Sukses

Kate Middleton di Pusaran Skandal Edit Foto: Jauh dari Sorotan Kamera dan Diolok-olok Dunia

Kate Middleton sendiri mengakui bahwa fotonya bersama ketiga buah hatinya yang dipublikasikan pada perayaan Hari Ibu adalah hasil editan. Dia pun meminta maaf untuk itu.

Liputan6.com, London - Kate Middleton menjadi perbincangan hangat setelah Istana Kensington pada Januari mengumumkan dia harus menjalani operasi perut. Terlebih, tidak ada penjelasan lebih lanjut dan lebih rinci tentang kondisi kesehatan perempuan bergelar Princess of Wales atau Putri Wales itu selain dia akan aktif kembali menjalankan tugas-tugas kerajaan setelah Paskah.

Lalu pada perayaan Hari Ibu di Inggris yang jatuh pada 10 Maret, akun media sosial resmi Pangeran dan Putri Wales mengunggah potret Kate Middleton bersama dengan tiga buah hatinya; Pangeran George, Putri Charlotte, dan Pangeran Louis. Dari sinilah skandal foto bermula.

Tidak lama setelah potret tersebut dipublikasikan, sejumlah kantor media asing memutuskan menariknya dari distribusi atas dugaan foto telah dimanipulasi menyusul sejumlah temuan kejanggalan. Salah duanya pada lengan Putri Charlotte dan jari Pangeran Louis. Dan benar saja, tidak lama kemudian muncul permintaan maaf dari Kate Middleton.

"Saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya atas segala kebingungan yang disebabkan oleh foto keluarga yang kami bagikan kemarin. Saya harap semua orang yang merayakan Hari Ibu sangat bahagia. C," tulisnya di X alias Twitter.

Huruf C adalah inisial dari Catherine. Dia mengaku bertanggung jawab atas perubahan pada foto yang diambil oleh suaminya tersebut dengan kamera Canon seharga 2.900 pound sterling atau sekitar Rp57,7 juta (kurs Rp19.919).

"Seperti kebanyakan fotografer amatir, saya terkadang bereksperimen soal pengeditan," sebut Kate Middleton.

Foto itu sendiri merupakan potret resmi pertamanya pascaoperasi perut.

Terkait skandal foto ini, bos salah satu kantor berita asing terbesar di dunia membuat keputusan luar biasa dengan membandingkan Istana Kensington dengan Korea Utara dan Iran.

Phil Chetwynd, direktur berita global Agence France-Presse (AFP), mengatakan keputusan Kate Middleton untuk mengedit foto yang dipublikasikannya untuk Hari Ibu berarti dia dan timnya tidak lagi menjadi sumber berita tepercaya.

"Penarikan (foto) sebelumnya dilakukan oleh kantor berita Korea Utara atau kantor berita Iran, hanya untuk memberi Anda latar belakang dan konteks," ujar Chetwynd, seperti dilansir Daily Mail, Minggu (17/3/2024).

Chetwynd menegaskan penarikan foto adalah hal yang 'jarang' dan 'masalah besar' karena 'melakukannya atas dasar manipulasi' terjadi sekali dalam setahun.

Ketika ditanya BBC, apakah Istana Kensington masih menjadi salah satu 'sumber tepercaya' AFP, Chetwynd menjawab, "Tidak, sama sekali tidak."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Krisis Kredibilitas

Pada 14 Maret, Washington Post merilis kartun yang menggambarkan Kate Middleton atau Princess of Wales sebagai "wayang" dengan Pangeran William atau Prince of Wales sebagai dalangnya. Sketsa di surat kabar sayap kiri milik miliarder Amazon, Jeff Bezos, ini telah dicap menghina dan semakin memicu teori konspirasi yang liar dan tidak berdasar tentang kesehatan dan keberadaan calon ratu Kerajaan Inggris tersebut. Kartun ini pun viral di media sosial.

Di lokasi terpisah, pembawa acara bincang-bincang "Last Week Tonight" John Oliver turut memicu kemarahan setelah membuat lelucon yang tidak menyenangkan tentang absennya sang putri di muka publik, dengan mengatakan bahwa dia "bisa saja meninggal 18 bulan yang lalu".

