Sukses

Putin Lebih Pilih Joe Biden Menang Pilpres AS Ketimbang Donald Trump

Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia lebih memilih Joe Biden memenangkan masa jabatan kedua dibandingkan Donald Trump.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia lebih memilih Joe Biden memenangkan masa jabatan kedua dibandingkan Donald Trump.

Ia menggambarkannya Biden sebagai sosok yang lebih berpengalaman daripada Donald Trump, dikutip dari laman arabnews, Kamis (15/2/2024).

Berbicara dalam sebuah wawancara dengan koresponden televisi pemerintah Rusia, Putin menyatakan bahwa ia akan bekerja sama dengan pemimpin AS mana pun yang terpilih.

Namun dengan tegas menyatakan bahwa ia lebih memilih Biden ketika ditanya siapa yang akan menjadi pilihan yang lebih baik dari sudut pandang Rusia.

"Biden, dia lebih berpengalaman, lebih mudah ditebak, dia adalah politisi dari formasi lama," kata Putin.

"Tetapi kami akan bekerja sama dengan pemimpin Amerika Serikat mana pun yang dipercaya oleh rakyat Amerika."

Ketika ditanya tentang spekulasi mengenai masalah kesehatan Biden, Putin menjawab, "Saya bukan seorang dokter dan menurut saya tidak pantas untuk mengomentari hal itu."

Tim Biden berupaya meredakan kekhawatiran Partai Demokrat atas kekhawatiran yang disampaikan oleh penasihat khusus mengenai usia dan ingatan Joe Biden.

Putin mencatat bahwa pembicaraan tentang kesehatan Biden muncul ketika "kampanye pemilu AS berlangsung dan kini arahnya semakin tajam."

Hubungan Rusia-Barat telah merosot ke level terendah sejak era Perang Dingin setelah Putin mengirim pasukannya ke Ukraina pada Februari 2022.

“Saya yakin posisi pemerintahan saat ini sangat cacat dan salah, dan saya telah memberi tahu Presiden Biden tentang hal itu,” kata Putin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Putin Lindungi Penutur Bahasa Rusia di Ukraina

Putin mengklaim bahwa dia telah mengirim pasukan ke Ukraina untuk melindungi penutur bahasa Rusia di sana dan untuk mencegah ancaman terhadap keamanan Rusia yang ditimbulkan oleh upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

Ukraina dan sekutu Baratnya mengecam tindakan Moskow sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan.

Putin berpendapat bahwa Moskow terpaksa mengambil tindakan setelah Ukraina dan sekutunya menolak memenuhi perjanjian tahun 2015.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.