Sukses

Uni Eropa Akan Beri Spanyol Dana Pemulihan Akibat COVID-19

Bantuan itu untuk memulihkan Spanyol setelah mengalami kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Madrid - Pemerintah sayap kiri Spanyol mendapat dana besar yang akan diberikan Uni Eropa dan merupakan bagian dari paket bantuan virus Corona COVID-19.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (14/4/2021) bantuan itu untuk memulihkan Spanyol setelah mengalami kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.

Spanyol akan menerima 140 miliar Euro ($ 166 miliar), separuh hibah dan separuh pinjaman dari dana pemulihan sebesar 750 miliar Euro yang diusulkan oleh para pemimpin Uni Eropa tahun lalu.

Bantuan itu diberikan karena ekonomi benua itu terpuruk akibat penutupan wilayah, kehilangan pekerjaan dan menurunnya belanja konsumen.

PM Spanyol Pedro Sanchez mengatakan, "Nilai ekonomi yang akan kami jalankan pada tahun 2021 hingga 2023 hampir 70 miliar Euro."

"Dengan sasaran yang sangat jelas, yaitu untuk memberi dampak langsung pada pertumbuhan ekonomi negara dan juga tingkat lapangan kerja tahun 2021."

"Itulah sebabnya saya katakan, investasi ini bersifat ramah lingkungan, suatu transisi ekologi dan juga terkait dengan peralihan digital. Ini adalah dua hal utama dari rencana itu."

Pemimpin Sosialis Spanyol itu mengungkapkan rencana pemerintah koalisinya untuk pemanfaatan bantuan langsung sebesar US$ 83 miliar itu, yang diharapkan bisa diinvestasikan ke ekonomi Spanyol dalam kurun tiga tahun ke depan.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Update Terbaru Vaksin Global

Pejabat-pejabat kesehatan Amerika merekomendasikan segera penghentian sementara penggunaan vaksin COVID-19 produksi Johnson & Johnson, setelah dilaporkan enam kasus pembekuan darah di Amerika.

Keputusan itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Pangan (FDA), diambil sebagai langkah “kehati-hatian."

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Selasa, CDC dan FDA mengatakan sedang menyelidiki penggumpalan darah yang tidak biasa pada enam perempuan, yang terjadi 6 hingga 13 hari setelah vaksinasi.

Mereka mencatat enam kasus itu terjadi dari hampir 7 juta dosis vaksin yang diberikan. Keenam perempuan itu berusia antara 18 dan 48 tahun, dengan dilaporkan satu kematian dan semua masih diselidiki.

Vaksin Johnson & Johnson adalah yang kedua yang dikaitkan dengan potensi penggumpalan darah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.