Sukses

Serangan Israel Bunuh 11 Warga Palestina di Tepi Barat

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, pihaknya meningkatkan operasi setelah pasukannya ditembaki kelompok bersenjata Palestina.

Liputan6.com, Ramallah - Pasukan Israel menewaskan sedikitnya 11 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya dalam serangan di Tepi Barat yang diduduki. Hal tersebut disampaikan oleh pejabat kesehatan Palestina.

Ledakan dan tembakan dilaporkan terjadi saat pasukan memasuki kota tua Nablus pada Rabu (22/2/2023) pagi, memicu bentrokan bersenjata dengan kelompok bersenjata Palestina.

Militer Israel mengklaim, membunuh tiga gerilyawan buronan yang bersembunyi di dalam sebuah rumah dan menolak untuk menyerahkan diri.

Beberapa dari mereka yang tewas di luar adalah warga sipil lanjut usia. Demikian laporan BBC, Kamis (23/2).

Kementerian Kesehatan Palestina menuturkan, Adnan Saabe Baara (72) adalah salah satunya.

"Seorang pria berusia 61 tahun, Abdul Hadi Ashqar dan seorang anak laki-laki usia 15 tahun, Mohammad Shaaban, juga ditembak mati," ungkap Kementerian Kesehatan Palestina.

Pria lanjut usia lainnya, Anan Shawkat Annab (66), yang menderita inhalasi gas air mata dilaporkan meninggal di rumah sakit pada Rabu malam.

Kelompok bersenjata Palestina Lions' Den mengakui sejumlah anggotanya tewas di tangan Israel.

"Enam anggota Lions' Den dan kelompok militan lainnya tewas dalam penggerebekan itu," sebut Lions' Den via Telegram.

Jumlah korban tewas dalam serangan militer Israel kali ini lebih banyak dibanding Januari lalu di Jenin, di mana Israel membunuh 10 warga Palestina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Banyak Korban Luka

Yang membuat penggerebekan ini menjadi lebih signifikan adalah banyaknya korban luka. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 80 orang menderita luka tembak. Mereka dirawat di lima rumah sakit berbeda di Nablus.

Pejabat senior Palestina Hussein al-Sheikh mengutuk apa yang digambarkannya sebagai "pembantaian" oleh Israel. Sementara itu, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan, pemerintah Israel bertanggung jawab atas eskalasi berbahaya ini, yang mendorong kawasan itu ke arah ketegangan dan ledakan.

Kelompok militan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, memperingatkan bahwa pihaknya memantau kejahatan yang meningkat yang dilakukan oleh musuh terhadap rakyat di Tepi Barat yang diduduki dan menggarisbawahi mereka kehabisan kesabaran.

Penggerebekan berlangsung selama empat jam, saat jalan-jalan sempit di kota tua Nablus kerap dipadati orang-orang yang berbelanja.

3 dari 4 halaman

Aksi Balasan

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, pihaknya meningkatkan operasi setelah pasukannya ditembaki kelompok bersenjata Palestina. IDF mengaku menembakkan rudal ke gedung tempat persembunyian para militan yang mereka cari.

Mereka mengklaim bertindak karena memiliki informasi real-time -diduga melalui unggahan Facebook- di lokasi salah satu militan.

"Kami melihat ancaman itu dan kami harus masuk dan menyelesaikan pekerjaan itu," kata juru bicara IDF Letnan Kolonel Richard Hecht.

Namun, video yang direkam seorang warga Palestina kemudian diunggah di media sosial menunjukkan para pemuda di jalan tampak tidak bersenjata. Mereka diduga ditembak saat melarikan diri. IDF menggambarkan rekaman itu "bermasalah" dan sedang menelitinya.

Dua militan di gedung yang dikepung itu adalah seorang komandan Jihad Islam Palestina Muhammad Junaidi dan tokoh militan senior lainnya Hussam Isleem.

Menurut IDF, mereka dan seorang lagi yang bernama, Walid Dkhail, melakukan serangan penembakan sebelumnya, termasuk serangan di Tepi Barat Oktober lalu yang menewaskan seorang tentara Israel. Tidak hanya itu, mereka juga diyakini merencanakan lebih banyak serangan dalam waktu dekat. Dua tersangka lainnya ditangkap di Nablus pekan lalu.

4 dari 4 halaman

Tren TikTok dan Telegram

Selama penggerebekan, Isleem merekam pesan audio WhatsApp yang dibagikan di media sosial. Dia mengatakan, "Kami dalam masalah, tetapi kami tidak akan menyerahkan diri. Kami tidak akan menyerahkan senjata kami. Saya akan mati sebagai martir..."

Rumah Isleem telah digerebek oleh pasukan Israel awal bulan ini dan keluarganya diinterogasi. Ayahnya mengatakan kepada media Palestina pasca penggerebekan, pasukan Israel meminta putranya menyerahkan diri atau dia akan dibunuh.

Baik Isleem dan Junaidi aktif di Lions 'Den, sebuah kelompok militan baru yang muncul di Nablus selama setahun terakhir di tengah jatuhnya kendali oleh pasukan keamanan resmi Otoritas Palestina (PA).

Seperti kelompok serupa di kota terdekat Jenin, para pemuda bersenjata menggunakan TikTok dan Telegram untuk menyebarkan pesan perlawanan bersenjata terhadap pendudukan Israel kepada generasi baru Palestina.

Israel telah menargetkan sejumlah bagian dari kedua kota tersebut dalam gelombang pencarian, penangkapan, dan penggerebekan berdasarkan pengumpulan-intelijen dalam upaya membendung serentetan serangan mematikan terhadap Israel.

Sepanjang tahun ini, lebih dari 60 warga Palestina -termasuk militan dan warga sipil- tewas. Di lain sisi, 11 orang tewas dalam serangan Palestina yang menargetkan warga Israel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.