Sukses

Harga Mie Instan Naik, Kedubes Inggris: Rusia yang Bertanggung Jawab

Kedubes Inggris angkat suara atas naiknya harga mie instan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Inggris di Jakarta mengingatkan bahwa Rusia bertanggung jawab atas melonjaknya harga gandum. Hal itu disebut berdampak kepada masyarakat miskin dan melonjaknya harga mie instan

Rusia juga dianggap melanggar perjanjian dengan kembali menyerang jalur logistik Ukraina, sehingga mempersulit pengiriman gandum. 

Menurut pernyataan Kedubes Inggris di Jakarta, Jumat (29/7/2022), pekan lalu Rusia kembali menyerang pelabuhan Odesa di Ukraina. Serangan dilancarkan pada 22 Juli, yakni 24 jam setelah menyetujui kesepakatan untuk memungkinkan dimulainya kembali ekspor melalui perairan Ukraina di Laut Hitam.

Dua rudal Rusia menghantam infrastruktur pelabuhan dan dua ditembak jatuh oleh pertahanan udara Ukraina.

"Rusia bertanggung jawab atas penghentian ekspor gandum Ukraina; Rusia memegang kendali untuk ekspor ini agar dapat dimulai kembali. Sangat mengenaskan sekali bahwa hanya sehari setelah mencapai kesepakatan, Rusia meluncurkan serangan rudal di pelabuhan Odessa. Rusia harus menerapkan perjanjiannya dan mengizinkan ekspor yang aman dari Ukraina; dunia akan menyaksikan," ujar Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rob Fenn.

Calon kuat perdana menteri Inggris, Liz Truss, menyatakan serangan Rusia sebagai hal biadab. 

"Invasi biadab Putin ke Ukraina berarti beberapa orang termiskin dan paling rentan di dunia berisiko tidak memiliki apa pun untuk dimakan. Sangat penting bahwa gandum Ukraina bisa mencapai pasar makanan internasional, dan kami memuji Turki dan Sekretaris Jenderal PBB atas upaya mereka untuk memediasi perjanjian ini," ujar Liz Truss yang kini menjabat sebagai menteri luar negeri.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dukungan Inggris

Wakil Dubes Inggris Rob Fenn menegaskan bahwa negaranya akan terus memimpin pemulihan krisis pangan di dunia akibat invasi Rusia. Langkah ini akan berlangsung hingga tiga tahun ke depan.

"Inggris mendukung mereka yang paling parah terkena dampak krisis pangan global dan kami akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan ekonomi bagi mereka yang paling membutuhkan. Selama tiga tahun ke depan, Inggris akan menyediakan £3 miliar dana kemanusiaan secara global untuk mendukung respons internasional yang lebih efektif terhadap krisis kemanusiaan," ujarnya.

Sejauh ini, 104.000 warga Ukraina telah tiba dengan selamat di Inggris sejak perang Putin, sebagian besar ditampung oleh para keluarga sipil Inggris.

“Kami tidak akan dapat menyambut 100.000 orang dari Ukraina ke negara kami tanpa adanya orang-orang dermawan di seluruh negeri yang membuka pintu mereka. Penting bagi kami untuk mengakui pekerjaan tanpa pamrih dari publik untuk membantu warga Ukraina berintegrasi ke dalam komunitas mereka," ucap Menteri Pengungsi Inggris Lord Harrington. 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Indonesia Dorong Fasilitasi Ekspor Gandum Rusia Lewat Laut Hitam

Sebelumnya dilaporkan, Perwakilan Indonesia menghadiri pertemuan kelima Steering Committee of Global Crisis Response Group (SC GCRG) on Food, Energy and Finance, pada Rabu 27 Juli 2022. Pertemuan membahas berbagai alternatif solusi atas tantangan krisis pangan, energi, dan keuangan global.

Adalah Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, selaku Sherpa Indonesia menghadiri secara virtual dari Tokyo. 

 Pertemuan dipimpin Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina J. Mohammed selaku Koordinator Steering Committee, dan dihadiri oleh anggota Steering Committee, GCRG Task Team, dan Sherpas GCRG dari masing-masing negara anggota.

Dikutip dari laman resmi Kemenko perekonomian, Jumat (29/7/2022), forum tersebut membahas alternatif mekanisme integrasi pangan dan pupuk, serta solusi mengatasi tantangan besar yang saling terkait dalam mewujudkan ketahanan pangan, energi, dan keuangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo sebagai salah satu Champions dari GCRG, telah menjalankan tanggung jawab dan kepercayaan dari PBB tersebut dengan mengunjungi Ukraina (29/06/2022) dan Rusia (30/6/2022) untuk bertemu dengan kedua Pemimpin Negara dimaksud, sebagai misi perdamaian.

Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina J. Mohammed kembali menggarisbawahi perlunya melancarkan arus perdagangan komoditas, menghilangkan pembatasan ekspor terkait komoditas pertanian, dan mengintegrasikan kembali pangan Ukraina, serta pupuk dan pangan Rusia pada pasar global.

“Telah diperoleh kemajuan mengatasi krisis pangan, dengan prioritas mengembalikan ekspor bahan pangan dari Ukraina dan Rusia dalam waktu dekat. Penandatanganan Inisiatif Laut Hitam dapat dijadikan alternatif mekanisme mengintegrasikan kembali biji-bijian dan bahan makanan lainnya dengan transportasi aman melalui Laut Hitam ke pasar global,” kata Deputi Sekjen PBB Amina.

4 dari 4 halaman

Koordinasi PBB

Lebih lanjut, Deputi Sekjen PBB menyampaikan, Brief No. 3 GCRG akan dirilis dalam waktu dekat. Laporan tersebut akan menyampaikan analisa dampak dari krisis energi.

Dengan adanya tiga laporan dampak krisis yang komprehensif tersebut, Deputi Sekjen PBB berharap bahwa GCRG dapat mengambil langkah-langkah konkret lebih lanjut dalam mengatasi krisis multidimensi global saat ini.

Kemudian Under-Secretary-General for Humanitarian Affairs PBB Martin Griffiths, menyampaikan perkembangan terbaru dari Black Sea Grain Initiatives. Inisiatif tersebut dikoordinasikan PBB dengan Turki sebagai host country untuk memfasilitasi ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam di tengah konflik.

“Pada 22 Juli 2022, Ukraina dan Rusia telah menandatangani kesepakatan bersama yang akan memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor gandum melalui Laut Hitam. Sejak penandatanganan perjanjian, telah terjadi dua kali serangan di Pelabuhan Odessa, Ukraina. Sebagai bentuk implementasi inisiatif lebih lanjut, telah dibentuk Joint Coordination Center (JCC) di Istanbul, Turki, pada hari ini (27/07). JCC dikelola oleh pejabat senior PBB, Turki, Rusia, dan Ukraina," kata Griffiths.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.