Sukses

Demonstrasi Hong Kong Bikin Pusat Belanja Tutup Lebih Awal

Warga Hong Kong menolak intervensi politik oleh China.

Liputan6.com, Hong Kong - Menjelang Hari Raya Natal, protes besar-besaran di Hong Kong masih juga belum reda. Pada Minggu malam kemarin, pengunjuk rasa kembali turun ke jalan menyambut pertemuan Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Hong Kong Carrie Lam. Pusat perbelanjaan pun kembali jadi korban. 

Dilaporkan South China Morning Post, Senin (16/12/2019), beberapa pendemo garis keras merusak panel kaca di atrium New Town Plaza di Sha Tin. Tak hanya itu, mereka juga melakukan aksi vandalisme di rantai restoran Maxim dan menyemperot slogan-slogan di lantai. 

Bentrokan dan aksi kejar-kejaran antara polisi dan pendemo berbaju hitam juga sempat terjadi di New Town Plaza mall dan Telford Plaza in Kowloon Bay. Pendemo juga sempat masuk ke restoran dan mengganggu para pengunjung.

Kerusahan ini bersamaan jelang pertemuan Xi dan Lam. Dilansir The Advocate,  pertemuan akan berlangsung hari ini di Beijing dalam rangka pertemuan reguler antara dua pemimpin. Muncul spekulasi pertemuan akan membahas solusi politik Hong Kong dan reshuffle kabinet.

Polisi pun mengerahkan gas air mata ke pengunjuk rasa. Kondisi Hong Kong pun memanas karena malam itu pusat perbelanjaan kembali dipenuhi pengunjuk rasa di tengah sibuknya belanja hari natal.

Sekelompok anak muda bertopeng turun ke jalan dan memblokir jalan di sekitar distrik Mong Kok akibat tak suka intervensi politik China. Polisi merespons dengan semprotan air mata dan menggunakan baton untuk menghalau massa.

Xi Jinping dan Carrie Lam baru saja bertemu akhir November lalu. Saat itu Xi mengungkap kepercayaannya pada Lam untuk menghadapi masalah politik Hong Kong.

Lam mengelak terkait adanya isu reshuffle, namun ia menyebut berkata isu ketertiban akan dibahas. Selain itu, ia berjanji akan berusaha melakukan lebih banyak dialog dengan pihak masyarakat.

Protes telah berlangsung sejak Juni lalu. Efeknya pun meluas karena rakyat Hong Kong meminta bantuan dari Amerika Serikat (AS). Politikus AS, baik dari partai penguasa maupun oposisi, langsung kompak mendukung pengunjuk rasa, serta mendukung sanksi terhadap pejabat pemerintah Hong Kong.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pusat Belanja Tutup

Pusat perbelanjaan di Hong Kong tutup lebih awal karena polisi huru-hara merangsek masuk untuk menahan pengunjuk rasa. Pintu-pintu masuk mall dijegat dan kaca-kaca dipecahkan.

Jalanan pun ikut membara. Pendemo anti-China melakukan aksi bakar-bakaran dan merusak lampu lalu lintas. Pendemo juga diketahui membawa semprotan merica.

Untuk pertama kalinya dalam dua minggu terakhir, polisi mengerahkan gas air mata.

Seorang reporter mahasiswa dari Universitas Baptis terkena tembakan polisi di wajahnya. Ia pun dibawa ke rumah sakit.

Tuntutan pendemo masih sama yakni berupa lima tuntutan. Maka dari itu, mereka tetap tak berhenti demo meski RUU Ekstradisi yang memprovokasi demo ini sudah dicabut. 

Di antara tuntutan mereka adalah menuntut polisi diadili, serta permintaan agar tidak mengkategorikan demo sebagai kekacauan, dan menarik dakwaan kepada pendemo.

3 dari 3 halaman

Peringati 6 Bulan Demo Hong Kong, Aksi Terbesar Digelar di Victoria Park

Sejumlah besar demonstran berbaris di jalan-jalan Hong Kong dalam unjuk rasa anti-pemerintah terbesar dalam beberapa bulan terakhir.

Untuk pertama kalinya sejak Agustus, polisi mengizinkan rapat umum oleh Front Hak Asasi Manusia Sipil, sebuah kelompok pro-demokrasi. 

Panitia mengatakan sekitar 800.000 orang telah ambil bagian sementara polisi menyebutkan angka hingga 183.000.

Dikutip dari BBC, Senin (9/12/2019), polisi mengatakan 11 orang ditangkap dalam penggerebekan menjelang unjuk rasa dan sebuah pistol ikut disita.

Protes Hong Kong telah dimulai sejak bulan Juni atas RUU ekstradisi yang kontroversial, dan sekarang telah berkembang menjadi demonstrasi anti-pemerintah yang lebih luas.

"Saya akan berjuang untuk kebebasan sampai saya mati," kata June, seorang ibu berusia 40 tahun di Victoria Park, tempat para pemrotes berkumpul.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.