Sukses

2 Wartawan di Inggris Diancam Dibunuh Garda Keamanan Iran

Volant Media mengatakan dua wartawannya menerima "peringatan mengenai ancaman kredibel terhadap jiwa mereka” dan keluarga mereka, kata Polisi Metropolitan London.

Liputan6.com, Teheran - Iran kabarnya mengirim ancaman terhadap dua jurnalis di Inggris. 

"Dua wartawan Iran yang bekerja di Inggris untuk saluran penyiaran independen berbahasa Persia telah menerima ancaman pembunuhan yang kredibel dari pasukan keamanan Iran," kata badan penyiaran Volant Media, Senin 7 November 2022 seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Volant Media mengatakan dua wartawannya menerima "peringatan mengenai ancaman kredibel terhadap jiwa mereka” dan keluarga mereka, kata Polisi Metropolitan London.

Volant Media mengatakan polisi juga memberitahukan tentang ancaman kepada para wartawan lainnya.

Polisi Metropolitan London, dalam tanggapan yang dikirimkan ke AFP mengatakan bahwa pihaknya tidak mengomentari masalah keamanan protektif terkait dengan individu tertentu. 

Volant Media, saluran televisi internasional Iran yang berbasis di London mengatakan, dua wartawannya telah menerima “ancaman pembunuhan dari Korps Garda Revolusi Islam,” seraya menyebut hal itu sebagai “eskalasi berbahaya” dari upaya untuk menekan media independen.

"Ini adalah ancaman yang disponsori negara terhadap wartawan di Inggris," kata juru bicara Volant Media.

"Garda Revolusi tidak dapat dibiarkan membungkam pers bebas di Inggris," lanjutnya.

Saluran televisi Volant Media meliput protes-protes antirezim di Iran menyusul kematian Mahsa Amini yang dituduh melanggar aturan berbusana yang ketat bagi kaum perempuan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

AS dan Kanada Beri Dukungan untuk Demonstran di Iran Terkait Kematian Mahsa Amini

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan sejawatnya dari Kanada, Kamis (17/10) menyatakan dukungan bagi para pengunjuk rasa di Iran yang telah turun ke jalan-jalan untuk memprotes kematian seorang perempuan muda yang meninggal dalam tahanan polisi. Perempuan itu, Mahsa Amini, ditangkap karena mengenakan jilbabnya “secara tidak benar.”

Blinken, Kamis (17/10) mengatakan di Ottawa bahwa ia dan Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly telah bertukar pandangan mengenai masalah tersebut.

“Kami bekerja bersama untuk menuntut pertanggungjawaban rezim Iran atas penindakan kejamnya terhadap perempuan-perempuan muda pemberani yang terus turun ke jalan-jalan untuk menuntut hak-hak mereka, lebih dari 40 hari sekarang ini setelah tewasnya Mahsa Amini,” kata Blinken.

Joly dalam konferensi pers bersama mengatakan, “Kanada memberi hormat kepada semua orang Iran yang berjuang melawan tirani, dan kami mendukung perempuan dewasa dan remaja yang dengan berani menentang rezim, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (29/10/2022).

Pesannya sederhana: hak-hak kaum perempuan adalah hak asasi manusia. Kita memiliki kewajiban moral untuk mendukung perempuan pemberani Iran dan menuntut pertanggungjawaban para penganiaya mereka.”

Blinken juga mengatakan ia mendukung penuh pernyataan yang dikeluarkan Joly dan 11 menteri luar negeri perempuan lainnya sebelumnya pekan ini mengenai rezim represif Iran.

Pernyataan itu antara lain mengemukakan, “Kami, sebagai menteri-menteri luar negeri perempuan, bersatu dalam solidaritas dengan para perempuan Iran pemberani yang menerapkan hak mereka untuk berkumpul secara damai dan mendukung hak asasi mereka. Kami mengakui bahwa perempuan Iran juga memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Iran dan kami memiliki kewajiban moral untuk mendukung mereka. Kami mendukung kuat tugas penting para pembela HAM, khususnya perempuan yang membela hak asasi, yang memastikan orang di seluruh dunia bebas melaksanakan dan menikmati hak asasi serta kebebasan fundamental mereka.”

3 dari 4 halaman

Massa Rusak Bangunan

Aksi demonstrasi di Iran, khususnya di kota Mahabad di barat laut, Kamis (27/10) terus berlanjut. Video yang dipublikasikan kantor berita milik pemerintah IRNA, menunjukkan kebakaran di jalan-jalan kota.

Apa yang disebut pemerintah sebagai “perusuh,” dikatakan telah merusak property publik, termasuk memecahkan kaca-kaca jendela sejumlah bank dan kantor administrasi pajak.

Demonstrasi di Mahabad itu dipicu oleh kematian seorang laki-laki akibat luka tembak pada Rabu (26/10) malam.

Kelompok Kurdi “The Hengaw Human Rights Organization” memasang video yang menggambarkan pemakaman laki-laki itu sebelum demonstrasi dimulai, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (28/10/2022).

Seorang pejabat kehakiman di daerah itu mengakui kematian laki-laki itu akibat luka tembak.

Hengaw juga mengatakan bahwa dua orang lainnya tewas dalam demonstasi di Mahabad hari Kamis karena ditembak pasukan keamanan. Pihak berwenang belum mengkonfirmasi hal ini.

Demonstrasi dan kerusuhan telah menyelimuti Iran pasca kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun, yang tewas dalam tahanan polisi setelah ditangkap polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar.

Demonstrasi itu disebut-sebut sebagai yang terbesar setelah demonstrasi Gerakan Hijau tahun 2009. Demonstrasi itu meluas menjadi kemarahan terhadap kondisi ekonomi dan teokrasi di Iran.

Para aktivis mengatakan lebih dari 200 orang telah tewas dan ribuan lainnya ditangkap aparat keamanan.

4 dari 4 halaman

26 Orang Tewas di Demo Mahsa Amini

Korban jiwa berjatuhan di demo Iran. Rakyat Iran protes atas kematian Mahsa Amini. Ia meninggal setelah ditangkap polisi moral akibat pelanggaran hijab. 

Berdasarkan laporan AP News, Jumat (23/9/2022), setidaknya ada 26 orang tewas yang terdiri atas pendemo dan polisi. Pemerintah belum merilis data resmi jumlah kematian. 

Video-video beredar di Twitter yang menampilkan para perempuan ikut terluka. Pada salah satu video ada gadis muda yang kepalanya berdarah, serta wanita yang berteriak histeris sembari darah di wajahnya dibersihkan air. 

Media pemerintah Iran menyebut demonstrasi pecah di ibu kota Tehran dan setidaknya 13 kota lainnya. Ratusan orang disebut terlibat pada demo-demo tersebut. 

Penulis Harry Potter, JK Rowling, ikut memuji keberanian para wanita Iran dan mengecam tindakan polisi moral di Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, Rowling memang vokal dalam membela hak perempuan. Ia menilai ironis bahwa penjaga moral ternyata brutal. 

"Keberanian dari wanita-wanita ini dan brutalitas kotor dari yang katanya penjaga moralitas," ujar JK Rowling. 

Presiden Iran Ebrahim Raisi berjanji akan menuntaskan kasus kematian Mahsa Amini. Janji itu ia berikan ketika berkunjung ke PBB. Raisi mengaku sudah menghubungi keluarga korban.

"Saya sudah menghubungi keluarganya pada kesempatan pertama dan saya memastikan pada mereka bahwa kita akan terus secara tegas menginvestigasi insiden itu," ujar Presiden Iran.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.