Sukses

Pinata Hiasi Perayaan Natal, Tradisi yang Sudah Berumur 400 Tahun di Meksiko

Bisnis pinata stabil sepanjang tahun, terutama dengan adanya pesta ulang tahun, namun makin meningkat menjelang Natal.

Liputan6.com, Jakarta - Maria de Lourdes Ortiz Zacarias dengan cepat memotong ratusan lembar kertas koran bekas dan kertas krep warna-warni yang dibutuhkan untuk membuat pinata, dengan hiburan musik Norteno di radio sambil mengukur potongan berdasarkan perasaan.

“Ukurannya sudah ada di jari saya,” kata Ortiz Zacarias sambil tertawa, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (25/12/2023).

Dia telah melakukan ini sejak dia masih kecil, dalam bisnis yang dikelola keluarga bersama mendiang ibunya, yang mempelajari kerajinan tersebut dari ayahnya. Pinata belum tergeser oleh budaya yang lebih modern, dan keluarganya telah mencari nafkah dari tradisi tersebut hingga generasi keempat.

Ortiz Zacarias menyebutnya sebagai “warisan saya, yang diwariskan oleh orang tua dan kakek nenek saya”.

Bisnis pinata stabil sepanjang tahun, terutama dengan adanya pesta ulang tahun, namun makin meningkat menjelang Natal. Itu karena pinata terkait dengan tradisi Kristiani di Meksiko.

Ada banyak sekali desain saat ini, berdasarkan segala bentuk, mulai dari karakter Disney hingga tokoh politik. Namun gaya pinata yang paling tradisional adalah bola dengan tujuh kerucut runcing, yang datang dari pengaruh agama.

Setiap kerucut melambangkan satu dari tujuh dosa mematikan: nafsu, kerakusan, keserakahan, kemalasan, murka, iri hati, dan kesombongan. Memukul bola kertas dengan tongkat, merupakan pukulan simbolis melawan dosa, dengan keuntungan tambahan yaitu melepaskan permen di dalamnya.

Pinata awalnya tidak diisi dengan permen, sebagian besar juga tidak terbuat dari kertas. Para tetua di Meksiko masih ingat, beberapa dekade yang lalu ketika pinata berasal dari pot tanah liat yang dilapisi kertas dan diisi dengan potongan tebu, buah-buahan, dan kacang tanah. Camilan tersebut cukup menyenangkan, meskipun pecahan pot tanah liat yang jatuh bisa saja sedikit bahaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Klaim Pinata Berasal dari China

Namun tradisi ini bisa ditelusuri lebih jauh lagi. Ada yang mengatakan pinata berasal dari China, tempat pembuatan kertas berasal.

Di Meksiko, pinata nampaknya dibawa oleh penakluk Spanyol, tetapi mungkin juga meniru tradisi pra-Hispanik.

Penulis sejarah Spanyol, Juan de Grijalva menulis bahwa pinata digunakan oleh para biarawan Agustinus pada awal tahun 1500-an di sebuah biara di kota Acolman, di utara Mexico City. Para biarawan mendapat izin tertulis dari Paus Sixtus V untuk mengadakan Misa akhir tahun sebagai bagian dari perayaan kelahiran Kristus.

Namun penduduk pribumi sudah merayakan hari libur pada waktu yang sama untuk menghormati dewa perang, Huitzilopochtli. Dan mereka menggunakan sesuatu yang mirip dengan pinata dalam upacara tersebut.

Ritual pra-Hispanik dilakukan dengan pengisian toples tanah liat dengan biji kakao yang berharga, sebagai bahan pembuat coklat, dan kemudian secara seremonial memecahkan toples tersebut.

“Ini adalah pertemuan dua dunia,” kata Walther Boelsterly, direktur Museum Seni Populer Mexico City. “Pinata dan perayaan tersebut digunakan sebagai mekanisme untuk memasukkan penduduk asli menjadi Katolik.”

3 dari 3 halaman

Pinata di Mayoritas Negara Amerika Latin

Pinata juga digunakan di Argentina, Bolivia, Kolombia, Chili, Peru, Puerto Riko, dan Venezuela, terutama di pesta anak-anak.

Pinata tidak monoton. Tokoh populer tahun ini berkisar dari Barbie hingga Spider-Man. Keluarga Ortiz Zacarias membuat beberapa desain baru hampir sepanjang tahun, tetapi menjelang Natal mereka kembali ke bentuk berujung tujuh, karena sudah lama dikaitkan dengan hari raya.

Keluarga tersebut memulai bisnis mereka di Acolman, di mana ibu Ortiz Zacarias, Romana Zacarias Camacho, dikenal sebagai “ratu pinata” sebelum kematiannya.

Anak Ortiz Zacarias yang berusia 18 tahun, Jairo Alberto Hernandez Ortiz, adalah generasi keempat yang menekuni kerajinan berusia berabad-abad ini.

“Ini adalah tradisi keluarga yang memiliki banyak nilai sentimental bagi saya,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.