Sukses

Tolak Pengiriman Jet Tempur ke Ukraina, Jerman: Tidak Ada Perang Antara NATO dan Rusia

Jerman memperingatkan Ukraina untuk tidak meningkatkan risiko eskalasi. Di lain sisi, Kanselir Olaf Scholz menekankan perlunya untuk terus berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Liputan6.com, Berlin - Kanselir Olaf Scholz menegaskan kembali pada Minggu (29/1), Jerman tidak akan mengirimkan jet tempur ke Ukraina.

"Saya menyarankan agar tidak terus-menerus melakukan perang penawaran dalam hal sistem persenjataan," kata Scholz dalam wawancaranya dengan surat kabar Tagesspiegel seperti dikutip dari VOA, Senin (30/1). "Jika, segera setelah keputusan (tentang tank) dibuat dan debat berikutnya dimulai di Jerman, itu... merusak kepercayaan rakyat terhadap keputusan pemerintah."

Dalam wawancara yang sama, Kanselir Scholz memperingatkan agar Ukraina tidak meningkatkan "risiko eskalasi".

"Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu," katanya.

Kanselir Scholz menambahkan bahwa perlu untuk terus berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Panggilan telepon terakhir antara keduanya terjadi pada awal Desember.

"Saya akan berbicara dengan Putin melalui telepon lagi," kata Scholz. "Tapi, tentu saja, juga jelas bahwa selama Rusia terus mengobarkan perang dengan agresi yang tidak mereda, situasi saat ini tidak akan berubah."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Setuju Mengirimkan Tank

Penolakan Jerman untuk mengirimkan jet tempur muncul setelah pada Rabu (25/1), Kanselir Scholz mengumumkan akan mengirimkan 14 tank Leopard 2A6 ke Ukraina. Tidak hanya itu, Berlin juga mengizinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengirimkan tank Leopard mereka, langkah yang diumumkan setelah berminggu-minggu mendapat tekanan dari sekutu.

Langkah Jerman menyetujui pengiriman tank diikuti oleh Amerika Serikat, yang mengatakan akan mengirimkan 31 tank M1 Abrams ke Ukraina.

Kanselir Scholz bersikeras bahwa keputusan untuk mengirimkan tank ke Ukraina perlu diambil bersama dengan sekutu Jerman, terutama AS. Dengan membuat Washington mengambil langkah serupa, Berlin berharap berbagi risiko serangan balik dari Rusia.

3 dari 3 halaman

Terus Merengek

Soal tank, Presiden Vladimir Zelensky sendiri berterima kasih atas keputusan Jerman dan AS, yang dipandang sebagai terobosan dalam upaya mendukung Ukraina memenangkan perang melawan Rusia.

Namun, Zelensky menekankan bahwa pihaknya membutuhkan lebih banyak senjata berat segera dari Barat, termasuk jet tempur dan rudal jarak jauh.

"Ukraina membutuhkan senjata baru dan pengiriman yang lebih cepat untuk menghadapi situasi sangat sulit dari serangan terus-menerus oleh pasukan Rusia di wilayah timur Donetsk," kata Zelensky pada Minggu. "Situasinya sangat sulit. Bakhmut, Vuhledar, dan sektor lain di wilayah Donetsk -- ada serangan Rusia terus-menerus. Ada upaya terus-menerus untuk menembus pertahanan kami."

Dia menambahkan, "Rusia ingin perang berlarut-larut dan menghabiskan pasukan kami. Jadi... kami harus mempercepat momentum, mempercepat pasokan, dan membuka opsi senjata baru untuk Ukraina."

Pada Sabtu (28/1), Zelensky mengatakan bahwa Ukraina membutuhkan rudal ATACMS buatan AS yang memiliki jangkauan sekitar 300 km. Sejauh ini, permintaan rudal jarak jauh ditolak oleh AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.