Sukses

Ini Akibatnya Bila Tak Imunisasi MR, Para Ibu Berkisah

Orang tua yang terinfeksi virus rubella saat kehamilan sehingga berakibat pada kelainan bawaan sejak lahir pada anaknya, berpesan kepada orang tua lain untuk melakukan imunisasi MR pada anak.

 

Liputan6.com, Jakarta Orang tua yang terinfeksi virus rubella saat kehamilan sehingga berakibat pada kelainan bawaan sejak lahir pada anaknya, berpesan kepada orang tua lain untuk melakukan imunisasi MR pada anak.

Laely Ekawati, yang pernah terinfeksi rubella saat awal kehamilan dan melahirkan anak dengan gangguan pendengaran berat, di Jakarta, Jumat, mengatakan sempat mengirim banyak pesan singkat kepada teman-temannya agar mau mengimunisasi anaknya dengan vaksin measles-rubella (MR) yang dikampanyekan pemerintah.

"Imunisasi MR ini wajib, ya. Mau k nanti anaknya seperti anak aku?" kata Laely menceritakan bagaimana dirinya berpesan kepada para orang tua lain agar tidak memiliki anak dengan gangguan pendengaran, saat kampanye imunisasi MR tahun lalu.

Laely menceritakan terinfeksi rubella pada usia kehamilan 12 minggu setelah bepergian ke pusat berbelanjaan. Awalnya muncul bintik dan ruam merah di tangan yang kemudian menjalar ke sekujur tubuh pada hari berikutnya.

Saat melahirkan, Laely belum mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan pendengaran. Dia mulai mengetahui bahwa anaknya tuli berat setelah diperiksakan ke dokter lantaran hanya bisa menangis dan tertawa pada usia yang seharusnya sudah mulai berbicara.

"Anak ibu derajat pendengarannya sudah paling bawah, ini idealnya pakai implan koklea," kata Laely menirukan ucapan dokter. Sejak saat itu Laely terus berusaha memberikan penanganan dengan operasi implan koklea dan terapi pendengaran.

Dia berpesan agar orang tua lain mau mengimunisasi anaknya dengan vaksin MR untuk mencegah terjadinya penularan rubella dari anak kepada ibu hamil agar tidak menginfeksi janin dan melahirkan anak dengan kecacatan bawaan.

"Karena ngga gampang loh punya anak berkebutuhan khusus. Perlu tenaga, waktu, pikiran, materi, semua kudu (harus) sabar banget. Dan ngga semua keluarga Indonesia berkecukupan, kan kasihan. Kalau bisa dicegah, MR itu wajib," kata Laely.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jantung bocor

Hal yang sama juga dialami oleh Yunita Maya Susanthie, seorang ibu yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran. Maya yang terinfeksi rubella saat usia kandungan lima bulan memiliki anak dengan gangguan pendengaran dan indikasi jantung bocor sejak lahir.

Ia berpesan agar para orang tua, khususnya ibu, untuk rutin mengecek kesehatan dan berupaya mencegah penyakit dengan imunisasi anak, dan kalau perlu ibunya. Dia mengatakan bahwa mendidik anak dengan gangguan pendengaran membutuhkan biaya yang besar.

Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia DR dr Soedjatmiko Sp.A(K) mengatakan pentingnya imunisasi MR pada anak untuk mencegah penularan campak dan rubella.

"Vaksin campak itu untuk melindungi anak dari penyakit campak dan agar tidak menularkan pada anak lain. Campak pada anak berbahaya bisa menyebabkan diare, radang paru, ensefalitis (radang otak), kebutaan, gizi buruk hingga kematian. Tapi kalau imunisasi rubella pada anak selain untuk mencegah juga memutus mata rantai virus supaya tidak tertular pada ibu hamil," kata Soedjatmiko.

Rubella pada anak menyebabkan efek penyakit ringan biasa atau bahkan tidak berdampak, namun yang dikhawatirkan apabila virus rubella yang dibawa oleh anak menginfeksi ibu hamil.

Infeksi rubella selama awal kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian janin, atau sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndroma/CRS) pada bayi yang dilahirkan. CRS biasanya bermanifestasi sebagai penyakit jantung, katarak, microcephaly (kepala kecil), dan tuli berat sejak anaknya dilahirkan. (Antara/Orang tua yang terinfeksi virus rubella saat kehamilan sehingga berakibat pada kelainan bawaan sejak lahir pada anaknya, berpesan kepada orang tua lain untuk melakukan imunisasi MR pada anak. (Antara/Aditya Ramadhan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.