Sukses

Ratu Elizabeth II Kena COVID-19, Pejabat Inggris Beri Dukungan Moril

Ratu Elizabeth II yang positif COVID-19 mendapatkan dukungan dari para pejabat Inggris.

Liputan6.com, London - Ratu Elizabeth II dilaporkan positif COVID-19 di usianya yang ke-95. Infeksi terjadi hanya sepekan setelah menatunya, Camilla, juga terpapar virus corona. 

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang belum lama ini melonggarkan aturan COVID-19, termasuk aturan wajib masker, memberikan dukungan moril kepada Ratu Elizabeth II melalui Twitter. 

"Saya yakin saya berbicara untuk semua orang dalam berharap Yang Mulia Ratu agar pulih secepatnya dari COVID-19 dan cepat kembali menuju kesehatan baik yang cemerlang," ujar PM Johnson via Twitter, dikutip Senin (21/2/2022). 

Sentimen serupa disampaikan Menteri Kesehatan Sajid Javid dan Menteri Luar Negeri Liz Truss. 

"Berharap Yang Mulia pemulihan cepat dan kembalinya menuju kesehatan penuh," ujar Truss dengan singkat. 

Pemimpin partai oposisi, Partai Buruh, turut mewakili pendukungnya untuk memberikan dukungan moril kepada Ratu Elizabeth II. 

"Atas nama diri saya sendiri dan seluruh Partai Buruh, berharap Yang Mulia Ratu kesehatan yang baik dan pemulihan yang cepat. Cepat sembuh, Ma'am," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inggris Cabut Aturan Pembatasan COVID-19

Bulan lalu dilaporkan, Perdana Menteri Boris Johnson mengeluarkan pengumuman pada Rabu 19 Januari 2022 bahwa Inggris mengakhiri pembatasan COVID-19. Hal itu termasuk mandat masker, bekerja dari rumah dan paspor vaksin.

Langkah-langkah tersebut sejatinya telah diperkenalkan untuk memperlambat penyebaran Virus Corona Varian Omicron yang sangat menular.

"Banyak negara di seluruh Eropa telah mengalami penutupan wilayah lebih jauh pada musim dingin tetapi pemerintah ini mengambil langkah yang berbeda," kata Johnson kepada anggota parlemen, mengutip penurunan jumlah orang yang dirawat di perawatan intensif karena virus seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (20/1).

"Ilmuwan kita yakin bahwa kemungkinan gelombang Omicron sekarang telah mencapai puncaknya secara nasional ... karena kampanye booster besar-besaran," ujar Johnson, dan menambahkan bahwa pembatasan juga telah memperlambat penyebaran.

Beberapa ilmuwan tidak setuju dengan langkah tersebut. "Menghapus tindakan dalam menghadapi tingkat infeksi yang sangat tinggi berisiko," kata pakar virus Universitas Warwick, Lawrence Young.

"Mungkin akan lebih bijaksana untuk menunggu beberapa minggu lagi sebelum mencabut saran untuk bekerja dari rumah dan mandat masker. Tidak ada jaminan bahwa tingkat infeksi akan terus turun" kata Young.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.