Sukses

New Delhi Catat Rekor Kualitas Udara Terburuk dalam 6 Tahun Terakhir

Penelitian terbaru ungkapkan hubungan kualitas udara yang buruk terhadap tingkat risiko asma dan kelebihan berat badan pada anak.

Liputan6.com, Delhi - Ibu kota India, New Delhi, pada November 2021 mencatat rekor terburuk kualitas udara dalam 6 tahun, menurut data resmi.

Para ahli menyalahkan pembakaran tunggul tanaman di negara bagian tetangga dan festival Diwali untuk tingkat polusi udara yang mengkhawatirkan.

Dilansir BBC, Rabu (1/12/2021), data juga menunjukkan bahwa penduduk New Delhi tidak mengalami satu hari pun kualitas udara yang masuk kategori "baik" sepanjang November 2021.

Kota ini mencatat 11 hari polusi kategori "parah", yang sebelumnya tercatat 10 hari pada November 2016. Angka tersebut merupakan yang terburuk yang pernah dialami Delhi sejak 2015, ketika Badan Pengendalian Polusi Pusat mulai merekam data kualitas udara.

Musim hujan yang berkepanjangan menyebabkan tunggul terbakar dan Diwali hingga November kata Dr. Gufran Beig, pendiri badan prakiraan kualitas udara SAFAR, kepada media lokal.

"Ini adalah alasan utama mengapa November melihat kualitas udara yang lebih buruk tahun ini dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir," katanya.

Data satelit dari NASA menunjukkan bahwa ada 90.984 kebakaran tunggul di negara bagian - Punjab, Haryana, dan Uttar Pradesh - antara 1 Oktober dan 28 November. Ini adalah jumlah tertinggi dalam lima tahun, menurut laporan dari Council on Energy, Environment and Water (CEEW).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Regulasi yang Lemah

Kualitas udara di Delhi juga turun ke tingkat berbahaya sehari setelah Diwali, ketika orang-orang menentang larangan untuk meledakkan petasan selama berjam-jam.

Pembakaran tunggul (pembakaran sisa tanaman untuk membuka jalan bagi penanaman gandum) mengubah kota menjadi racun setiap tahun. Sudah dilarang, tapi penegakannya lemah.

Masalah ini tampaknya akan memburuk karena pemerintah federal telah setuju untuk mendekriminalisasikan pembakaran jerami dalam upaya untuk meredakan protes para petani di perbatasan Delhi.

Tingkat PM2.5 (partikel kecil yang dapat menyumbat paru-paru) jauh lebih tinggi di Delhi daripada batas keamanan World Health Organization (WHO).

Beberapa penelitian telah memperingatkan risiko kesehatan dari menghirup udara beracun tersebut.

Baru-baru ini, sebuah studi bersama yang dilakukan oleh Lung Care Foundation dan Pulmocare Research and Education menemukan bahwa paparan polusi udara tingkat tinggi dapat membuat anak-anak menjadi gemuk dan menempatkan mereka pada risiko lebih besar terkena asma.

Studi ini adalah yang pertama di India untuk menemukan hubungan antara anak-anak yang kelebihan berat badan, asma, dan polusi udara.

 

Penulis: Anastasia Merlinda

3 dari 3 halaman

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.