Sukses

Gaya Nyentrik Ibu Guru Kembar yang Kemana-kemana Serba `Kembar`

Sri Irianingsih dan Sri Rosyati, ibu guru kembar yang kemana-mana selalu `berseragam`, mulai dari asesoris rambut hingga ke ujung kaki.

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak kembar biasanya senang mengenakan pakaian serupa. Tapi, penampilan ini tak terlihat lagi ketika anak kembar itu beranjak dewasa. Namun tidak pada Sri Irianingsih dan Sri Rosyati. Ibu guru kembar tersebut kemana-mana selalu `berseragam`, mulai dari asesoris rambut hingga ke ujung kaki.

"Kami memang seperti ini semua yang kami lakukan ya sama, mungkin karena dibiasakan dari dulu masih kecil. Orangtua kami kalau beli barang ya mesti sama sekarang jadi keterusan," kata Rosy, ditulis Selasa (14/2/2014).

Dua wanita yang lahir Semarang, 4 Februari 1950, ini selalu mengaplikasikan budaya Indonesia dalam gaya berbusananya. "Kami ingin menunjukan budaya Indonesia itu seperti ini, cantik, manis dan elegan. Indonesia punya aneka ragam kain yang bagus, semua baju kami itu didesain sendiri dan selalu menyelipkan budaya Indonesia seperti batik," kata Rosy.

Wajah atau gaya bisa saja sama, tapi sebagai saudara kembar keduanya tentu memiliki perbedaan, "Kalau saya lebih tomboy dibandingkan Rosy, kalau dia detailnya misalnya pakai ini bagusnya ya dipadanin sama ini. Dia yang ngurus kalau saya sih lebih santai," kata Rian.

Rosy memang mengaku sangat tertarik dunia fashion, sejak usia belia keduanya bisa dikatakan kembangnya Semarang. "Kalau topi ini memang dari dulu, kami sudah biasa pakai ini. Kalau ada yang bilang loh kaya Noni Londo (Belanda) aja. Tapi ya memang begini karena sudah dari dulu saya memperhatikan dunia fashion juga," kata Rosy.

Kembar identik ini mengaku memiliki koleksi topi mencapai 50-an dan sepatu sampai 150an. Meski demikian, menurut Rian memadupadankan pakaian dan topi tidak perlu selalu membeli barang baru. "Fashion itu tidak mesti mahal kok, koleksi topi kami saja paling Rp. 25.000. Kalau lagi kemana ada yang bagus dan unik ya kami ambil," kata Rian.

"Tidak mesti mahal atau baru, wong kami suka milok (mewarnai dengan pilok) topi. Misalnya baju ini warna topinya tidak ada yaudah pilok aja sesuai warna yang diinginkan, ini kami lakukan sendiri wong gampang," kata mereka sembari tertawa geli mengingat hal itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Usia Tak Halangi Hobi Menyelam



Siapa bilang usia tua tidak dapat melakukan kegiatan menyelam ke dalam laut. Wanita kembar ini masih melakukan hal tersebut. "Wah walaupun usia kami sudah 64 tahun kami masih menyelam, mungkin kedalamannya tidak seperti waktu masih muda paling 10 sampa 20 meter," kata Rian.

Hobi menyelam ini dimulai dari Rian sejak kerap menemani sang suami Feizal yang seorang angkatan laut. Kemudian Rian menularkannya ke Rosy. "Ini dulunya mah dia, saya belajar dari dia. Sekarang jadi cinta deh dan ikut menyelam," kata Rosy.

"Dulu kan suami saya saat berlayar, saya melihat ada pasukan katak kemudian saya bilang carikan saya baju menyelam. Mau ikut, walaupun saya tidak diizinkan wong saya sudah suka ya menyelam saja," kata Rian.

Keduanya telah memiliki lisensi menyelam yang resmi sehingga berani melakukan hal tersebut. "Ini anak kami ngajak menyelam tetapi tidak bisa karena kami masih banyak kerjaan. Saya bilang nanti Juni atau Juli saja kita menyelam," kata Rian.

Selain hobi menyelam, ada kesukaan lainnya yang tak bisa ditinggal keduanya yakni minum jus. Baginya minum jus itu penting. "Kami sangat suka jus, sedih kalau tidak minum jus. Badan rasanya lemas, selain itu kami suka minum susu, kacang hijau dan makanan bergizi seimbang. Mungkin pola makan ini yang membuat tenaga kami masih seperti sekarang ini. Kami juga pernah naik gunung," kata mereka.

Sejak kecil keduanya mengaku tidak pernah bertengkar. "Kami tidak pernah bertengkar, dari dulu bisa dibilang kami anak baik. Tetapi yang paling manut orangtua itu Rosy, saya mah masih senang dolan (main) kalau dia tidak. Disuruh tidur siang ya tidur kalau saya habis belajar baru main," kata Rian.

Laksana peri penyinar harapan untuk anak-anak jalanan, ibu guru kembar mengartikan hidup untuk saling berbagi. Menurut keduanya, dengan berbagi seseorang tak akan rugi

"Arti kehidupan untuk kami, ya saling berbagi. Kalau kita berbagi itu tidak rugi, ini ungkapan rasa syukur atas apa yang Tuhan berikan," kata Rian.

Menurut ibu kembar itu, berbagi bukan harus selalu harta. "Kami selalu mengingatkan ke anak-anak baik kandung dan anak didik kami untuk saling berbagi. Berbagi tidak cuma harta, bisa dengan kasih sayang, cinta, tenaga, waktu berbagi apapun agar hidup menjadi lancar dan diberkahi," kata mereka.

Penggagas Sekolah Darurat Kartini ini berharap semakin banyak orang yang peduli dengan orang sekitar."Hidup itu akan lancar bila hubungan antara Tuhan, keluarga, sesama makhluk hidup dijaga dengan baik," kata keduanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.