Sukses

Kesal dengan Kelakuan Turis, Warga Kyoto Larang Swafoto Bareng Geisha

Lokasi wisata di Kyoto, Jepang, tersebut dikenal dengan Kampung Geisha. Namun, warga mengeluh soal kelakuan para turis.

Liputan6.com, Tokyo - Pihak berwenang di Kyoto, Jepang, melarang segala bentuk praktik yang berkaitan dengan fotografi di beberapa bagian dari kota geisha itu.

Hal tersebut dilakukan di tengah banyaknya keluhan tentang pelecehan dan perilaku buruk wisatawan asing demi mendapatkan hasil swafoto yang menurut mereka sempurna.

Larangan itu, yang diperkenalkan baru-baru ini di jalan-jalan pribadi di distrik Gion, mencakup denda hingga 10.000 yen atau setara dengan Rp 1,2 juta.

Padahal, Kyoto dan tempat-tempat wisata lainnya di Jepang sedang bergulat dengan sisi buruk dari lonjakan pengunjung yang diperkirakan akan bertambah menjelang Olimpiade Tokyo 2020.

"Polusi pariwisata" adalah masalah yang berkembang di Kyoto, di mana pelancong berbondong-bondong pergi ke tempat beribadah dan kuil kuno dan di Gion, melihat penghibur perempuan --yang dikenal oleh penduduk lokal sebagai geiko-- dan maiko (geisha magang) yang mengenakan kimono.

Menanggapi keluhan warga dan pelaku bisnis setempat, lingkungan di sana telah dipasangi rambu-rambu peringatan yang mengarah ke Hanamikoji, jalan utama publik. Tanda tersebut memperingatkan turis untuk tidak mengambil foto mereka.

Gion adalah rumah bagi restoran eksklusif di mana geiko dan maiko menghibur pelanggan di lantai yang beralaskan tatami dan makan malam kaiseki.

Dalam survei terhadap 300 restoran dan toko di daerah itu, keluhan yang dilontarkan residen berkisar dari sampah yang dibuang sembarangan, merokok sambil berjalan, hingga menghalangi lalu lintas dan masuk tanpa izin.

Beberapa orang bahkan bersaksi mereka menyaksikan kelompok-kelompok wisatawan di sekitar taksi yang membawa geiko dan mengejar para wanita di sepanjang jalan dalam upaya untuk mengambil foto.

Kendati demikian, larangan dan denda tidak mengikat secara hukum. Namun, pebisnis lokal berharap tindakan pemerintah ini dapat meyakinkan beberapa pengunjung untuk lebih menghormati lingkungan dan penghuni sekitar.

"Jalan Hanamikoji adalah jalan kota, jadi kami tidak dapat melarang fotografi di sana," kata Isokazu Ota, seorang pemilik restoran dan pemimpin dewan lokal, mengatakan kepada Asahi Shimbun yang dikutip The Guardian, Selasa (5/11/2019).

"Tetapi dengan melarangnya di area pribadi, kami ingin wisatawan tahu bahwa mengambil gambar di wilayah seperti itu bertentangan dengan peraturan setempat."

Dewan kota juga membagikan penanda dan stiker yang berisi tulisan peringatan dalam bahasa Inggris dan China tentang perilaku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengunduh Aplikasi Khusus

Selain itu, penduduk mengatakan ledakan jumlah pengunjung di Kyoto menyebabkan bus sesak, restoran penuh dipesan dan banyak fasilitas di lokasi rusak.

Dalam proyek percontohan yang akan berjalan hingga awal Desember, para wisatawan diminta untuk mengunduh aplikasi khusus di telepon pintar mereka. Di sana terdapat fitur yang mengirimkan pesan dalam bahasa China dan Inggris, segera setelah mereka tiba dalam jarak 1 km dari Gion.

Mereka diminta agar mereka tidak mengambil foto geiko dan maiko tanpa izin dan menyentuh properti pribadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.