Sukses

Pria di Korea Selatan Serang Wanita Penjaga Toko hanya karena Berambut Pendek dan Dianggap Feminis

Korea Selatan sering kali menduduki peringkat sebagai salah satu negara dengan tingkat kesetaraan gender yang buruk.

Liputan6.com, Seoul - Seorang pria di Korea Selatan ditangkap usai melakukan serangan terhadap wanita yang bekerja sebagai pegawai swalayan hanya karena mengiranya feminis.

Dilansir BBC, Kamis (9/11/2023), sebuah rekaman CCTV menunjukkan bahwa pria berusia 20-an memasuki toko di bagian tenggara kota Jinju pada tengah malam. Ia kemudian terlihat meninju dan menendang wanita tersebut.

Pelaku bahkan menyerang pelanggan lain berusia 50-an yang mencoba melakukan intervensi.

Menurut polisi, alasannya menyerang wanita tersebut adalah karena ia berambut pendek dan berasumsi kalau dia adalah seorang feminis. 

"Karena kamu berambut pendek, kamu pasti seorang feminis. Saya seorang chauvinis laki-laki, dan menurut saya feminis pantas untuk diserang," kata pelaku, menurut polisi.

Pria tersebut masih terus melakukan penyerangan kepada pegawai toko itu hingga dihentikan oleh polisi yang tiba di lokasi kejadian.

Pihak berwenang juga mengatakan bahwa pria tersebut dalam kondisi mabuk dan pernah didiagnosa mengidap skizofrenia. Namun, media lokal melaporkan bahwa tersangka membantah beberapa tuduhan dan mengatakan dia mabuk dan tidak dapat mengingat kejadian tersebut.

Setelah mengalami serangan pada Jumat (3/11), wanita tersebut menderita cedera telinga dan ligamen yang serius namun tidak dalam kondisi yang mengancam jiwa, kata polisi. Sementara pelanggan yang juga diserang, menderita patah tulang pada wajah dan bahu setelah dipukul dengan kursi.

Pengadilan pada Senin (7/11) menyetujui surat perintah penangkapan, yang memungkinkan polisi untuk menahan pelaku.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pandangan Terhadap Feminis di Korea Selatan

Di antara negara-negara maju secara ekonomi, Korea Selatan sering kali menduduki peringkat sebagai salah satu negara dengan jumlah pekerja perempuan terburuk, dengan kesetaraan gender yang buruk.

Pandangan anti-feminis juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan laki-laki muda yang merasa dirugikan oleh diskriminasi terbalik.

Wanita dengan rambut pendek kemudian menjadi sasaran serangan,  di mana banyak komentator misoginis mengasosiasikan gaya rambut dengan feminisme, sebuah istilah yang disamakan dengan pembenci pria.

Pada tahun 2021, kampanye solidaritas yang viral menampilkan para wanita memamerkan gaya rambut pendek mereka untuk membela seorang pemanah Olimpiade yang memenangkan beberapa medali emas di Olimpiade Tokyo tetapi menerima banyak komentar negatif di media sosial karena memiliki rambut pendek.

 

3 dari 4 halaman

Tokoh Anti Feminis di Korea Selatan

Presiden Korea Selatan saat ini, Yoon Suk Yeol merupakan tokoh yang dikenal sebagai anti feminis. 

Ketika terpilih, Yoon berhasil membangun dengan cepat basis penggemar di antara warga senior dan pria muda yang membenci feminisme.

Dikutip laman Lifestyle Liputan6.com, sebelumnya ia pernah berjanji untuk menghapus Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga. Kementerian ini dibentuk pada 2001 untuk menetapkan kebijakan terkait gender dan mendukung korban kekerasan dalam rumah tangga dan seksual. Yoon mengatakan bahwa kementerian itu memperlakukan pria seperti "calon penjahat".

"Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga harus segera dihapuskan karena itu adalah lembaga yang paling tidak berguna di pemerintahan kita sejauh ini," kata Yu Jun-beom, pria berusia 23 tahun yang memilih Yoon, kepada VICE World News.

"Uang yang masuk ke dalamnya harus diinvestasikan pada sesuatu yang lebih berharga," tambahnya. 

 

4 dari 4 halaman

Hukuman yang Menguntungkan Pria

Selain itu, Yoon juga telah berjanji untuk memberikan hukuman yang lebih berat bagi mereka yang membuat klaim palsu tentang kekerasan seksual dan menyangkal bahwa sistem politik dan sosial saat ini menguntungkan pria secara tidak adil.

"Dia hanya tidak mampu memahami masalah di sini. Kampanyenya menyangkal itu ada dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan bekerja untuk mempromosikan kesetaraan gender," jelas Kwon Soo-hyun, presiden dari kelompok sipil Solidaritas Politik Perempuan Korea yang berbasis di Seoul kepada VICE World News.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini