Sukses

Bola Api Hijau Terang Terlihat di Langit Selandia Baru, Ternyata Meteor Berdaya Ledak 2.000 Ton TNT

Fireball atau bola api berwarna hijau terang yang melesat melintasi langit di atas Selandia Baru bulan lalu akhirnya memiliki penjelasan.

Liputan6.com, South Island - Fireball atau bola api berwarna hijau terang yang melesat melintasi langit di atas Selandia Baru bulan Juli lalu akhirnya memiliki penjelasan.

Pada 7 Juli 2022, diketahui ternyata sebuah meteor hijau terang terlihat menabrak Selat Cook antara North Island dan South Island Selandia Baru.

Mengutip Live Science, Kamis (11/8/2022), meteor itu kemungkinan berdiameter sekitar 3,3 kaki (1 meter), menghantam dengan daya ledak setara dengan 2.000 ton (1.800 metrik ton) TNT dan menyebabkan ledakan sonik besar-besaran. Dua minggu kemudian, bola api hijau langka lainnya difoto di atas Canterbury, di South Island Selandia Baru.

Fireball atau bola api adalah meteor yang sangat terang yang ukurannya bisa melebihi satu meter. Hanya sekitar empat yang dilaporkan setiap tahun di satu wilayah, jadi mengapa begitu banyak bola api menerangi langit di atas negara kepulauan ini?

"Kami telah melihat peningkatan luar biasa dalam jumlah laporan dari Selandia Baru," kata Robert Lunsford, koordinator laporan bola api di American Meteor Society, yang mengatakan kepada Live Science bahwa laporan bola api dari Selandia Baru kini telah melampaui laporan dari Australia, yaitu hampir 30 kali lebih besar.

"Warna hijau intens bola api ini membuat orang lebih mungkin melaporkan penampakan tersebut," tambahnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pelaporan Via Fireballs Aotearoa

Baru-baru ini juga menjadi lebih mudah dari sebelumnya untuk melaporkan bola api.

"Masyarakat umum di Selandia Baru sekarang menjadi sadar bahwa mereka sebenarnya dapat melaporkan peristiwa ini melalui Fireballs Aotearoa," kata Lunsford.

Fireballs Aotearoa adalah kolaborasi antara astronom dan ilmuwan warga yang bertujuan untuk menemukan meteorit yang baru saja jatuh ke Bumi.

Nirlaba itu sekarang telah bergabung dengan Organisasi Meteor Internasional, yang mengumpulkan pengamatan meteor dari seluruh dunia dan memudahkan anggota masyarakat untuk melaporkan penampakan secara online.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Dari Mana Asal Rona Hijau?

Jadi apa yang memberi meteor ini rona hijau yang tak terlupakan? Apakah bangkitnya meteor - yang dapat berlangsung beberapa detik - berwarna hijau tergantung pada ukuran, tinggi, dan kimia meteor.

"Sumber hijau dalam meteor yang bertahan lama di belakang meteor terbatas pada yang berada di atas sekitar 62 mil (100 km)", kata Jack Baggaley, seorang profesor emeritus dalam fisika dan astronomi di University of Canterbury di Selandia Baru, yang baru-baru ini menulis artikel tentang topik tersebut.

Saat meteor yang jauh lebih kecil bergerak secepat 45 mil (70 km) per detik menghantam atmosfer Bumi, partikel matahari mengionisasi oksigen di bagian atas atmosfer. Proses yang sama menciptakan aurora hijau.

Warna hijau juga dapat muncul di meteor yang lebih lambat jika mengandung meteor, kata Baggaley kepada Live Science.

"Bola api - seperti kasus yang diamati di sini - terjadi lebih rendah, kurang dari 37 mil (60 km), dan warna hijau di dalamnya dihasilkan oleh benda besar yang terdiri dari bahan logam seperti nikel, besi dan magnesium," kata Baggaley.

4 dari 4 halaman

Terkait Hujan Meteor Perseid?

Apakah bola api ini mungkin terkait dengan hujan meteor Perseid, yang terjadi setiap tahun dari pertengahan Juli hingga akhir Agustus?

Kecepatan cepat Perseid dapat menyebabkan atom oksigen terionisasi bersinar dengan rona kehijauan saat meteor melewati atmosfer, menurut Lunsford, tetapi dia tidak berpikir bola api Selandia Baru terhubung ke Perseid.

Tahun ini, Perseids berlangsung dari 17 Juli hingga 24 Agustus dan puncaknya dari 12 Agustus hingga 13 Agustus, sehingga garis waktu tidak sesuai dengan penampakan awal Juli. Geografi selestial juga tidak: Perseus, titik pancaran hujan meteor Perseid, hanya terlihat di langit malam Belahan Bumi Utara.

"Meteor Perseid umumnya tidak terlihat dari Selandia Baru karena lokasi selatan pulau," kata Lunsford, "meskipun ada kemungkinan pada malam aktivitas maksimum untuk melihat beberapa meteor ini melesat ke atas dari bawah ufuk utara dari bagian paling utara Pulau Utara."

Sayangnya, puncak Perseids tahun ini sepertinya kurang mengesankan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Itu karena puncaknya bertepatan dengan bulan purnama Agustus, yang akan memutihkan langit malam dan membuat sebagian besar meteor sulit dilihat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.