Sukses

Uni Eropa Dorong Inovasi Peneliti Indonesia Melalui European Research Day 2019

Uni Eropa yang bekerja sama dengan ASEAN dorong kualitas peneliti dan penelitian Indonesia melalui European Research Day 2019 pada Selasa (29/10/2019).

Liputan6.com, Jakarta - Hari Riset Eropa 2019 (European Research Day 2019) digelar pada Selasa 29 Oktober 2019 di Surabaya oleh Uni Eropa dan negara-negara anggotanya. 

Kegiatan yang difasilitasi EURAXESS ASEAN bertujuan agar para peneliti Indonesia terdorong untuk menghasilkan penelitian dengan standar internasional. Serta, bisa berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan di Indonesia hingga hasilnya bisa diterapkan.

Sekitar 200 peneliti dari seluruh tanah air hadir dalam acara ini. 

Para peneliti itu datang untuk mendapat berbagai informasi peluang pendaan terkait penelitian di Eropa serta beasiswa yang tersedia bagi para peneliti.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sambutan Positif Uni Eropa dan EURAXESS ASEAN

Perwakilan dari lembaga pendanaan penelitian di Perancis, Jerman, Belanda, dan Spanyol turut hadir mengisi acara. 

Perwakilan tersebut berbagi informasi mengenai keunggulan penelitian di Eropa, dan memberi saran perihal cara menyiapkan proposal penelitian yang baik.

Salah satu program pendanaan di antaranya, Marie Sklodowska-Curie Fellowship. Program tersebut menawarkan peluang pengembangan karir yang baik bagi para peneliti Indonesia pada seluruh tahapan karir penelitian mereka.

Wakil Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Charles-Michel Geurts menuturkan pentingnya kerja sama pendidikan, terlebih dalam penelitian yang dilakukan.

"Kolaborasi penelitian internasional merupakan kerja sama yang sangat penting," kata Charles-Michel Geurts.

"Eropa, Indonesia dan ASEAN perlu bekerja sama untuk mengembangkan solusi inovatif dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, keamanan pangan, energi dan penyakit menular," tambahnya.

Wakil Ketua Delegasi itu juga mengungkapkan kesempatan belajar, beasiswa dan pendaan riset dari Uni Eropa.

"Ribuan mahasiswa dan peneliti dari Indonesia dan ASEAN, telah mendapat manfaat belajar di lembaga pendidikan tinggi dan memperoleh beasiswa riset di Eropa, melalui program-program seperti Erasmus plus, Horizon 2020, dan skema pendanaan bilateral lainnya," pungkas Wakil Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.

Kemudian, Regional Representative EURAXESS ASEAN, Simon Grimley turut menyampaikan kesempatan para peneliti ASEAN mengenai pengembangan karir mereka. 

"EURAXESS ASEAN adalah inisiatif unik yang menghubungkan para peneliti di ASEAN dengan Eropa dengan memberikan layanan informasi dan dukungan yang memungkinkan para peneliti untuk mengembangkan karir penelitian mereka di Eropa, atau bekerja dengan mitra penelitian Eropa," kata Simon Grimley. 

Uni Eropa mendukung kerja sama riset antara Eropa dan ASEAN melalui EURAXESS ASEAN.

3 dari 3 halaman

Dukungan Terhadap Peneliti dan Penelitan Indonesia

Pada acara tersebut, setiap perwakilan sebagai narasumber dalam acara seminar tersebut turut memberi masukan dan wejangan perihal kesempqtan penelitian dari kerja sama pendanaan dengan Uni Eropa.

Direktur Lembaga Eijkman sekaligus Mantan Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Prof. Dr Sangkot Marzuki menyampaikan pentingnya landasan yang kuat untuk dapat menghasilkan penelitian ilmiah yang berbobot. 

"Penelitian ilmiah membutuhkan keahlian, inovasi dan sumber daya yang mumpuni," kata Sangkot Marzuki. 

"Indonesia perlu memelihara budaya keunggulan ilmiah, dan bahwa mobilitas internasional dan kegiatan penelitian kolaboratif adalah kunci dari upaya tersebut," tambahnya. 

Kemudian, Eksekutif Direktur Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), Dr. Teguh Rahardjo turut memberi komentar perihal pemerintah Indonesia yang akan memberi dukungan terkait riset berkelanjutan dan promosi budaya ilmiah. 

"Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan dana riset di area penelitian umum. Namun demikian, kami mendorong para civitas penelitinya untuk bekerja sama dengan mitra internasional dalam memanfaatkan dana hibah penelitian, untuk semakin memperkuat kapasitas kegiatan penelitian kita," ujar Teguh Rahardjo. 

Sementara itu, Direktur Nuffic-Neso Indonesia, Peter Van Tuijl juga turut mempresentasikan bantuan pendanaan Pemerintah Belanda mengenai program riset, serta pendidikan S2 dan S3 di Belanda. 

"Saat ini 13 dari 14 universitas riset di Belanda yang dibayai oleh negara, sudah masuk dalam 200 besar peringkat dunia sehingga kualitasnya tidak perlu diragukan lagi," ungkap Peter Van Tuijl.

"Ini merupakan kesempatan bagi masyarakat Indonesia, untuk menikmati layanan pendidikan tinggi dan pengalaman yang diakui dunia," tambahnya.

 

Reporter: Hugo Dimas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.