Pada salah satu acara siang hari yang paling banyak ditonton di TV Meksiko, yang tayang di stasiun televisi nasional Imagen Television, kelima pembawa acara tertawa ketika membahas skandal edit foto Kate Middleton. Mereka disebut melontarkan klaim tidak berdasar bahwa pernikahan Kate Middleton dan Pangeran William bermasalah.

"Serangan terhadapnya (Kate Middleton) pada saat dia berada dalam kondisi paling rentan, setelah operasi perut besar pada bulan Januari, adalah hal yang tercela," tutur mantan koresponden kerajaan BBC Michael Cole kepada MailOnline.

Di Jerman, tabloid Bild mencap Putri Wales sebagai "Fake-Kate" atau "Kate Palsu" karena skandal foto yang sama.

News.com.au menyebut Putri Wales telah mempermalukan Raja Charles III.

"Saat kita mendekati ulang tahun pertama penobatan Charles, pemerintahannya telah diambil alih dan pertama-tama oleh keluarga Sussex dan desakan mereka untuk menyampaikan kebenaran dan sekarang oleh orang-orang Wales dan cara-cara mereka yang ceroboh dan menciptakan kekacauan," demikian opini yang dipublikasikan News.com.au.

Judul laporan News.com.au lainnya berbunyi, "Kate Middleton mencapai titik terendah", sementara Irish Times menuduh Kate Middleton melihat dirinya lebih sebagai selebritas dibandingkan bangsawan.

Media The Australian menyebut skandal foto Kate Middleton sebagai "bencana public relation (PR) yang tidak dapat ditanggung oleh Keluarga Kerajaan Inggris" menjelang ulang tahun pertama Charles sebagai raja pada Mei.

Di Prancis, skandal dan teori-teori luar biasa tentang absennya Kate Middleton dari tugas kerajaan telah memunculkan ungkapan "Katespiracy" dalam berita utama.

El Pais di Spanyol mengatakan bahwa beberapa editan yang tidak disengaja oleh Kate Middltelah memicu 'krisis kredibilitas' besar-besaran bagi keluarga Kerajaan Inggris.

3 dari 3 halaman

Pangeran William Tak Membantu?

Pakar kerajaan meyakini bahwa Kate Middleton merilis potret bermasalah itu karena merasa terpaksa tunduk pada tekanan dari teori-teori konspirasi liar tentang kesehatannya. Adapun Istana Buckingham dinilai gagal melindungi Kate Middleton saat dia menjalani pemulihan.

Sorotan mengarah pula pada tim humas Putri Wales yang disebut lengah hingga memungkinkan teori konspirasi tidak terkendali dan tidak berdasar tentang Kate Middleton, kesehatannya, dan keberadaannya.

Anggota parlemen sayap kiri George Galloway salah satu yang mempertanyakan keberadaan Kate Middleton.

"Putri Kate telah hilang selama hampir 80 hari. Ada tiga foto palsu dan jutaan rumor. Apa yang disembunyikan para bangsawan? Apakah dia sudah meninggal?" ujarnya.

Komentator kerajaan Phil Dampier mencoba menjelaskan dengan sederhana logika publik atas skandal foto Kate Middleton.

"Disayangkan kesalahan Kate mengubah foto yang diambil William telah memberikan kesempatan bagi para ahli teori konspirasi. Alih-alih meredakan spekulasi mengenai kesehatannya, hal ini justru meningkatkan spekulasi tersebut 10 kali lipat. Orang-orang merasa jika mereka tidak bisa memercayai kerajaan perkara foto keluarga yang sederhana, lalu mau apa lagi?" kata Dampier.

Dampier menambahkan saat Kate Middleton dihinggapi banyak teori konspirasi, alih-alih membantu Pangeran William justru menambah curiga. Perhatikan saja bagaimana dia absen dari upacara peringatan ayah baptisnya, Raja Constantine II dari Yunani, tanpa menginformasikan publik alasannya.

"William tidak membantu. Dia bilang (dia absen) karena urusan pribadi, tapi sulit percaya dia tidak bisa meluangkan waktu untuk datang ke Kastil Windsor sementara dia tinggal di dekatnya," tutur Dampier.

"Semua itu menambah misteri dan kejujuran mungkin akan menjadi pilihan terbaik untuk meredam rumor yang beredar."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.