Sukses

Kisah Pilu Minoritas di India: Ada Tapi Tak Dianggap di Bawah Pemerintahan Narendra Modi

Kelompok masyarakat Muslim di India disebut mengalami perlakuan diskriminatif di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Namun, pemimpin Partai BJP itu menyangkal hal tersebut.

Liputan6.com, New Delhi - Menjadi kelompok minoritas di suatu negara tentu menyisakan cerita yang tidak mengenakkan. Demikian yang dirasakan kelompok Muslim di India.

Tak hanya itu, kaum Muslim di India konon kerap mendapat perlakukan diskriminatif.

"Teman-teman sekelas saya menyebut saya teroris Pakistan," kata anak laki-laki berusia sembilan tahun di Kota Agra kepada ibunya.

Reema Ahmad, seorang penulis dan konselor, mengingat hari itu dengan jelas.

"Di sini ada seorang anak kecil yang penuh semangat dengan tangan terkepal begitu erat hingga ada bekas paku di telapak tangannya. Dia sangat marah," kata dia, seperti dilansir BBC, Selasa (30/4/2024). 

"Saat itulah sekelompok anak laki-laki menunjuk ke arahnya dan berkata, 'Ini adalah teroris Pakistan. Bunuh dia!'"

Ia mengungkapkan beberapa teman sekelasnya juga memanggilnya "nali ka kida" (serangga selokan).

Ahmad akhirnya mengeluarkan putranya dari sekolah. Saat ini, remaja berusia 16 tahun itu bersekolah dari rumah.

"Saya merasakan guncangan komunitas melalui pengalaman putra saya, perasaan yang tidak pernah saya ingat ketika saya masih muda dan tumbuh di sini," sambungnya.

Sejak Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Narendra Modi meraih kekuasaan pada tahun 2014, 200 juta umat Islam di India mengalami perjalanan yang penuh gejolak.

Kelompok masyarakat Hindu juga kerap main hakim sendiri dan membunuh orang-orang yang dicurigai sebagai pedagang sapi dan menargetkan usaha-usaha kecil milik warga Muslim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Muslim Jadi Warga Kelas Dua

Petisi telah diajukan terhadap masjid. Para troll internet telah mengatur "lelang" online terhadap perempuan Muslim.

Kelompok sayap kanan dan media arus utama bahkan telah mengobarkan Islamofobia dengan tuduhan "jihad" - "cinta jihad", misalnya, secara keliru menuduh pria Muslim mengubah agama wanita Hindu melalui pernikahan.

Lebih jauh, ujaran kebencian anti-Muslim telah meningkat - tiga perempat insiden dilaporkan terjadi di negara-negara yang diperintah oleh BJP.

"Muslim telah menjadi warga negara kelas dua, minoritas yang tidak terlihat di negara mereka sendiri," kata Ziya Us Salam, penulis buku "Being Muslim in Hindu India".

3 dari 4 halaman

Partai BJP dan Modi Menyangkal

Namun, BJP dan Modi menyangkal bahwa kelompok minoritas dianiaya di India.

"Ini adalah gambaran umum dari sebagian orang yang tidak mau repot-repot bertemu dengan orang-orang di luar lingkungan mereka. Bahkan kelompok minoritas India pun tidak mempercayai narasi ini lagi," kata Modi kepada Newsweek.

 

4 dari 4 halaman

Umat Muslim Tak Bisa Rasakan Ketenangan

Bagaimanapun, perubahan signifikan dialami oleh kelompok Muslim, termasuk Ahmad.

Pada tahun 2019, ia meninggalkan grup WhatsApp sekolah di mana dia adalah salah satu dari dua Muslim. Hal ini menyusul postingan pesan setelah India melancarkan serangan udara terhadap militan di Pakistan yang mayoritas penduduknya Muslim.

"Jika mereka menyerang kami dengan rudal, kami akan memasuki rumah mereka dan membunuh mereka," demikian isi pesan kelompok tersebut, senada dengan pernyataan Modi tentang membunuh teroris dan musuh India di dalam rumah mereka.

"Saya kehilangan ketenangan. Saya memberi tahu teman-teman saya apa yang salah dengan diri Anda? Apakah Anda memaafkan pembunuhan terhadap warga sipil dan anak-anak?" kenang Ahmad.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini