Sukses

AS Pilih Tidak Menembak Jatuh Balon Mata-Mata Diduga Milik China, Ini Alasannya

Pentagon telah melacak balon mata-mata diduga milik China tersebut selama beberapa hari saat melintasi Amerika Serikat bagian utara.

Liputan6.com, Washington - Sebuah balon mata-mata dilaporkan terbang di atas daratan Amerika Serikat (AS). Balon mata-mata itu diyakini milik China.

"Pentagon telah melacak balon tersebut selama beberapa hari saat melintasi AS bagian utara," kata juru bicara Pentagon Brigjen Patrick Ryder pada Kamis (2/2/2023), seperti dikutip dari CNN, Jumat (3/2).

"Balon mata-mata saat ini terbang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menghadirkan ancaman militer atau fisik kepada orang-orang di darat," kata Ryder, menambahkan bahwa militer AS memutuskan untuk tidak menembak jatuh balon tersebut.

Seorang pejabat senior pertahanan AS lainnya pada hari yang sama mengatakan, sementara jalur penerbangan balon saat ini membawanya ke sejumlah situs sensitif, namun balon mata-mata itu tidak menimbulkan risiko pengumpulan intelijen yang signifikan.

"Balon itu dinilai memiliki nilai aditif terbatas dari perspektif pengumpulan intelijen," ungkap pejabat itu.

Pejabat tersebut menjelaskan bahwa keputusan untuk tidak menembak jatuh balon mata-mata tersebut diambil berdasarkan rekomendasi kuat dari para pemimpin militer senior, termasuk Panglima Militer Jenderal Mark Milley, dengan pertimbangan risiko keselamatan orang-orang di darat.

"Kenapa tidak ditembak jatuh? Kami harus melakukan risk-reward di sini," kata pejabat itu. "Jadi, pertanyaan pertama adalah, apakah itu menimbulkan ancaman, ancaman kinetik, bagi individu di AS? Penilaian kami tidak. Apakah itu menimbulkan ancaman bagi penerbangan sipil? Menurut kami tidak. Apakah itu menimbulkan ancaman yang meningkat secara signifikan di sisi intelijen? Penilaian terbaik kami saat ini adalah tidak. Jadi, mengingat profil itu, kami menilai risiko menjatuhkannya, bahkan sekalipun probabilitasnya rendah di daerah berpenduduk jarang dengan pertimbangan puing-puing yang akan melukai seseorang atau merusak properti, itu tidak sepadan."

Balon mata-mata tersebut dilaporkan terlihat di atas Billings, Montana, pada Rabu (1/2), setelah terbang dari Kepulauan Aleutian melalui Kanada.

Montana sendiri adalah rumah bagi "ladang silo" rudal balistik antarbenua Minuteman III, salah satu target potensial untuk spionase China.

Pejabat pertahanan senior mengatakan pada Kamis bahwa jika risiko balon berubah, AS akan memiliki opsi lain untuk menanganinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS dan China Telah Berkomunikasi

Menurut pejabat yang sama, pemerintah AS telah terlibat pembicaraan dengan pemerintah China terkait isu balon mata-mata ini, baik melalui Kedutaan Besar China di Washington maupun misi diplomatik AS di China.

"Kami telah menyampaikan kepada China keseriusan kami menangani masalah ini… Kami juga telah menjelaskan bahwa kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk melindungi rakyat dan tanah air kami," ujar dia.

Pada Rabu, terdapat laporan tentang kebijakan ground stop di Bandara Billings di Montana serta mobilisasi aset, termasuk pesawat tempur taktis siluman F-22.

"Konteksnya adalah, kami akan menempatkan beberapa hal di bandara jika keputusan dibuat untuk menjatuhkan balon saat berada di atas Montana," kata pejabat itu. "Jadi, kami ingin memastikan bahwa kami berkoordinasi dengan otoritas sipil untuk mengosongkan wilayah udara di sekitar area potensial itu."

Kabar terkait balon mata-mata ini muncul pada saat yang sensitif, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken diperkirakan akan melawat ke Beijing dalam beberapa hari mendatang.

Kunjungan Blinken sendiri dimaksudkan untuk menindaklanjuti pertemuan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.