Sukses

Zelenskyy di Forum Ekonomi Dunia: Perang Ukraina Tidak Boleh Membeku dan Sekutu Jangan Ulang Kesalahan yang Sama

Sambil mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada sekutu-sekutunya, Zelenskyy juga mengkritik ketakutan dan kelambanan mereka dalam menolak memberikan senjata yang lebih baik kepada Ukraina secepatnya.

Liputan6.com, Bern - Volodymyr Zelenskyy menyampaikan pidato penuh semangat di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, mendesak hadirin agar tidak membiarkan perang Ukraina "membeku".

Berbicara secara langsung di konferensi tersebut untuk pertama kalinya sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran hampir dua tahun lalu, Zelenskyy mengatakan Ukraina telah melampaui ekspektasi dalam memukul mundur pasukan Rusia dan sekutunya tahu apa yang diperlukan untuk memungkinkan kemajuan di lapangan.

Pada awal pidatonya, Zelenskyy menuturkan dia paham bahwa banyak yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit seperti "Kapan perang akan berakhir? Apakah Perang Dunia III mungkin terjadi? Apakah ini waktunya untuk bernegosiasi dengan Vladimir Putin?"

Dan Zelenskyy tidak luput menegaskan Ukraina perlu diberikan lebih banyak senjata untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan stabil.

Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny telah memperingatkan pada November bahwa perang Ukraina memasuki jalan buntu. Tanpa perbaikan teknologi, kata dia, kemungkinan besar tidak akan ada terobosan yang mendalam dan yang ada hanyalah keseimbangan antara kerugian dan kehancuran.

Sementara itu, selain perang Hamas Vs Israel yang mengancam akan memicu konflik regional, sekutu-sekutu Ukraina banyak yang tengah fokus pada pemilu dalam negeri. Saat berbicara pada Selasa (16/1/2024) di Davos, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut tahun 2024 sebagai tahun pemilu terbesar dalam sejarah. Von der Leyen juga menggarisbawahi bahwa Ukraina telah jauh melampaui ekspektasi pada awal perang, yang menurutnya merupakan alasan untuk optimistis.

"Kita tidak lupa bahwa ketika Rusia menginvasi Ukraina, banyak yang khawatir Kyiv akan jatuh hanya dalam beberapa hari dan seluruh negara itu dalam beberapa minggu. Hal ini tidak terjadi. Sebaliknya, Rusia telah kehilangan sekitar setengah dari kemampuan militernya," kata Von der Leyen, seraya mengklaim bahwa Rusia telah gagal secara militer, ekonomi, dan diplomatik, seperti dilansir CNN, Rabu (17/1).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Buang Waktu dan Nyawa

Berbicara pada hari yang sama, Zelenskyy mengatakan pula bahwa Ukraina memulai serangan balasannya pada saat hampir tidak ada seorang pun di dunia yang percaya pada Ukraina.

"Namun, kami membalikkan keadaan, sehingga kini dunia tidak lagi percaya pada Rusia," ujar Zelenskyy.

Dia menambahkan, "Bahkan, teman-teman Putin saat ini di Pyongyang dan Teheran mengeksploitasinya, menggunakan kegilaannya saat dia masih memiliki teknologi dan sumber daya untuk membayar mereka. Tidak ada yang percaya pada masa depannya atau berinvestasi di dalamnya."

Sambil mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada sekutu-sekutunya, Zelenskyy juga mengkritik ketakutan dan kelambanan mereka dalam menolak memberikan senjata yang lebih baik kepada Ukraina secepatnya.

Menurutnya, ketakutan Barat tindakan tersebut akan "meningkatkan" perang Rusia telah membuat Ukraina kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan militer dan semakin menguatkan Putin.

"Setiap ucapan 'Jangan meningkat' bagi kami terdengar seperti 'Anda akan menang' bagi Putin," kata Zelenskyy kepada para kepala negara yang berkumpul di Davos. "Tidak ada yang lebih merugikan koalisi kita selain konsep ini."

Zelenskyy menekankan bahwa Barat seharusnya lebih cepat menanggapi gertakan Putin dan ancaman tak berdasar dari Rusia.

"Kami meminta senjata jenis baru dan jawabannya adalah 'Jangan melakukan eskalasi'. Namun kemudian senjata tiba dan tidak ada eskalasi," tutur Zelenskyy.

Zelenskyy tidak merujuk pada senjata spesifik yang menurutnya lambat disediakan oleh sekutu Ukraina. Namun, para sekutu menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk berdebat apakah akan memberikan Ukraina, misalnya, munisi tandan, tank Leopard 2, dan jet tempur F16.

"Gara-gara 'Jangan lakukan eskalasi', waktu terbuang sia-sia," ujar Zelenskyy. "Dan nyawa banyak pejuang kami yang paling berpengalaman, yang bertempur sejak tahun 2014, hilang. Beberapa peluang hilang."

3 dari 3 halaman

Pernyataan NATO Selaras dengan Zelenskyy

Zelenskyy mendesak sekutu-sekutunya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi, "Setiap pengurangan tekanan terhadap agresor akan menambah tahun perang, namun setiap investasi pada kepercayaan pihak bertahan akan memperpendek perang."

"Kita harus mendapatkan superioritas udara untuk Ukraina, sama seperti kita mendapatkan superioritas di Laut Hitam. Kita bisa melakukannya. Mitra tahu apa yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Ini akan memungkinkan kemajuan di lapangan," kata dia.

Berbicara di Davos sesaat sebelum Zelensky, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan hanya dukungan berkelanjutan terhadap Ukraina yang akan membuat Putin mengalah.

"Yang bisa kita lakukan hanyalah memaksimalkan kemungkinan bahwa pada tahap tertentu Presiden Putin akan memahami bahwa melanjutkan perang ini akan memakan biaya yang sangat besar dan kemudian pada tahap tertentu dia harus duduk dan merundingkan perdamaian yang adil dan abadi, di mana Ukraina menjadi negara yang berdaulat dan mandiri," kata Stoltenberg.

"Dan paradoksnya adalah, jika kita ingin hal itu terjadi … cara untuk mencapainya adalah dengan (mengirim) lebih banyak senjata ke Ukraina. Semakin kredibel dukungan militer yang kita berikan, semakin besar kemungkinan keberhasilan para diplomat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.