Sukses

Aturan Baru, Remaja AS Akan Makin Sulit Beli Senjata Api

Senat AS meloloskan RUU untuk memperluas pemeriksaan latar belakang pembeli sebelum yang ingin senjata api.

Liputan6.com, Washington, DC - Senat Amerika Serikat (AS) meloloskan RUU baru terkait senjata api yang bisa mempersulit pembeli usia 21 tahun ke bawah. RUU ini lolos setelah penembakan massal di sebuah SD di Texas. Akibat tragedi itu ada 19 anak-anak yang kehilangan nyawa. 

Senator Chris Murphy dari Partai Demokrat berkata RUU ini merupakan kompromi dengan Partai Republik yang terus-terusan memperjuangkan hak memiliki senjata api. Pendukung senjata api menilai jaminan memegang senjata adalah bagian Amandemen Kedua (Second Amandement) di konstitusi AS, meski sudah banyak kasus penembakan sekolah. 

"(RUU) ini tidak melakukan semua yang saya inginkan. Tetapi apa yang kita lakukan akan menyelamatkan ribuan nyawa tanpa melanggar hak Amandemen Kedua siapapun," ujar Senator Murphy, dikutip NPR, Jumat (24/6/2022). 

RUU ini bisa memperluas background check bagi remaja usia 18-21 tahun yang ingin membeli senjata api, dan memberikan insentif bagi hukum "red flag". 

Hukum "red flag" itu adalah bagian dari intervensi yang dapat mengizinkan pihak berwenang menyita senjata api dari orang-orang yang dianggap mengancam orang lain.

Time menyebut hukum itu sudah ada di 19 negara bagian, termasuk Washington DC.

"Di bawah RUU ini, setiap negara bagian akan bisa menggunakan jumlah baru dolar yang signifikan dalam memperluas program-program mereka untuk menyetop orang-orang berbahaya, orang-orang yang ingin melakukan pembunuhan massal atau bunuh diri, sehingga tak bisa mendapat akses senjata yang membuat mereka melakukan kejahatan itu," ujar Murphy. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mahkamah Agung Batalkan Aturan di New York Terkait Senjata Api

Sebelumnya, Gubernur New York Kathy Hochul baru-baru ini menandatangani aturan terkait pembelian senjata api jenis semi-automatic di daerahnya. Usia minimum pembelian naik dari 18 tahun jadi 21 tahun.

Namun, Mahkamah Agung juga mencabut aturan New York yang lain terkait membawa senjata. Pada aturan New York, seseorang harus punya alasan yang jelas jika ingin membawa senjata. 

Fox News melaporkan bahwa aturan di New York bisa mencegah seseorang membawa senjata jika hanya untuk melindungi diri. Akan tetapi, Mahkamah Agung menyatakan aturan itu tidak konstitusional. 

Gubernur Hochul menyampaikan rasa kemarahannya dalam konferensi pers, karena keputusan MA bisa mengizinkan orang-orang bawa senjata ke restoran atau senjata umum. 

"Kami tidak butuh orang-orang masuk ke subway kita, ke restoran kita, ke bioskop kita dengan senjata yang tersembunyi. Kita tak butuh lebih banyak senjata api di jalanan kita. Kita sudah menghadapi krisis besar kekerasan senjata api. Kita tak butuh menambah bensin ke api ini," ujar Gubernur Hochul. 

Gubernur Hochul lantas menyebut MA di AS telah terpolitisasi. Ia pun berjanji bahwa dirinya dan warga New York akan terus memperjuangkan perlindungan dari senjata api.

3 dari 4 halaman

Gugatan Hukum pada Produsen Senjata Disiapkan Pasca-penembakan Sekolah di Texas AS

Pria bersenjata dari Uvalde, Texas berusia 18 tahun, Salvador Ramos, menyerbu sekolah itu pada 24 Mei dan menewaskan 19 siswa serta dua guru sebelum dia dibunuh oleh penegak hukum, menurut pihak berwenang.

Dia secara legal membeli senjata pertamanya pada ulang tahunnya yang ke-18 pada 17 Mei.

Josh Koskoff, pengacara Garza, pernah menangani kasus penembakan Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut pada 2012 yang menghasilkan uang damai 73 juta dolar AS (Rp1,05 triliun) dari pembuat senjata Remington pada Februari.

Kasus SD Sandy Hook itu menjadi penyelesaian signifikan pertama atas penembakan massal terhadap pembuat senjata, pihak yang dilindungi oleh undang-undang federal dari tuntutan hukum.

"Sandy Hook di Connecticut tidak punya ikatan hukum pada pengadilan Texas tapi itu tidak berarti tidak memiliki kekuatan persuasif," kata Koskoff sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Minggu (5/6).

Koskoff mengatakan kepada Reuters bahwa dia menerapkan apa yang dia pelajari dari kasus Sandy Hook untuk penyelidikannya saat ini.

Penyelidikan itu difokuskan pada pemasaran senjata untuk anak-anak dan remaja serta pemasaran video games yang menggunakan sudut pandang orang pertama (first-person shooter). "Penembak itu, pada dasarnya pada hari saat dia memasuki usia 18 tahun, dia tahu persis senjata apa yang dia dapatkan," kata Koskoff.

4 dari 4 halaman

Surat-Surat Diserahkan ke Pengadilan Texas

Dalam tindakan hukum terpisah, karyawan sekolah Emilia Marin mengajukan surat-surat di pengadilan Negara Bagian Texas untuk menuntut agar Daniel Defense memberikan kesaksian danmemaksa perusahaan itu untuk menyerahkan dokumen, juga terkait dengan pemasarannya.

Di laman sekolah tersebut, Marin terdaftar sebagai petugas patologi wicara. Tuntutan Marin, yang diajukan pada Kamis (2/6) malam, adalah petisi yang memungkinkan suatu pihak untuk mulai menyelidiki kemungkinan kewajiban memberikan kompensasi.

Produsen senjata umumnya dilindungi --dari tuntutan hukum atas penggunaan senjata api secara kriminal-- oleh undang-undang federal yang disebut Protection of Lawful Commerce in Arms Act, atau PLCAA.

Namun, Mahkamah Agung Connecticut pada 2019 memutuskan bahwa perusahaan senjata Remington Arms dapat dituntut oleh keluarga korban Sandy Hook di bawah pengecualian PLCAA karena perusahan itu diduga melanggar undang-undang negara bagian menyangkut pemasaran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.