Sukses

Peringatan Tsunami Usai Gempa Jepang Dicabut, Update Jumlah Korban Tewas Kini 24 Orang

Berbicara pada hari Selasa, PM Kishida mengatakan "kerusakan parah" telah dipastikan karena gempa Jepang tersebut merobohkan bangunan dan memicu kebakaran. Gempa besar yang memicu tsunami.

Liputan6.com, Ishikawa - Setidaknya 20 orang dilaporkan tewas setelah gempa besar melanda pantai Jepang tengah pada Hari Tahun Baru 1 Januari 2024. Perdana Menteri Fumio Kishida memperingatkan bahwa kerusakan "meluas" dan jumlah korban kemungkinan akan meningkat.

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 --yang salah satu kekuatan gempa terbesarnya 7,6 pada hari itu-- terjadi pada Senin sore di dekat Semenanjung Noto di Prefektur Ishikawa, memicu peringatan tsunami besar pertama di negara itu sejak gempa bumi dan tsunami pada bulan Maret 2011 yang menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang di wilayah timur laut.

Berbicara pada hari Selasa, PM Kishida mengatakan "kerusakan parah" telah dipastikan karena gempa Jepang tersebut merobohkan bangunan dan memicu kebakaran.

"Korbannya banyak sekali", kata PM Kishida, seraya menambahkan bahwa upaya penyelamatan korban akan menjadi “pacu dengan waktu".

Mengutip Al Jazeera, Selasa (2/12/2023), peringatan tsunami, yang kemudian diturunkan peringkatnya, dicabut pada Selasa pagi.

Mengutip otoritas setempat, kantor berita Kyodo menyebut peringatan tsunami yang mencakup wilayah luas di sepanjang Laut Jepang dicabut pada Selasa pagi, setelah gelombang tertinggi sekitar 1,2 meter melanda Pelabuhan Wajima pada Senin (1/1) malam setelah gempa utama pukul 16:10.

Adapun Kyodo News melaporkan lebih dari 24 orang tewas akibat bencana tersebut, ketika semakin banyak laporan kerusakan yang masuk dan tim penyelamat berlomba mencari korban selamat pada hari Selasa.

"Jepang telah mencabut semua peringatan dan peringatan tsunami yang diberlakukan setelah gempa besar pada Hari Tahun Baru," kata seorang pejabat badan meteorologi Jepang kepada AFP hari Selasa (2/1).

Gempa Jepang di awal tahun baru itu menyebabkan kerusakan struktural yang luas dan kebakaran di Kota Wajima di Prefektur Ishikawa, sementara gempa susulan yang terus berlanjut dan puing-puing di jalan menghambat operasi penyelamatan.

Korban tewas termasuk tujuh korban di Rumah Sakit Kota Wajima, kata pejabat kota.

Lembaga penyiaran publik NHK mengatakan 15 orang tewas di kota Wajima yang terkena dampak paling parah dekat pusat gempa, di mana 14 orang dilaporkan terjebak di bangunan yang runtuh. Di dekat Suzu, dikatakan beberapa dokter tidak dapat menjangkau rumah sakit yang mengandalkan generator cadangan untuk listrik.

Badan penanggulangan bencana Jepang mengatakan mereka telah menerima laporan yang belum dikonfirmasi mengenai 19 kematian pada Selasa pagi, namun pembaruan resmi mengenai jumlah korban jarang terjadi.

Rekaman yang diambil oleh lembaga penyiaran publik NHK pada Selasa pagi menunjukkan sebuah bangunan tujuh lantai roboh dan asap mengepul di daerah pusat Wajima yang terkenal dengan pasar paginya di mana kebakaran besar terjadi pada hari Senin.

"Kebakaran telah melalap lebih dari 200 bangunan di wilayah tengah Wajima, namun kemungkinan penyebarannya lebih jauh sangat kecil," kata pejabat Prefektur Ishikawa.

Gempa tersebut juga menyebabkan korban luka dan kerusakan struktural di Prefektur Niigata, Toyama, Fukui dan Gifu.

"Sangat sulit bagi kendaraan untuk memasuki wilayah utara Semenanjung Noto," kata Perdana Menteri Fumio Kishida pada konferensi pers, seraya menambahkan bahwa pemerintah pusat telah mengoordinasikan pengiriman pasokan bantuan menggunakan kapal.

Sekitar 1.000 personel Pasukan Bela Diri terlibat dalam operasi penyelamatan dan bantuan, ucap PM Kishida.

Gempa tersebut berpusat di sekitar 30 kilometer timur-timur laut Wajima dengan kedalaman sementara 16 km, mencatatkan maksimum 7 pada skala intensitas seismik negara tersebut, menurut Badan Meteorologi Jepang.

Gempa level 7 --yang terjadi pada 1 Januari 2023-- digambarkan membuat orang tidak bisa berdiri. Gempa seperti itu terakhir kali tercatat pada tahun 2018 di Hokkaido, kata Badan Meteorologi Jepang.

2 dari 4 halaman

Dilanda 155 Gempa Bumi Sejak Senin 1 Januari 2024

Kantor Meteorologi Jepang mengatakan negara itu telah dilanda 155 gempa bumi sejak gempa pertama terjadi pada hari Senin (1/1).

Nobuko Sugimori, seorang warga kota Nanao di Ishikawa berusia 74 tahun, mengatakan dia belum pernah mengalami gempa seperti itu sebelumnya.

“Saya mencoba memegang pesawat TV tersebut agar tidak terjatuh, namun saya bahkan tidak dapat menahan diri untuk tidak bergoyang keras dari sisi ke sisi," kata Sugimori kepada kantor berita Reuters dari rumahnya, yang dinding depannya mengalami retakan besar. dan perabotan berserakan di bagian dalam.

Di seberang jalan, Fujiko Ueno, 73 tahun, merasa bersyukur selamat. Dia mengatakan hampir 20 orang berada di rumahnya untuk merayakan Tahun Baru ketika gempa terjadi tetapi tidak ada yang terluka.

“Itu semua terjadi dalam sekejap mata", katanya sambil berdiri di jalan di antara puing-puing reruntuhan dan lumpur yang keluar dari jalan retak.

3 dari 4 halaman

Nyaris 100.000 Orang di 9 Prefektur Jepang Dievakuasi Akibat Gempa Pemicu Tsunami

Hampir 100.000 orang di sembilan prefektur dievakuasi dan bermalam di gedung olahraga dan gimnasium sekolah, yang biasa digunakan sebagai pusat evakuasi dalam keadaan darurat di Jepang.

Sementara itu, hampir 33.000 rumah tangga masih mengalami pemadaman listrik di Prefektur Ishikawa pada Selasa pagi, menurut situs web Hokuriku Electric Power. NHK mengatakan sebagian besar wilayah di Semenanjung Noto bagian utara juga tanpa air.

Akibat bencana tersebut, Badan Rumah Tangga Kekaisaran membatalkan penampilan Tahun Baru Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako, yang diperkirakan akan berlangsung pada hari Selasa.

 

4 dari 4 halaman

Keprihatinan Sekutu Jepang

Sekutu Jepang kemudian menyatakan keprihatinannya atas bencana tersebut dan menyatakan siap menawarkan bantuan.

"Sebagai sekutu dekat, Amerika Serikat dan Jepang memiliki ikatan persahabatan mendalam yang menyatukan rakyat kita. Pikiran kami bersama rakyat Jepang selama masa sulit ini," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan "solidaritasnya", sementara Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyampaikan belasungkawa dan bantuan.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan dia sedang memantau perkembangannya.​