Sukses

Sekjen PBB Sebut Dunia Saat Ini Ada di Jalur Neraka Iklim

Umat manusia harus bekerja sama memotong emisi karbon atau kita akan menghadapi masa depan suram, kata Sekjen PBB Antonio Guterres.

, New York - Umat manusia harus bekerja sama memotong emisi karbon atau kita akan menghadapi masa depan suram, kata Sekjen PBB Antonio Guterres pada pembukaan KTT Iklim COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (7/11).

"Umat manusia punya pilihan: bekerja sama atau binasa,” katanya kepada para pemimpin dunia yang hadir, dikutip dari laman DW Indonesia, Selasa (8/11/2022).

"Mau [memilih] Pakta Solidaritas Iklim atau Pakta Bunuh Diri Kolektif.”

Tak sampai di situ, Sekjen PBB itu melanjutkan peringatan kerasnya dengan mengatakan: "kita berada di sebuah jalan menuju neraka iklim dan kaki kita masih menginjak pedal gas.”

Guterres menyerukan agar ada pakta antara negara-negara terkaya dan termiskin di dunia untuk mempercepat peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke sumber energi alternatif. Ia juga menyerukan agar penyaluran dana untuk membantu negara-negara miskin dilakukan lebih cepat, baik untuk mengurangi emisi atau untuk melindungi mereka dari dampak perubahan iklim yang tak terhindarkan.

"Dua ekonomi terbesar – Amerika Serikat dan China – punya tanggung jawab khusus untuk bekerja sama mengupayakan agar pakta ini bisa terwujud,” katanya.

Guterres juga mengatakan COP27 harus menyetujui "roadmap yang jelas” terkait kerugian dan kerusakan (loss and damage) yang memungkinkan adanya "pengaturan kelembagaan yang efektif untuk pendanaan [iklim].”

Kanselir Jerman serukan lebih banyak kerja samaSaat berbicara di Sharm el-Sheikh, Kanselir Jerman Olaf Scholz berjanji meningkatkan kontribusi Jerman untuk pendanaan iklim internasional menjadi €6 miliar per tahun pada 2025.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Kata Pemimpin Dunia Lain?

Jerman juga akan menyediakan dana ‘payung pelindung global' senilai €170 juta untuk membantu mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh bencana iklim seperti kekeringan, angin topan atau banjir.

Dalam pidatonya, Scholz mengingatkan tentang adanya "kebangkitan kembali bahan bakar fosil” seperti minyak, gas dan batu bara. "Untuk Jerman, saya katakan tak ada hal seperti itu,” ujarnya.

Scholz juga menegaskan kembali tujuan Jerman menjadi negara netral iklim pada tahun 2045. "Lebih cepat, lebih berambisi, lebih banyak kerja sama dalam transisi ke energi terbarukan adalah keharusan di zaman kita,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron membahas dampak perang Rusia-Ukraina terhadap komitmen iklim.

"Kami tidak akan mengorbankan komitmen kami atas iklim hanya karena ancaman Rusia dalam hal energi, jadi semua negara harus terus menjunjung tinggi semua komitmennya,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Perubahan Iklim

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengeluarkan pernyataan dengan nada yang jauh lebih optimis dari pemimpin lainnya.

"Kita dapat mengubah perjuangan kita melawan perubahan iklim menjadi misi global untuk menciptakan pekerjaan dan pertumbuhan baru dan kita dapat mewariskan planet yang lebih hijau kepada anak-anak kita,” kata Sunak. "Sungguh masih ada ruang untuk harapan itu. Mari kita penuhi,” tambahnya.

Pemimpin Cina Xi Jinping tidak hadir dalam KTT tersebut, padahal Cina adalah salah satu negara yang mengeluarkan gas rumah kaca terbanyak daripada negara lain secara keseluruhan.

Sementara Presiden AS Joe Biden, yang negaranya menempati urutan kedua dalam emisi, baru akan bergabung dalam pertemuan akhir pekan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.