Sukses

Jepang Beri Bantuan Rp 73,6 Miliar untuk Lebanon Bangkit Usai Ledakan Beirut

Jepang memberi bantuan sebesar US$ 5 juta atau Rp 73,6 miliar untuk Lebanon usai peristiwa ledakan Beirut.

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang akan menyediakan bantuan sebesar US$ 5 juta atau Rp 73,6 miliar bagi Lebanon untuk dana darurat. Bantuan ini terkait ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut.

Kementerian Luar Negeri Jepang berkata bantuan meliputi pangan, shelter, dan bantuan kesehatan. Jepang merangkul World Food Program (WFP), Palang Merah Internasional, dan badang PBB yang mengurus anak dan pengungsi.

Menurut laporan Kyodo, Sabtu (5/9/2020), bantuan yang diberikan juga digunakan untuk memperbaiki rumah sakit dan dua fasilitas darurat medis. Selain itu, peralatan medis juga disiapkan.

Ledakan dahsyat di Lebanon mengakibatkan sekitar 6.000 orang luka-luka. Bangunan dan tempat tinggal masyarakat banyak yang rusak.

Gubernur Beirut yang mengunjungi tempat kejadian sempat menangis ketika melihat kerusakan. Ia menyebut ledakan itu mirip bom Hiroshima.

Sebelumnya, Jepang juga sudah mengirim bantuan seperti selimut, tenda, dan water tank usai ledakan terjadi.

Lebanon baru saja mengangkat Perdana Menteri baru, yakni Mustapha Adib. Jepang berharap pada bantuan kali ini Lebanon akan turut menerapkan reformasi yang cepat dan transparan pada sektor administrasi, keuangan, dan yudisial.

(US$ 1 = Rp 14.739)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentara Lebanon Temukan 4 Ton Amonium Nitrat di Pelabuhan Beirut

Tentara Lebanon menemukan 4,3 ton amonium nitrat dekat lokasi ledakan Beirut. Amonium nitrat itu ditemukan dekat pintu masuk pelabuhan.

Dilaporkan Arab News, amonium nitrat itu kini ditangani oleh insinyur tentara. Bahan kimia itu tepatnya ditemukan di luar pintu masuk sembilan menuju pelabuhan. 

Bulan lalu, sekitar 2.750 ton amonium nitrat meledak di pelabuhan Beirut. Ledakan dahsyat itu menggemparkan kota Beirut dan kekuatannya merusak gedung-gedung di sekitar pelabuhan.

Seorang WNI ikut terluka dalam peristiwa ini. Korban meninggal tercatat ada 190 orang. Pemerintah Lebanon lantas meminta bantuan dari masyarakat internasional.

Gubernur Beirut yang mengunjungi lokasi ledakan menangis ketika melihat dampak peristiwa tersebut. Ia berkata ledakannya mengingatkannya dengan bom atom Hiroshima.

Amonium nitrat itu ternyata sudah disimpan di pelabuhan selama 4 tahun. Barang itu adalah sitaan dari seorang pebisnis Rusia.

Pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab langsung bubar pada beberapa hari usai terjadinya ledakan. Rakyat Lebanon kini sedang berusaha memperbaiki dampak ledakan yang terjadi di kota mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.