon Progo. Dia sering 'menangkapi' anak-anak SD, SMP, dan anak jalanan yang putus sekolah untuk dimasukkan ke asrama selama satu bulan guna dibekali dengan pendidikan.

"Pendidikan itu harus kita paksakan sedikit," ujar Hasto Wardoyo.

Baca juga: Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Promosikan Pemuda Ini, Calon Suami yang Baik

 

Simak Video Menarik Terkait Kepala BKKBN Hasto Wardoyo

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kesehatan Tantangan Bonus Demografi

Tantangan berikutnya dalam menghadapi bonus demografi adalah masalah kesehatan. Tidak lain mengenai angka kematian bayi dan angka kematian ibu.

Hasto yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandungan, mengatakan, angka kematian ibu harus segera diturunkan dengan cara membagi habis ibu hamil di tingkat bidan.

Baca juga: Jungkir Balik Hasto Wardoyo Bisa Menolong Persalinan 64.900 Kali

Kalau ibu hamil dibagi habis di tingkat bidan, angka kematian ibu pun akan turun.

"Saya di Kulon Progo itu turun. Satu bidan saya minta mengawal 26 sampai 30 ibu hamil," kata Hasto Wardoyo.

"Akhirnya, dari 5.300 persalinan, yang mati karena melahirkan dan proses kehamilan, hanya satu," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Stunting dan Bonus Demografi

Stunting sebenarnya masuk ke dalam tantangan dalam menghadapi bonus demografi beberapa tahun mendatang.

Namun, kata Hasto, menangani stunting butuh waktu yang lebih lama. Tidak bisa hanya satu atau dua tahun. Setidaknya, lima tahun.

"Karena kalau anak yang didiagnosis stunting, maka dia kesempatannya sudah lewat. Kalau kita mau membuat angka stunting turun, ya sekarang," katanya.

Ada pun caranya, seorang wanita yang berencana untuk hamil harus sudah rajin minum asam folat.

Begitu juga suaminya. Hasto, mengatakan, kalau ingin menghamili istrinya harus juga mengonsumsi asam folat.

"Spermanya jadi baik, anaknya pun jadi baik," katanya.

Tak lupa, pemerintah pun harus bekerja keras dalam mengelola sumber daya manusia (SDM), terutama individu berusia tua dan pensiunan.

"Jadi, purna tugas itu disiapkan biar dia tidak jadi beban anak cucunya," kata Hasto Wardoyo menekankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.