Sukses

8 Mei 1980: WHO Nyatakan Dunia Bebas Cacar, Sang Pembunuh 300 Juta Orang

WHO mengumumkan keberhasilan pemberantasan cacar, penyakit mematikan yang telah menghantui umat manusia selama 3.000 tahun.

Diperbarui 08 Mei 2025, 06:01 WIB Diterbitkan 08 Mei 2025, 06:01 WIB

Liputan6.com, Jenewa - Smallpox atau cacar pernah menjadi ancaman serius bagi kesehatan global dan menelan jutaan korban jiwa di berbagai belahan dunia. Namun, pada 8 Mei 1980, World Health Assembly (Majelis Kesehatan Dunia) ke-33 secara resmi menyatakan bahwa smallpox, atau yang dikenal sebagai penyakit cacar, telah berhasil diberantas.

Dalam pernyataannya disebutkan bahwa “dunia dan seluruh penduduknya telah memperoleh kebebasan dari cacar."

Dalam laporan who.int yang dikutip pada Kamis (8/5/2025), disebutkan bahwa deklarasi tersebut menandai berakhirnya penyakit yang telah menghantui umat manusia selama setidaknya 3.000 tahun dan menewaskan 300 juta orang hanya dalam abad ke-20.

Penyakit ini berhasil diberantas berkat upaya global selama 10 tahun yang dipimpin World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, melibatkan ribuan tenaga kesehatan di seluruh dunia untuk memberikan setengah miliar vaksinasi demi menghapuskan cacar dari muka bumi.

Dengan biaya sebesar US$ 300 juta atau sekitar Rp5 triliun, dunia berhasil menghemat lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp16 triliun setiap tahun sejak 1980.

Berbicara dalam acara virtual yang digelar di kantor pusat WHO dan diikuti para tokoh kunci dalam upaya pemberantasan cacar, Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, "Saat dunia menghadapi pandemi COVID-19, kemenangan umat manusia atas cacar menjadi pengingat akan apa yang mungkin dicapai ketika negara-negara bersatu menghadapi ancaman kesehatan bersama.”

Dunia bisa terbebas dari cacar berkat contoh luar biasa dari solidaritas global dan keberadaan vaksin yang aman serta efektif. Solidaritas ditambah sains sama dengan solusi!

Dr Tedros juga menekankan bahwa keberhasilan pemberantasan cacar memberikan harapan bagi upaya mengeliminasi penyakit menular lainnya, termasuk polio yang kini hanya masih endemik di dua negara. Hingga kini, 187 negara, wilayah, dan kawasan telah disertifikasi bebas dari penyakit cacing Guinea, dengan tujuh negara lagi dalam proses.

Sementara itu, dalam perang melawan malaria, sebanyak 38 negara dan wilayah telah dinyatakan bebas malaria. Untuk kasus Tuberkulosis (TBC), sebanyak 57 negara dan wilayah dengan angka kejadian rendah tengah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target eliminasi TBC.

2 dari 3 halaman

Warisan Pemberantasan Cacar untuk Dunia dan Generasi Mendatang

Dalam kesempatan tersebut, Dr Tedros meluncurkan prangko peringatan untuk menghormati solidaritas global yang menjadi pendorong utama keberhasilan pemberantasan cacar, sekaligus mengapresiasi kerja keras para tenaga kesehatan yang berperan penting dalam pencapaian tersebut.

Prangko ini dikembangkan oleh United Nations Postal Administration (UNPA) atau Administrasi Pos Perserikatan Bangsa-Bangsa bekerja sama dengan WHO, sebagai simbol dari kekuatan persatuan nasional dan solidaritas global. Sejumlah negara seperti Guinea, India, Nigeria, Filipina, dan Togo juga menerbitkan prangko cacar sebagai bentuk dukungan dan kampanye kesadaran terhadap Program Pemberantasan Cacar Intensif WHO yang dimulai pada 1967.

Direktur Regional WHO untuk Afrika, Dr Matshidiso Moeti, mengenang kenangan masa kecilnya terkait cacar yang melekat dengan sosok sang ayah. “Saya berkunjung ke markas WHO dan melihat foto ayah saya berdiri bersama para ahli lain dalam Komisi Global. Saya ingat betul saat beliau melakukan kunjungan tindak lanjut ke pasien. Ia sering pergi dengan sopir dan menghilang ke pedalaman selama berhari-hari. Saya sangat kagum dengan kerja kerasnya yang tak kenal lelah. Strategi yang digunakan untuk memberantas cacar masih relevan hingga saat ini.”

"Pelajaran dari pemberantasan cacar kini diterapkan dalam menangani wabah penyakit. Misalnya, metode pencarian kasus aktif dari rumah ke rumah menjadi dasar program pemberantasan polio, dan vaksinasi secara berantai terhadap kontak pasien digunakan untuk memerangi penyebaran virus Ebola. Begitu pula dalam penanganan COVID-19, pengawasan, pelacakan kasus, pengujian, penelusuran kontak, karantina, serta kampanye komunikasi untuk melawan hoaks menjadi langkah utama,” jelas David Heymann, Profesor Epidemiologi Penyakit Menular di The London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) dan Fellow Terhormat untuk Keamanan Kesehatan Global di Chatham House, London.

 

3 dari 3 halaman

Hadapi Pandemi, WHO Serukan Edukasi dan Akses Vaksin Merata

Setelah cacar berhasil diberantas, WHO dan UNICEF meluncurkan Expanded Programme on Immunization atau Program Imunisasi yang Diperluas, yang kini telah membuat 85 persen anak-anak di dunia mendapat vaksinasi dan terlindungi dari penyakit melemahkan.

Dengan adanya potensi vaksin COVID-19 di masa depan, memastikan ketersediaan pasokan dan menjangkau wilayah terpencil menjadi prioritas utama. Mengatasi keraguan masyarakat terhadap vaksin menjadi tantangan besar dalam menghentikan virus.

Akses terhadap informasi kesehatan masyarakat yang akurat dan edukasi sangat penting agar masyarakat memiliki fakta yang benar untuk melindungi diri dan orang di sekitarnya.

Untuk mengenang secara permanen keberhasilan pemberantasan cacar dan pelajaran berharga yang dipetik secara global, WHO mengajak museum, perusahaan pameran, desainer, kurator, dan asosiasi untuk mengembangkan pameran interaktif dan edukatif mengenai cacar serta relevansinya terhadap COVID-19 dan keamanan kesehatan global.

Pameran tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman publik tentang kesehatan masyarakat serta memberdayakan mereka agar tetap terinformasi dan aman selama pandemi.

EnamPlus