Sukses

Ancaman Donald Trump kepada Hamas jika Kekerasan di Gaza Berlanjut

Apakah AS yang akan menyerang Hamas? Simak penuturan Trump berikut ini.

Diterbitkan 17 Oktober 2025, 13:07 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump pada hari Kamis (16/10/2025) memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan punya pilihan selain masuk dan membunuh para anggota Hamas jika pertumpahan darah internal terus berlanjut di Gaza.

Peringatan dari Trump itu muncul setelah sebelumnya dia meremehkan kekerasan internal di wilayah tersebut, yang terjadi sejak gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas mulai berlaku pekan lalu.

Setelah melontarkan ancaman terhadap Hamas, Trump kemudian memperjelas bahwa dia tidak akan mengirim pasukan Amerika Serikat ke Gaza.

"Itu tidak akan dilakukan oleh kami," kata Trump dalam percakapan dengan wartawan, seperti dilansir Associated Press. "Kami tidak perlu melakukannya. Ada pihak yang sangat dekat — sangat berdekatan — yang akan masuk dan menyelesaikannya dengan mudah, namun tetap di bawah pengawasan kami."

Trump tidak menjelaskan apakah yang dimaksudnya adalah Israel.

Pada hari Selasa (14/10), Trump mengatakan bahwa Hamas telah menyingkirkan beberapa geng yang sangat jahat dan telah membunuh sejumlah anggota geng tersebut.

"Itu tidak terlalu mengganggu saya, sejujurnya," ujarnya.

Presiden dari Partai Republik itu tidak menjelaskan bagaimana dia akan menindaklanjuti ancamannya yang diunggah di platform Truth Social, dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar untuk memberikan kejelasan.

Namun Trump juga menegaskan bahwa kesabarannya terbatas atas pembunuhan yang dilakukan Hamas terhadap faksi-faksi saingan di wilayah yang hancur tersebut. 

"Mereka akan dilucuti senjatanya dan jika mereka tidak melakukannya, kami yang akan melucuti mereka, dan itu akan terjadi dengan cepat dan mungkin dengan kekerasan," sebut Trump.

2 dari 2 halaman

Kekacauan di Gaza

Kepolisian yang dijalankan Hamas dulunya menjaga tingkat keamanan publik yang tinggi setelah kelompok tersebut mengambil alih kekuasaan di Gaza 18 tahun lalu. Pada saat yang sama, menurut laporan Associated Press, aparat keamanan internal itu juga menindak keras pihak-pihak yang berbeda pendapat.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar dari mereka menghilang ketika pasukan Israel merebut banyak wilayah Gaza dan menargetkan aparat keamanan Hamas melalui serangan udara.

Kekosongan yang muncul kemudian diisi oleh keluarga-keluarga lokal yang berpengaruh serta geng-geng bersenjata, termasuk beberapa faksi anti-Hamas yang didukung Israel. Banyak di antara mereka dituduh membajak bantuan kemanusiaan dan menjualnya demi keuntungan, sehingga memperburuk krisis kelaparan di Gaza.

 

Produksi Liputan6.com