Sukses

RHESSI Pesawat Luar Angkasa NASA yang Mengorbit 21 Tahun Lalu Jatuh ke Bumi, Berbahaya?

Satelit NASA yang mengamati semburan matahari dan membantu para ilmuwan memahami semburan energi matahari yang kuat jatuh ke Bumi pekan ini, hampir 21 tahun setelah diluncurkan.

Liputan6.com, Jakarta - Satelit NASA yang mengamati semburan matahari dan membantu para ilmuwan memahami semburan energi matahari yang kuat jatuh ke Bumi pekan ini, hampir 21 tahun setelah diluncurkan.

"Pesawat luar angkasa Reuven Ramaty High Energy Solar Spectroscopic Imager (RHESSI), yang diluncurkan pada tahun 2002 dan dinonaktifkan pada tahun 2018, memasuki kembali atmosfer Bumi pada Rabu 20 April 2023 sekitar pukul 20.21 malam (ET)," menurut NASA seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/4/20230.

Pesawat luar angkasa seberat 660 pon itu memasuki kembali atmosfer di atas wilayah Gurun Sahara pada 26 derajat bujur dan 21,3 derajat lintang, menurut Kementerian Pertahanan Amerika Serikat.

Menurut NASA, badan tersebut memperkirakan sebagian besar pesawat ruang angkasa akan terbakar saat melewati atmosfer, tetapi beberapa komponen mungkin selamat saat masuk kembali ke Bumi. Risiko bahaya yang menimpa siapa pun di Bumi sebagai akibat dari pengembalian RHESSI rendah — kira-kira 1 dari 2.467.

"Saat ini, NASA belum menerima laporan tentang kerusakan atau kerusakan yang terkait dengan masuknya kembali ke Bumi," kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Pesawat ruang angkasa itu dilengkapi dengan spektrometer pencitraan, yang merekam sinar-X dan sinar gamma matahari. Dari bekas tempat bertenggernya di orbit rendah Bumi, satelit menangkap gambar elektron berenergi tinggi yang membawa sebagian besar energi yang dilepaskan dalam semburan matahari, kata NASA.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Unit Pertama Pengambil Gambar Sinar Gamma atau Sinar-X

Sebelum pesawat RHESSI, tidak ada gambar sinar gamma atau gambar sinar-X berenergi tinggi yang diambil dari semburan matahari, dan data dari pesawat ruang angkasa memberikan petunjuk penting tentang fenomena tersebut dan lontaran massa koronal yang terkait.

Peristiwa matahari ini melepaskan energi yang setara dengan miliaran megaton TNT ke atmosfer matahari dalam hitungan menit dan dapat berdampak pada Bumi, termasuk gangguan sistem kelistrikan.

Selama bertahun-tahun, RHESSI mendokumentasikan kisaran besar dalam ukuran solar flare, dari nanoflare kecil hingga superflare masif yang puluhan ribu kali lebih besar dan lebih eksplosif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.