Sukses

Setelah UEA, Israel Ingin Buka Kedutaan Besar di Negara Muslim Lain?

Setelah Uni Emirat Arab, selanjutnya Israel ingin membuka relasi dengan lebih banyak negara di Dunia Islam.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Amerika Serikat telah menjembatani diplomasi antara Uni Emirat Arab dan Israel. Kedua negara yang menjalin hubungan diplomatik itu sepakat memperkuat hubungan di berbagai sektor.

Normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dan Israel adalah yang pertama bagi dunia Arab sejak tahun 1990-an. Sebelumnya, Mesir dan Yordania sudah berdiplomasi dengan Israel. 

Penasihat senior presiden AS, Jared Kushner, optimistis ke depannya akan ada negara Arab lain yang ikut membuka hubungan diplomasi dengan Israel

"Ini adalah negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan dengan Israel sejak waktu yang lama, 26 tahun sejak Yordania. Kami berharap melihat ada lebih banyak negara yang melakukan hal sama," ujar Jared Kushner pada konferensi pers di Gedung Putih seperti dikutip Jumat (14/8/2020). 

Jared Kushner turut berkata bahwa Uni Emirat Arab dan Israel sudah termotivasi untuk segera berinteraksi dalam isu diplomatik. Hubungan antar masyarakat juga dinilai baik.

"Tidak ada warga Israel yang pernah membunuh warga Emirat, dan tidak ada kebencian di antara masyarakat," kata Kushner yang juga menantu Presiden Donald Trump.

"Saya percaya kita akan segera melihat interaksi secepatnya, dan kedua negara sangat termotivasi dari sudut pandang ekonomi, turisme, kesehatan, teknologi, untuk segera berjalan maju," ujar Kushner.

Pada pernyataan bersama antara AS, UEA, dan Israel, ada dorongan agar Israel memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara lain di Dunia Muslim ketimbang melakukan aneksasi Tepi Barat. Rencana aneksasi dianggap tak sesuai dengan Visi Perdamaian versi Presiden Donald Trump.

"Israel akan menangguhkan deklarasi kedaulatan pada area-area yang dipaparkan di Visi Perdamaian milik Presiden, dan fokus untuk menambah hubungan dengan negara-negara lain di Arab dan Dunia Muslim," tulis pernyataan bersama antara Presiden Donald Trump, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan Pangeran Abu Dhabi Sheikh Mohammed.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Benjamin Netanyahu: Era Baru Hubungan Israel dengan Negara Arab Tercipta

Setelah sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut momentum ini sebagai "era baru hubungan Israel dengan negara Arab" dan mengatakan kesepakatan lain dengan negara-negara di kawasan itu akan dilakukan.

Dia juga menegaskan bahwa akan terus berusaha untuk memperluas kedaulatan Israel ke bagian-bagian tanah Tepi Barat, dalam koordinasi dengan AS, tetapi mengakui bahwa rencananya untuk aneksasi sepihak sedang dihentikan sementara.

Dikutip dari laman Time of Israel, sesuai dengan kesepakatan, Israel menetapkan akan "menangguhkan" aneksasi Tepi Barat dan bukan menghentikannya.

"Itu tidak dihapus dari meja, saya katakan itu," ujar Netanyahu dikutip dari CNN.com.

Menurut Netanyahu, akan ada pembukaan kedutaan, pengiriman duta besar, pertukaran ekonomi, penerbangan langsung, dan banyak lagi.

"Bersama-sama, dengan kekuatan bersama kita, kita dapat membawa masa depan yang cerah bagi masyarakat kita dan kawasan kita," tambahnya, seraya mengatakan bahwa negara-negara tersebut akan berbagi pengetahuan teknologi canggih mereka untuk keuntungan bersama.

"Ini sangat penting untuk ekonomi kita, ekonomi regional dan masa depan kita," kata perdana menteri Israel.

Dia mengatakan UEA akan melakukan investasi yang akan meningkatkan ekonomi Israel, dan kedua negara akan bekerja sama dalam vaksin untuk Corona COVID-19.

Dia memuji UEA sebagai kekuatan dunia yang sedang bangkit, seperti Israel membuat gedung pencakar langit, pulau buatan, program luar angkasa, dan budaya inovasi.

Dia juga mengatakan perjanjian itu mencerminkan "perubahan dramatis" dalam cara pandang Israel pada wilayah tersebut. "Di masa lalu, Israel dianggap sebagai musuh dan sumber ketidakstabilan tetapi saat ini banyak negara melihat Israel sebagai sekutu strategis untuk stabilitas, untuk keamanan, untuk kemajuan dan juga untuk perdamaian," jelas Netanyahu.

"Akan ada negara Arab dan Muslim lainnya yang akan bergabung dalam lingkaran perdamaian dengan kami."

Netanyahu juga memuji Trump, "salah satu teman terbaik Israel," karena memungkinkan kesepakatan, mengatakan memajukan perdamaian yang tulus dan berkelanjutan adalah misi yang menentukan Israel, dan menyatakan keyakinan bahwa semua warga Israel akan menyambut kesepakatan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.