Sukses

Simak Kecanggihan Rudal Jelajah Generasi Baru Milik Iran

Rudal jelajah ini memiliki sistem navigasi di dalamnya.

Liputan6.com, Teheran - Iran baru saja mencoba rudal jelajah mereka di Semenanjung Oman dan Samudera Hindia. Rudal itu mampu menghancurkan target dalam jarak 280 kilometer.

Dilaporkan Defense News, Sabtu (20/6/2020), tes itu dilaksanakan saat latihan laut oleh Angkatan Laut Iran. Ada juga jenis rudal yang ditembakan dari sebuah truk dan kapal.

"Poin penting terkait rudal-rudal ini adalah mereka dipersenjatai lengkap dengan pemandu (homing)," ujar Laksamana Hossein Khanzadi.

Ia juga menyebut dengan kemampuan homing tersebut, rudal bisa menyerang target jarak dekat dengan akurasi tinggi. Rudal Iran ini juga kebal terhadap perang elektronik.

"Itu artinya mereka adalah tipe fire-and-forget. Kami menembak rudalnya dan datanya berada di rudalnya itu sendiri, rudalnya memiliki berbagi sistem navigasi yang dibangun di dalamnya," lanjut Laksamana Khanzadi.

Media pemerintah Iran menyebut jarak misil bisa ditambahkan, namun tidak dijelaskan dengan detail.

Ini adalah uji coba pertama Iran setelah insiden pada Mei lalu ketika rudal Iran tak sengaja menarget kapalnya sendiri. Total 19 orang meninggal dunia dalam insiden tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekjen PBB: Rudal Iran Digunakan untuk Menyerang Arab Saudi pada 2019

Rudal jelajah yang digunakan dalam beberapa serangan terhadap fasilitas minyak dan sebuah bandara internasional di Arab Saudi tahun lalu berasal dari Iran, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan dalam sebuah laporan yang dilihat oleh Reuters pada Kamis 11 Juni 2020.

Guterres juga mengatakan beberapa benda dalam perampasan senjata AS dan material terkait pada November 2019 dan Februari 2020 "berasal Iran" demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu 13 Juni 2020. 

Beberapa memiliki karakteristik desain yang mirip dengan yang juga diproduksi oleh entitas komersial di Iran, atau memiliki tanda-tanda Farsi, dan beberapa dikirim ke negara itu antara Februari 2016 dan April 2018, kata Guterres.

Dia mengatakan bahwa "barang-barang itu mungkin telah ditransfer dengan cara yang tidak konsisten" dengan resolusi Dewan Keamanan PBB 2015 yang mengabadikan kesepakatan Teheran dengan kekuatan dunia untuk mencegahnya mengembangkan senjata nuklir.

Misi Iran untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan PBB.

Washington mendesak dewan keamanan beranggotakan 15 negara untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran yang akan berakhir Oktober di bawah kesepakatan nuklir. Kekuatan veto Dewan Rusia dan China telah mengisyaratkan oposisi mereka terhadap langkah tersebut.

Guterres melaporkan dua kali setahun kepada Dewan Keamanan tentang implementasi embargo senjata terhadap Iran dan pembatasan lain yang tetap berlaku setelah kesepakatan. Pada Desember 2019, ia mengatakan kepada dewan bahwa PBB tidak dapat secara independen membenarkan bahwa rudal jelajah dan drone udara yang digunakan dalam serangan itu berasal dari Iran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.