Sukses

Perdana Sejak 2012, Ayatollah Ali Khamenei Jadi Imam Salat Jumat Iran

Ayatollah Ali Khamenei memimpin salat Jumat di Iran untuk pertama kalinya sejak 2012.

Liputan6.com, Tehran - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei akan memimpin salat Jumat di ibu kota Tehran. Ini adalah momen pertama ia menjadi imam dalam delapan tahun.

Pemberitaan ini muncul setelah protes kemarahan yang meluas akibat peristiwa pesawat penumpang Ukraina yang ditembak jatuh oleh militer Iran pekan lalu.

Kantor berita Iran Mehr, seperti dikutip dari BBC, Jumat (17/1/2020), mengatakan Ayatollah Khamenei yang kini berusia 80 tahun, akan memimpin salat Jumat minggu ini di Masjid Mosalla Tehran. Kendati demikian tidak mengaitkan peristiwa itu dengan situasi saat ini.

Pernyataan itu mengutip para pejabat yang mengatakan "negara Iran akan sekali lagi menunjukkan persatuan dan keagungan mereka".

Terakhir kali Ayatollah Khamenei memimpin salat Jumat di Tehran adalah pada 2012, pada peringatan 33 tahun Revolusi Islam Iran.

"Khutbah Jumat terkemuka di ibu kota Tehran adalah tindakan simbolis signifikan untuk momen ketika otoritas tertinggi Iran ingin menyampaikan pesan penting," kata Mehdi Khalaji dari The Washington Institute for Near East Policy.

"Secara historis, para pemimpin Iran telah menyerahkan tugas ini kepada ulama yang setia dengan keterampilan pidato yang kuat," tambah Mehdi Khalaji.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Iran dalam Tekanan

Kepemimpinan Iran juga di bawah tekanan atas penurunan tajam dalam ekonomi yang ditimbulkan oleh sanksi AS.

Pada Rabu 15 Januari 2020, Presiden Hassan Rouhani memohon persatuan nasional. Namun dalam pertanda jarang terjadi gesekan di dalam rezim Iran, Rouhani meminta militer untuk memberikan penjelasan lengkap tentang bagaimana pesawat itu menembak jatuh pesawat.

Ukraine International Airlines Boeing 737-800, yang melakukan perjalanan ke Kyiv dan membawa banyak penumpang dalam perjalanan ke Kanada, jatuh tak lama setelah lepas landas dari Tehran. Sebanyak 176 nyawa tewas, tak ada yang selamat.

Selama tiga hari pihak berwenang Iran menyangkal tanggung jawab apa pun tetapi setelah tekanan internasional, Pengawal Revolusi garis keras mengakui bahwa pesawat itu telah dikira sebagai "rudal jelajah" selama ketegangan yang meningkat dengan AS.

Beberapa jam sebelumnya, rudal Iran menargetkan dua pangkalan udara di Irak untuk menampung pasukan AS.

Serangan roket itu sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad yang menewaskan jenderal senior Iran Qasem Soleimani.

Berita bahwa rudal Iran telah menjatuhkan pesawat menyebabkan berhari-hari protes di beberapa kota Iran, terutama di universitas-universitas, di mana slogan-slogan menyebut Pasukan Pengawal Revolus sebagai pembunuh dan pembohong.

Rekaman media sosial dari beberapa pemakaman yang diadakan untuk para korban pada hari Kamis menunjukkan pelayat meneriakkan slogan-slogan itu terhadap pihak berwenang.

 

3 dari 3 halaman

Penangkapan Pihak Iran

Iran telah menangkap beberapa orang terkait kecelakaan pesawat, dan Presiden Rouhani mengatakan penyelidikan akan diawasi oleh "pengadilan khusus", menegaskan bahwa "seluruh dunia akan mengawasi".

Menteri Luar Negerinya, Mohammad Javad Zarif, mengakui bahwa orang Iran telah "dibohongi" selama berhari-hari tetapi bersikeras bahwa pemerintah juga menyembunyikan sesuatu.

Pihak berwenang Iran telah menghadapi tekanan yang semakin besar di bidang-bidang lain. Ekonomi negara itu sedang berjuang di bawah sanksi AS yang melumpuhkan dan kesepakatan nuklir yang ditandatangani dengan kekuatan dunia tampak hampir runtuh.

Tahun lalu, protes kekerasan meletus di seluruh negeri setelah pemerintah secara tak terduga mengumumkan penjatahan bensin dan menaikkan harganya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini