Sukses

Berdalih Festival Songkran, 2 Pria Hong Kong Tembak Polisi Pakai Pistol Air Lalu Ditangkap

Bentuk perlawanan terhadap para penegak hukum, 2 pria Hong Kong ini ditangkap karena menembakkan pistol air ke arah polisi dengan kedok festival perayaan.

Liputan6.com, Kowloon - Bukan senjata asli, dua pria ini ditangkap karena tembakkan senapan air ke arah polisi!

Melansir BBC, Jumat (14/4/2023), dua pria Hong Kong ini diketahui ditangkap melakukan tindakan yang dianggap perilaku tidak tertib. Mereka menembakkan senjata berisikan air ke arah polisi selama acara perayaan festival Songkran, tahun baru Thailand.

Kedua pria itu bukan anak-anak nakal yang iseng, mereka berdua merupakan pria berusia 20-an.

Menurut pernyataan polisi, aksi itu ternyata bukan sekedar kejahilan, mereka sengaja menggunakan alasan festival perayaan tersebut sebagai kedok untuk "menembak" para penegak hukum.

Salah satu dari dua pria itu merupakan seorang content creator YouTube, South China Morning Post melaporkan mengutip sumber polisi.

Aksi penembakan pistol air terhadap polisi tersebut terdokumentasikan rapi di dalam kanal YouTube tersebut.

Acara perayaan dilaksanakan Minggu 9 April di Kota Kowloon, sebuah distrik yang sebagian besar penghuninya adalah orang Thailand.

Secara tradisional perayaan Festival Songkran memang menggunakan air. Para pengunjung memercikkan air menggunakan ember atau pistol air dengan maksud mengusir nasib buruk.

Sejak Beijing memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional pada tahun 2020, Hong Kong tidak lagi sebebas dulu. Menurut para kritikus UU tersebut dirancang untuk menekan perbedaan pendapat dan melemahkan otonomi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bentuk Protes Terhadap Pemerintahan

Dalam kanal Youtube sang konten kreator yang menyemprot polisi dengan air, ia mengunggah sebuah video pada 10 April lalu. Rekaman tersebut menunjukkan seorang pria berbaju merah menembakkan pistol air ke arah dua polisi dan wartawan media TVB, yang dianggap pro-pemerintah.

Teks di video tersebut berisi kata-kata “Vs HK Po”, mengacu pada polisi, dan sumpah serapah yang diarahkan ke TVB, menurut Hong Kong Free Press.

Menurut seseorang yang dimuat dalam surat kabar Ta Kung Pao yang didukung negara, aksi kedua pria itu "membangkitkan masalah" dan dengan jahat menargetkan pihak berwenang. 

Artikel itu diterbitkan hanya beberapa jam setelah penangkapan.

Menteri Keamanan Hong Kong Chris Tang tidak mengomentari kasus tersebut selama pertemuan Dewan Legislatif pada Rabu 12 April. Namun, ia mengatakan bahwa beberapa pemberontakan 'halus' telah dilakukan akhir-akhir ini, mereka menyuarakan ketidakpuasan terhadap pemerintah.

Maret lalu, dua pria ditangkap polisi karena memiliki buku anak-anak yang isinya dianggap menghasut perlawanan terhadap pihak pemerintah.

Sebuah papan reklame digital juga diturunkan karena diketahui bermuatan pembangkangan lokal.

3 dari 4 halaman

2 Pria Prank Jorok Pakai Sumpit Makan di Restoran Jepang, Sanksi Penjara dan Denda hingga Rp55 Juta Menanti

Aksi konyol lainnya yang membuat sang pelaku ditangkap polisi terjadi kepada dua pria di Jepang.

Niat bikin konten lucu, dua pria ini malah ditangkap polisi akibat ulah prank-nya.

Melansir AP, Senin (10/4/2023), disebutkan bahwa polisi Jepang telah menangkap dua orang content creator yang memposting video prank di sosial media.

Dalam video tersebut, terlihat seseorang memakan acar jahe langsung dari wadah bersama menggunakan sumpitnya di Yoshinoya, sebuah restoran beef bowl terkenal.

Video prank itu kemudian viral. Bagi banyak orang, ulah mereka sangat mengganggu dan tidak bisa dibilang sebagai sebuah konten lucu-lucuan karena dapat merugikan.

Aksi tersebut ternyata merupakan bagian dari lelucon yang baru-baru ini menghantam dan mengganggu para pelanggan restoran sushi, disebut "terorisme sushi".

Terorisme sushi ini biasa dilakukan di restoran sushi yang menggunakan conveyor belt untuk menyajikan makanan mereka.

Baca selengkapnya di sini...

4 dari 4 halaman

Polusi Udara di Thailand Capai Level Membahayakan, Festival Songkran Terancam Berantakan

Festival Songkran merupakan salah satu festival yang ditunggu-tunggu. Sejak pandemi COVID-19, perayaan ini sempat ditiadakan. Polusi udara juga sempat mengancam pelaksanaan Songkran.

Festival Songkran yang menjadi salah satu daya tarik wisata utama Thailand kini dibayang-bayangi kemuraman akibat kondisi polusi udara yang membahayakan. Di Chiang Mai, utara Thailand, kabut asap tebal muncul dalam beberapa minggu terakhir.

Thailand telah merancang festival Tahun Baru terkenal itu akan kembali digelar setelah disetop selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19. Warga Thailand dari 13--15 April 2023 bakal mengisinya dengan mengunjungi kuil, membersihkan patung Buddha, dan bergabung dalam perang air yang dikenal sebagai ritual pembersihan oleh warga setempat.

Aktivitas itu biasanya mengundang kehadiran para wisatawan. Namun, para ahli memperingatkan potensi itu kemungkinan terhambat karena polusi udara. Situasi itu terutama dipicu aktivitas para petani membakar ladang untuk mempersiapkan panen berikutnya. Musim 'asap' itu biasanya berlangsung dari Januari hingga Maret dan memperburuk kualitas udara tahun ini.

Baca selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.