Sukses

Terkuak, Manusia Purba Bisa Berjalan di Gua dengan Lubang Hanya 80 Cm

Sebuah penelitian terbaru mengungkap kehidupan unik manusia purba di gua-gua sempit.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru mengungkap kehidupan unik manusia purba di gua-gua sempit. Marco Romano dan sembilan koleganya menemukan ratusan jejak kaki misterius di gua Italia. Bukti sejarah itu diperkirakan berumur sekitar 14.000 tahun yang lalu.

Jejak kaki itu milik lima manusia purba, dua dewasa, satu remaja awal, dan dua anak-anak, demikian sebagaimana dilansir dari laman List Verse pada Kamis (16/5/2019). Setelah ditelusuri oleh para peneliti, mereka diketahui berjalan dan merangkak dalam lorong-lorong gua berlubang sangat sempit. Para penjelajah di masa purba itu menggunakan pinus yang dibakar untuk menerangi jalan mereka.

Langit-langit gua sangat rendah, sehingga para penjelajah itu sering merangkak serendah mungkin dalam waktu yang tidak sebentar. Bahkan tak jarang lubang hanya berukuran 80 sentimeter. Aktivitas itu meninggalkan "bukti pertama jejak kaki manusia yang berjalan jongkok", kata Marco Romano, seorang peneliti postdoctoral di Evolutionary Studies Institute di University of the Witwatersrand, Afrika Selatan.

Para peneliti sebenarnya telah lama mengetahui keberadaan manusia purba di Grotta della Bàsura, yakni sejak 1950-an. Tetapi dalam analisis yang baru mereka menggunakan teknologi yang tinggi, dengan pemindaian laser, analisis sedimen, geokimia, arkeobotani dan pemodelan 3 dimensi untuk mempelajari cetakan kaki.

Sebetulnya ada begitu banyak cetakan yang ditemukan --seluruhnya 180 jejak kaki-- milik kelima orang penjelajah. Banyaknya bukti itu mempermudah ilmuwan untuk meneliti apa yang terjadi selama Zaman Baru akhir atau paleolitik atas.

Menurut berbagai ukuran jejak kaki, 180 jejak kaki tampaknya milik lima orang dengan usia sebagai berikut: seorang anak berusia 3 tahun, 6 tahun, seorang remaja awal --mendekati remaja-- usia 8 hingga 11 tahun, dan dua orang dewasa; kata Marco Romano dkk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berjalan Dekat Dinding Gua

Kelima manusia purba itu tampaknya tidak mengenakan pakaian apa pun (setidaknya tidak meninggalkan jejak di gua). Setelah berjalan hampir 150 meter ke dalam gua, rombongan tiba di "Corridoio delle Impronte".

"(Mereka) berjalan sangat dekat dengan dinding sisi gua, Cara yang lebih aman ini juga digunakan oleh hewan lain (misalnya, anjing dan beruang) ketika bergerak di lingkungan yang kurang terang dan tidak dikenal," Romano.

Tak lama kemudian, atap gua turun hingga di bawah 31 inci (80 sentimeter), memaksa para petualang merangkak, "menempatkan tangan dan lutut mereka di atas tanah liat," kata Romano.

Para penjelajah kemudian melewati hambatan stalagmit, melintasi sebuah kolam kecil, meninggalkan jejak yang dalam di tanah yang tergenang air. Mereka memanjat lereng kecil di luar "Cimitero degli Orsi" (kuburan beruang); dan akhirnya tiba di ruang terminal "Sala dei Misteri" (ruang misteri), di mana mereka berhenti.

Begitu berada di ruangan itu, "remaja dan anak-anak mulai mengumpulkan tanah liat dari lantai dan mengoleskannya pada stalagmit pada tingkat yang berbeda sesuai ketinggian," kata Romano. Obor kelompok meninggalkan beberapa jejak arang di dinding. Lalu mereka meninggalkan gua.

Awak beraneka ragam menunjukkan bahwa "anak-anak yang sangat muda adalah anggota aktif dari populasi Palaeolitik atas, bahkan dalam kegiatan sosial dan berbahaya," kata Romano.

 

3 dari 3 halaman

Kebanyakan Jejak Anak-Anak

Studi baru ini dianggap sebagai "karya yang disajikan dengan indah," kata Matthew Bennett, seorang profesor ilmu lingkungan dan geografi di Universitas Bournemouth di Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Ini adalah contoh kecanggihan yang dengannya kita sekarang dapat mengetahui jejak, apakah itu milik manusia atau hewan," katanya.

Namun, mengingat para peneliti sudah tahu bahwa manusia purba tinggal di daerah itu dan beraktivitas dalam gua, temuan itu tidak menambah banyak pemahaman ilmiah tentang orang-orang Zaman Batu, kata Bennett. "Ini adalah sekelompok orang yang menjelajahi gua, yang keren, tapi kami telah tahu itu," katanya.

Bennett menambahkan bahwa tidak jarang menemukan jejak kaki anak-anak yang berbaur dengan jejak orang dewasa pada zaman purba itu.

Sebagian, hal itu karena populasi anak-anak cenderung melebihi jumlah orang dewasa selama Paleolitik atas dan karena anak-anak mengambil lebih banyak langkah daripada orang dewasa, karena kaki mereka lebih pendek.

Selain itu menurutnya, anak-anak melakukan hal - hal konyol untuk bermain. Misalnya, mereka menari-nari, berlari-lari, dan tidak berjalan hanya satu arah," kata Bennett. "Masuk akal secara statistik bahwa kita menemukan lebih banyak jejak kaki anak-anak."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.