Sukses

Wanita di Turki Ikut Protes Kematian Mahsa Amini

Liputan6.com, Tehran - Wanita Iran di Turki ikut turun ke jalan untuk protes kematian wanita muda bernama Mahsa Amini (22). Ia meninggal setelah ditangkap polisi moral di Iran karena masalah hijab. 

Kasus ini beredar luas di media sosial dan mendapat sorotan dari negara-negara luar Iran. Para wanita di Turki pun ikut protes. 

Dilaporkan VOA, Minggu (25/9/2022), unjuk rasa itu dilaksanakan oleh sekelompok warga Iran yang tinggal di Istanbul bersama para warga lokal. Mereka demo di depan Konsulat Iran di Istanbul.

Selama demo berlangsung, ada setidaknya tiga orang yang menggunting rambut mereka karena protes atas perlakuan terhadap Amini.

Para pendemo berteriak dalam bahasa Turki, Farsi, dan Kurdi.

Slogan di bahasa Turki berbunyi: "kita tidak terus bungkam, kita tidak merasa takut, kita tidak menurut" serta "tubuhku, keputusanku."

Sementara, slogan dalam bahasa Farsi dan Kurdi menyebut: "Wanita hidup dengan bebas" dan "Kita tidak mau rezim mullah."

Wanita Iran yang ikut demo, Mahdi SaÄŸlar, berkata rezim Iran memukul seorang gadis hingga tewas hanya karena rambutnya terlihat.

"Anak-anak mereka sendiri berpakaian semaunya di Eropa dan Amerika, mereka bertingkah semaunya, tetapi di Iran mereka menangkap perempuan itu karena rambutnya terlihat, dan mereka membunuhnya dengan menyebabkan pendarahan otak dengan pukulan ke arah otak di stasiun polisi. Kita di sini untuk memprotes hal tersebut," ujar Mahdi SaÄŸlar yang tinggal di Turki selama 20 tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kronologi Kematian Mahsa Amini

Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber: 

13 September 2022: Salah Pakai Hijab 

Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.

Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.  

16 September 2022: Nyawa Melayang

Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.

Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung. 

Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral. 

"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.

17 September 2022: Pemakaman 

Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu. 

Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.

18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban

Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini. 

"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.

19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban

Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung. 

"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.

Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong. 

3 dari 4 halaman

Iran Padamkan Internet, WhatsApp Upayakan Layanan Bisa Diakses

Iran memutus jaringan internet di sebagian kota Teheran dan Kurdistan. Pemerintah negara ini juga memblokir akses ke platform digital termasuk Instagram dan WhatsApp.

Pemblokiran akses ini dilakukan dalam upaya mengekang gerakan protes yang berkembang. Di mana, massa menggunakan media sosial untuk menggalang kekuatan.

Menanggapi pemadaman internet dan pemblokiran akses di sejumlah wilayah di Iran, Meta sebagai induk WhatsApp dan Instagram berupaya membuat masyarakat Iran tetap terhubung.

Mengutip Reuters, Jumat (23/9), Meta berupaya agar masyarakat negara tersebut bisa memakai layanan WhatsApp.

"WhatsApp akan melakukan apa saja dalam kapasitas teknisnya untuk menjaga agar layanan tetap dapat diakses dan bahwa pihaknya tidak memblokir nomor telepon Iran," kata layanan pesan tersebut dalam sebuah cuitan.

Sekadar informasi, protes keras yang berbuntut pada kondisi mencekam di Iran terjadi pasca kematian seorang perempuan 22 tahun, Mahsa Amini, di tahanan polisi.

Menurut lembaga internet watchdog NetBlocks, Amini sebelumnya ditahan oleh polisi moral di Kota Teheran karena dianggap berpakaian tidak pantas. Kematian Amini dan sejumlah isu termasuk isu soal kebebasan membuat publik begitu marah hingga melayangkan aksi protes.

Para pengunjuk rasa di Kota Teheran dan sejumlah kota lain di Iran meluapkan kemarahannya dengan membakar kantor polisi dan kendaraan pada Kamis, kemarin. Di tengah kemarahan publik yang tidak mereda, pemerintah Iran pun justru memadamkan sebagian akses internet hingga melakukan pemblokiran platform.

4 dari 4 halaman

Polisi Moral

Sebelumnya, situasi di Iran memanas karena kematian wanita muda bernama Mahsa Amini (22). Wanita itu meninggal setelah ditangkap polisi moral karena tidak benar dalam memakai hijab. 

Kematian Mahsa Amini memantik demo besar-besaran di Iran. Viral pula video-video beredar di Twitter ketika wanita Iran berani membuka hijab mereka. Penulis Harry Potter, JK Rowling, bahkan ikut mendukung perjuangan para wanita Iran. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (22/9), video warganet yang diposting di media sosial tampak menunjukkan protes-protes anti-pemerintah terbaru yang berlangsung di sedikitnya 16 dari 31 provinsi pada hari Selasa. Ini lonjakan besar dari awalnya sedikit provinsi yang terlihat dalam video protes di media sosial dalam empat hari sebelumnya.

Protes-protes dimulai Jumat lalu setelah rumah sakit mengukuhkan kematian perempuan berusia 22 tahun itu. Amini adalah warga minoritas Kurdi Iran yang tinggal di kota Saqez, provinsi Kurdistan, Iran Barat Laut.

Anggota keluarganya melaporkan bahwa polisi moral Iran menangkap Amini sewaktu ia berkunjung ke Teheran pada 13 September lalu. Mereka mengatakan polisi menuduh Amini tidak mengenakan jilbabnya dengan benar, dan membawanya ke kantor polisi di mana ia dilaporkan koma sewaktu berada dalam tahanan dengan perempuan-perempuan lainnya.

Kerabat Amini menuduh polisi Iran menganiayanya di dalam tahanan dan bergegas menguburkannya di Saqez pada hari Sabtu tanpa memberitahu hasil autopsi.

Pihak berwenang membantah telah menganiaya Amini dan menyebut kematiannya adalah karena serangan jantung. Keluarganya mengatakan Amini tidak memiliki riwayat gangguan jantung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.